Share

Bab 15

Author: C_heline
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Adi bergerak cepat upaya melihat keadaan Kania. Dengan cepat posisinya menekuk kedua lutut tepat di depan Kania dengan wajah panik.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Adi hendak memastikan.

Kania menggeleng pelan. "Nggak, Pak. Saya baik-baik aja, kok."

"Kania, cepat minggir. Biar Pak Tomi yang beresin. Kamu balut aja luka kamu," imbuh Arumi, ikut khawatir.

Siapa peduli tentang Arumi yang perhatian padanya? Kania bahkan enggan menanggapi. Andai saja tidak ada Arumi di sini, Kania pasti akan lebih membuat drama jika itu bisa menarik perhatian Adi.

"Ayo sana. Luka kamu bisa makin melebar nanti," kata Adi manakala Kania hanya bergeming.

"Oh, iya, Pak." Perempuan berambut panjang itu segera bangun. "Saya nggak apa-apa kok, Pak. Terima kasih perhatiannya," lanjut Kania sebelum akhirnya melenggang pergi.

Diam-diam Adi berdebar. Bukan! Bukan karena dia tertarik atau apa dengan Kania, melainkan takut kalau Arumi justru mencium bau kebohongan darinya. Berharap Arumi tidak tahu apa yang dia simpan dari
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 16

    Adi buru-buru menutup kaca mobil saat Kania melontarkan pernyataannya. Seketika saja dada Adi berdegup cepat, takut kalau istrinya mendengar. Padahal Arumi jauh di dalam rumah sana. Tapi lihatlah bagaimana Adi yang bahkan sulit menelan ludah, seolah tidak akan siap jika kebohongannya ini terendus oleh sang istri. "Kania, hei ... Kania!" panggil Adi upaya membangunkan Kania. Tak ada sahutan. Juga, kepala Kania sudah tampak lemah. Hal itu membuat Adi jadi takut, hingga cepat-cepat melajukan mobilnya, siap membawa artnya itu ke tempat pertolongan pertama. ***Sekitar sepuluh menit yang lalu Kania sudah siuman. Ternyata perempuan itu hanya shock melihat darahnya mengucur banyak. Untuk keadaannya, Kania sudah membaik sepenuhnya. Hanya tinggal menunggu tenaganya kembali pulih. Berharap membuka mata yang dia lihat adalah sosok Adi yang tampan dengan dada bidang yang amat menggoda itu, justru tampilan Arumi yang muncul di depan matanya. "Eh, udah siuman kamu, Kania?" tanya Arumi yang te

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 17

    Kania tidak mendapatkan perhatian yang dia inginkan dari Adi selama di dalam rumah sakit tadi. Hanya perawat yang menyiapkan apa pun yang dia butuhkan. Terlihat Adi hanya sibuk mengurus pembayaran serta mengurus obat-obatan untuk pembantunya itu. "Gimana? Udah baik?" tanya Adi setelah tiba di dalam mobil. "Udah, Pak." Kania menjawab singkat. Adi lantas mengangguk lalu siap kembali pulang. Di dalam perjalanan, sesekali Adi melirik ke arah Kania yang terus saja diam. Sikap perempuan ini seolah menggambarkan Kania yang dulu. Yang polos lugu, dan takut-takut kalau menatapnya apalagi harus berbicara dengannya. Adi jadi berpikir, apa Kania juga sudah mulai menanamkan rasa bersalah. Apa ini saatnya Adi mengatakan kalau dia ingin dirinya dan Kania lebih menjaga jarak. Karena memang pada dasarnya, hubungan mereka itu salah dan harus segera di hentikan. Adi pun berdehem upaya merebut atensi Kania. "Kania, boleh saya ngomong sesuatu?" Gadis desa itu segera menoleh. "Ngomong aja, Pak." En

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 18

    Malam ini rencana pergi ke acara pernikahan sepupu Arumi pun terlaksana. Di dalam sana–di kamarnya, terkuat Arumi sudah bersiap-siap. Dia tengah mengenakan dres berwarna biru gelap yang kontras dengan skin tonenya yang cerah.Ck!Bibirnya berdecak sebal sebab resleting dresnya sulit dinaikkan. Sudah berupaya keras sedari tadi iya mengatupkan busananya itu, tapi tetap saja tidak tertutup."Ihhhh!" desisnya semakin gusar sendiri.Tak berselang lama, Arumi jadi kaget saat seseorang membantunya mengancingkan."Padahal bisa minta tolong loh," kata Adi, sosok yang baru saja datang.Arumi berdehem kecil sambil merapikan rambutnya. "Ma-makasih," ucapnya, malah jadi gugup.Seperti biasa, Adi hanya tersenyum sambil mengangguk. Beberapa saat, kedua pandangan suami istri itu bertemu di pantulan cermin di depan mereka.Malam ini Arumi tanpa sangat cantik. Persis seperti pertama Adi meminangnya yang kebetulan waktu itu Arumi juga mengenakan warna gaun yang serupa.Efek rindu rupanya telah membuncah

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 19

    Setibanya di lokasi acara, Kania di minta oleh Arumi untuk membawa Azka. Kebetulan pula bayi mungil itu sudah mulai mengantuk. Jadi tidak tega jika harus mengajaknya masuk ke dalam di tengah keriuhan acara resepsi."Kamu nggak mau gandeng aku?" bisik Adi saat Arumi sudah ada di dekatnya. Perempuan itu refleks memukul lengan padat sang suami demi menyembunyikan rasa salah tingkahnya. "Apaan sih, Mas? Nggak malu banget ihh!" "Malu apanya? Kan cuma gandengan. Kalau tadi kita cium-"Ucapan Adi tertelan kembali saat Arumi dengan cepat menutup mulut sang suami. Entah kenapa pula tiba-tiba laki-laki itu penuh dengan kejutan. Entah itu dari sikap atau pun perkataan yang membuat Arumi tidak tahan untuk tak tersenyum malu-malu. "Kamu!" ancam Arumi dengan mata melotot. Adi hanya tersenyum sambil mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tiba-tiba saja suara pekikan Azka terdengar hingga Arumi dan Adi seketika menengok ke belakang. "Azka, kenapa, Sayang?" tanya Arumi, sedikit panik. Asi ikut mendek

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 20

    "Oke, oke. Duluan ya?" seru Adi pamit pada teman-teman seta kerabat.Di tengah langkah menuju mobil, Adi diam-diam melirik istrinya yang berjalan santai bahkan tangannya masih enggan dilepas."Arumi," panggil Adi.Yang bersangkutan menoleh. "Hmm?"Sebelum bertanya, Adi membasahi kerongkongannya terlebih dahulu. "Gimana pendapat kamu kalau seandainya aku ketahuan selingkuh?"Arumi tertegun sejenak. Kakinya otomatis berhenti berjalan dengan pandangan yang tak lepas dari sang suami. Pertanyaan Adi barusan terlalu asal. Pertanyaan itu begitu tiba-tiba dan juga terdengar seperti lelucon. Tentunya Arumi tertawa kecil. "Kamu selingkuh, Mas? Emang ada yang mau?"Adi berdehem kecil. "Kan aku bilang seandainya."Arumi seperti menimbang-nimbang dalam kepalanya, jawaban apa sekiranya yang akan diberikan jika pertanyaan suaminya ini benar-benar terjadi. Sambil mengusap-usap dagunya, Arumi pun menatap sang suami dengan pandangan menyipit, "Aku bakal tinggalin kamu biar kamu bisa bahagia sama piliha

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 21

    "Arumi, dengerin aku dulu."Arumi sudah terlalu keki hingga tak berminat lagi mendengarkan ucapan suaminya. Inilah yang Arumi benci dari Adi. Suaminya itu terlalu berpikiran sempit. Adi mau dirinya hanya fokus pada rumah, yang seharusnya bisa dikerjakan oleh art.Prinsip Arumi saat menikah dulu adalah hidup dengan visi-misi yang sama. Sama-sama mau menerima posisi serta peran masing-masing sesuai dengan apa yang seharusnya.Arumi mampu menjalankan tugas seorang istri. Dia mau mengandung anak, melahirkan, hingga membesarkan anak. Bukankah seharusnya itu sudah cukup? Adi itu berkecukupan. Dia mampu menyewa seorang pembantu. Tapi kenapa pemikirannya justru menyimpang hingga merasa kalau Arumi harus bersikap layaknya istri-istri di jaman dulu.Di mana kebebasan seorang perempuan terbatas. Seolah-olah perempuan tercipta hanya untuk menjadi budak nafsu, serta asisten pribadi untuk suaminya? Itu terlalu norak bagi Arumi. Sampai kapan pun, jika dirinya masih sanggup, Arumi hanya akan menjalan

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 22

    Sebelum keluar dari 'tempat persembunyiannya', Adi berupaya keras menangkan debaran jantungnya. Dia membuang napas begitu banyak, berharap nanti Arumi tidak menyadari apa-apa darinya. "Eh, Mas. Kamu di sini? Ada liat Kania, nggak?" tanya Arumi begitu mendapati potret yang suami muncul. Adi mengangkat bahunya. "Nggak tuh. Kayaknya masih di kamar Azka, nggak?" jawab Adi, benar-benar berharap sang istri tidak curiga. "Duh, biasanya udah muncul tuh anak. Udah deh. Aku ke kamar Azka dulu, ya?" Adi mengangguk. "Aku buatin sarapan mau nggak?" serunya sebelum Arumi lebih menjauh. Tentu saja istrinya itu menoleh dengan pandangan yang semakin keheranan. "Kamu kenapa sih, Mas? Ada yang aneh deh dari kamu. Kamu nyembunyiiin apa dari aku?" tanggap Arumi. "Nggak." Adi menggeleng cepat. "Cuma buat sarapan masa jadi aneh sih?" "Terserah deh." Arumi benar-benar tidak percaya dan malah membuatnya jadi kebingungan sendiri. Kakinya kembali berjalan tak menjawab dulu pertanyaan Adi tadi. Setelah A

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 23

    Arumi masih tidak paham siapakah orang yang dimaksud oleh pembantunya itu. Akan tetapi, karena bukan menjadi urusannya atau mungkin wewenangnya untuk mengatur kehidupan pribadi Kania, membuat Arumi banyak-banyak mengabaikan. Paling tidak untuk urusan asmara, Arumi tidak membatasi Kania sama sekali. Asalkan masih dalam tahap wajar dan tidak merugikan siapa pun."Menurut kamu Kania itu cantik nggak sih, Mas?" tanya Arumi sembarang."Uhuk." Tanpa sengaja Adi malah terbatuk. "Apaan sih? Pertanyaan kamu kayak nggak ada yang lain aja.""Lah, aku cuma nanya gitu doang. Lagian salah ya aku nanya gitu? Respons kamu aneh banget.""Ya nggak gitu. Kan ada pertanyaan lain gitu. Semisal, kapan kita pacaran lagi. Atau kapan kita mulai memikirkan masa depan?" sergah Adi berupaya untuk mengabaikan tentang Kania.Arumi seketika saja menatap sang suami yang tengah lahap menyantap roti buatan pria itu. "Membahas masa depan yang seperti apa, Mas? Emang masa depan yang kayak gimana lagi yang kamu mau? Buka

Latest chapter

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 68 END. Sequel dilanjutkan POV Aluna. Anak Kania.

    Si empunya nama yang berhasil mendengarkan pekikan lantang Kania kontan terlonjak kaget bukan kepalang. Aktivitasnya mendadak terhenti, lantas berlari cepat guna mencari tahu sumber suara. Apa benar yang baru saja dia dengar itu sungguh suara orang yang ada didalam tebakannya? Begitu pintu utama itu terbuka, terpampang sudah potret Kania juga istrinya yang tengah berupaya keras bangun–entah sebab apa. Buru-buru Adi menghampiri sang istri, membantunya. "Ada apa ini? Kenapa kamu, Sayang?" tanya Adi, panik. Dia terus memeriksa bagian tubuh Arumi ingin memastikan apakah ada yang terluka atau tidak. Dibalik itu, Kania lantas mendengkus menahan tawa pahit yang terus saja menggerogoti hatinya. Dia juga sakit. Pipinya panas. Tubuhnya rasanya berat sebab ada raga lain di dalam sana. Tapi kenapa dirinya tak mendapatkan perlakuan yang sama? Kenapa dia malah semakin terluka pada saat melihat Adi begitu tampak mencintai istrinya? Di sisi lain, Arumi sebenarnya gerah dan gusar akan kecurangan y

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 67

    Sekitar beberapa menit menunggu, akhirnya sosok mungil Arumi kembali lagi di tatap oleh Kania. Entah kenapa kali ini sosok pembantu itu berdebar saat melihat majikannya yang sejak dulu bertingkah baik terhadapnya. Seolah akan ada bahaya yang akan dia dapatkan begitu Arumi mulai mendekat. Tidak jauh berbeda dengan Kania, Arumi pun sama halnya dengan pembantunya itu. Tadinya Arumi berpikir akan mendapatkan kejutan dari mertuanya yang akan datang berkunjung, akan tetapi malah sosok yang tidak dia inginkan yang muncul. Sejenak dirinya seperti dibekukan di tempatnya apalagi mengingat segala sesuatu yang sudah tidak lagi asing di ingatannya. Perempuan muda di depannya sana begitu mengambil penuh atensinya sehingga menyesali karena tidak bertanya siapa yang hendak dia temui. Mendadak saja rasa tidak sukanya pada Kania muncul. Tatapan malas itu terpancar jelas. Belum lagi bibirnya yang tanpa senyuman walau sudah bertatap muka dengan Kania yang katanya akan selalu dia tunggu kepulangannya.

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 66

    Aila dan Kania benar-benar berupaya keras mencari ke mana agaknya suami istri itu pergi. Tujuan ingin pergi ke tempat Adi bekerja ternyata tak juga membuahkan hasil. Nihil, alias benar-benar dibekukan segala akses dirinya mencari tahu tentang keberadaan pria itu. Apa ini memang sudah direncanakan oleh Adi? Pria itu tahu kalau Kania tidak akan menyerah dan terus mencarinya. Dan inikah jawabannya? Bahwa Adi pergi dengan segala tanggung jawab yang telah enyah. Janji kemarin menguap begitu saja. Tentang kalimat manisnya yang hendak menjadikan Kania sosok yang lebih dari pada seorang pelayan rumah tangga telah musnah ditelan kenyataan tentang dirinya yang melarikan diri. Sehari penuh tenaga serta energi kakak beradik itu dikuras begitu saja tanpa ada hasil sama sekali. Kini, keduanya benar-benar tak punya jalan apa-apa lagi. Semuanya buntu. Hal yang ingin dilakukan sudah dipatahkan begitu saja tanpa pertimbangan. "Sudahlah, Aila. Biarkan saja dia pergi. Lagi pula, semuanya pasti akan be

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 65

    Kania benar-benar menceritakan segala hal yang dia lalui bersama dengan Adi. Tentang bagaimana dia mulai memberanikan diri untuk mengejar pria itu serta meyakinkan dirinya bahwa dia memang mencintai pria beristri tersebut. Akan tetapi, persepsi yang diberikan Kania tentang dirinya, beda pendapat dengan Aila. Sebagai anak kulihat jurusan psikologi–walau masih terdengar awam, Aila tahu bahwa ini bukanlah tentang diri sang kakak yang mencinta seperti apa katanya.Akan tetapi, ada sesuatu yang mendorong dalam diri untuk mengutarakan ketidakrelaan sehingga berniat untuk terus berurusan dengan si 'pelaku' yang telah merebut kehormatannya. Notabenenya yang terjadi pada sang kakak adalah pelecehan. Tetapi, karena kakaknya itu juga menerima begitu saja, tampaklah seperti dirinya yang mau-mau saja. Padahal, Kania hanya tidak bisa mengelak karena Adi itu adalah sosok yang dia hormati. Terlebih lagi, Adi memberikan janji-janji yang tidak pernah Kania dapatkan dari siapa pun. Sebab itu, Aila ya

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 64

    Di tempat lain, keadaan Hayati semakin tak baik. Sesak napasnya sudah jauh lebih mengkhawatirkan. Lebih memprihatinkan lagi karena tidak ada satu pun tenaga kerja dari pihak rumah sakit yang mau berkontribusi untuk merawat Hayati.Katanya, harus melupakan pembayaran dengan jumlah yang fantastis. Walau pun sudah menjabarkan kartu kesehatan dari pemerintah, tetap saja ditolak dengan berbagai macam alasan yang sulit dicerna orang-orang disekitarnya.Tanpa sadar, keadaan Hayati tak lagi baik. Perempuan tua itu sudah terbaring di kasur berlapiskan kain selendang batik. Tidak ada yang bisa dilakukan. Orang-orang atau kerabatnya tidak ada yang punya nilai harta sebanyak itu sampai semuanya memilih untuk bungkam dan pasrah akan keadaan.Sementara di sisi lain, ada Kania yang terus merasa gelisah. Sejak malam itu dirinya tidak bisa berpikir jernih. Bukan hanya pikirannya yang penuh, tapi juga keadaan dirinya yang tidak seperti biasanya.Kadang sudah demam, kadang sudah menggigil. Juga terkadan

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 63

    Tak bisa membiarkan Kania pergi begitu saja dengan kenyataan bahwa gadis itu masih enggan untuk mengalah, Adi pun berlari kecil guna menghentikan kepergiannya. Secepatnya gerakan Kania yang berjalan menjauh terhenti sebab Adi menahannya di pergelangan tangan. "Kania, sudah cukup!" tekan Adi. "Kita udah sepakat, kan? Kenapa kamu sulit sekali buat mengerti? Jangan ganggu saya! Jangan halangi kebahagiaan saya!" Kania segera menarik kuat tangannya dari genggaman pria didepannya. Kilat amarah terpampang jelas dari dua bola matanya yang gelap. "Kalah gitu bertanggung jawablah, Pak. Tanggung jawab atas apa yang sudah saya terima! Bapak merebut kesucian saya dengan iming-iming membahagiakan saya! Bapak kupa itu?" Suara kania tak kalah melengking. Panik, Adi refleks menoleh ke belakang, takut kalau ada telinga yang mendengar. Beruntung kalau Hayati sedang tidak baik keadaannya sehingga orang-orang malah fokus pada perempuan tua itu. Memang salah, tapi setidaknya Adi punya kesempatan untuk m

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 62

    "Bawa aku pulang, Pak. Aku nggak bisa kalau harus berpisah darimu," lirih Kania. Dia menatap lemah pada sorot mata pria di sampingnya. "Saya nggak bisa," tolak Adi. Dia sangat berharap kalau Kania mau menerima. "Tolong Kania, kamu harus bisa melupakan perasaan kamu itu. Semua itu nggak benar. Masih ada banyak laki-laki diluar sana yang mau mencintai kamu. Jangan saya." "Tapi saya cuma mau sama Bapak. Saya nggak aku sama siapapun, Pak. Jangan tinggalkan saya. Saya mohon."Dibalik percakapan kedua orang itu, diam-diam Arjuna membaca semua yang telah terjadi. Dia mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang sudah terjadi pada perempuan yang dia kenali dengan sisi positif itu. Kenapa Kania sangat menggebu-gebu sekali? Kenapa Kania ingin sekali merebut pria yang notabenenya adalah suami orang? Ada yang salah. Tapi apa? "Jangan dengarkan omong kosongnya, Pak. Sebaiknya Anda pergi. Ini juga sudah malam. Saya nggak aku nama baik keluarga saya lebih buruk jika sampai situasi ini diketahui bany

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 61

    "Ibuk nggak tahu apa-apa, Buk. Mendingan Ibuk diam aja. Yang tahu masalahku cuma aku. Jangan ikut campur!""Kania!" tegur Adi. Tak tahan dirinya mendengar segala penuturan jahat dari gadis polos itu. "Apa kamu nggak sadar? Yang kamu bentak itu Ibu kamu. Kamu nggak sakit hati mengatakan itu?"Kania langsung terdiam sembari mengalihkan pandangannya. Memang, perkataannya itu sangat menyakitkan juga keterlaluan. Tapi, hanya itulah yang bisa dia lakukan ketika semua orang menentang kebahagiaannya.Di sisi lain, orang-orang yang melihat interaksi Adi dan Kania jadi kembali berpikir, sebenarnya hubungan apa yang sudah terjalin antara dua orang ini? Dari segi pemahaman yang dijabarkan Adi, terlihat kalau lelaki itu adalah pria yang dewasa yang mungkin sangat tidak wajar jika melakukan hal senonoh seperti itu pada gadis muda seperti Kania."Sebenarnya, apa hubungan kalian? Dan apa yang kalian lakukan di dalam kamar malam-malam begini?" imbuh Pak Kades sedikit melembutkan suaranya.Adi segera m

  • Kania (Gairah Seorang Pembantu)    Bab 60

    Kania benar-benar bungkam manakala dia pria yang dia kenali membawa pergi dirinya dan Adi ke balai desa. Padahal bisa saja Kania menjelaskan apa yang terjadi, akan tetapi menurutnya keadaan ini akan lebih baik untuknya setelah mendapatkan peringatan yang tidak baik dari Adi. Kini, keduanya sudah ada di dalam kantor desa ditemani oleh sosok sepuh yang disebut Pak Kades. Karena waktu sudah tidak lazim lagi untuk berkoar-koar apalagi tentang masalah yang sensitif seperti ini, terjadilah hanya keluarga Kania yang diberitahukan serta beberapa sepuh desa yang lain. Sejak tadi–sejak dirinya di bawa ke ruangan petak yang tak cukup besar ini, Adi hanya bisa diam seribu bahasa dengan dendam yang lebih dalam pada Kania. Percuma jika dirinya berteriak atau membela diri, yang berakhir dipukuli oleh Abib atau Arjuna. Demi menjaga dirinya tetap baik-baik saja, Adi pun berupaya keras untuk memenangkan diri. Lebih runyam masalahnya jika sekiranya dia menghadapi semua ini dengan kepala panas. L

DMCA.com Protection Status