Semua Bab Rahim Pengganti CEO Arogan: Bab 21 - Bab 30

44 Bab

Kaya Hati

Satu jam kemudian Naya sampai rumah besar itu, memang rencananya Naya ingin menyendiri dulu dan sekarang Naya harus kembali lagi ke rumah suaminya itu. "Naya, aku pergi dulu ya? Mamaku meminta aku untuk menemaninya." "Lo, kata Mama akan ada tamu yang akan ke sini, Hani. Enggak bisa kah ditunda perginya?"Percakapan mereka pun terjeda."Tidak, kasihan Mama sudah menunggu.""Oke, terus aku yang harus menemui mereka. Seharusnya ini kamu Hani yang jadi istri pertamanya.""Ya. Tapi Mama membutuhkanku Nay.""Sudah, biarkan Hani pergi, Nay." Hani mengangguk, lalu mencium pipi Naya. "Aku akan pergi, jaga kandungannya ya."Naya tersenyum tipis, Hani tersenyum tulus kepada Naya. Padahal akan ada tamu kenapa ia pergi. "Aku berangkat dulu, Naya?" Hani pamit lagi. "Iya. Hati-hati, Hani.""Siap."Keluarga Papa juga adiknya Papa sudah berkumpul di depan. Naya bingung padahal saat berkenalan ia di kenalkan sebagai adiknya Hani. Terpaksa Naya membantu Mbak Nur juga Bibi Darti menyiapkan berbagai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

Harga Diri

"Aku setuju sama Raja sih, bukankah kita dihadapan Allah sama, kan? Cuma bonus saja sih dapat menantu cantik seperti Naya. "Jelas Papa Danuarta. "Setuju, sih." Tante Ana menimpali. Semua tersenyum.. "Gilang, kapan istrimu hamil? Masa kalah sama adikmu, Raja?" Goda Budhe Laras. "Kalian tuh tak menghargai aku sebagai kakak ya? Bukankah dari dulu apapun aku selalu menang dari Raja.""Tapi kali ini, aku yang menang, Mas." Sahut Raja. "Dasar kamu adik kurang ajar! Berani sama kakaknya.""Mas, gak usah marah-marah begitu deh. Nanti cepat tua lo.""Berisik tahu dengar ocehan kamu," ketus Gilang menjawab, ia mengambil air lalu meminumnya. Semua tertawa mendengar Raja terus menjaga Naya dalam candaan saudaranya. Terlihat semua senang saat keluarga berkumpul, bercerita, tertawa. Namun aku agak aneh saja ada apa dengan Hani? Kenapa ia menghindar dan sepertinya keluarga besar Raja tak ada yang menanyakan soal Hani. "Lihatlah, Raja istrimu mukanya memerah. Sudah jangan diejek terus kasihan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

Tak Mau Makanan Itu.

"Di makan, Non," kata Mbak Nur sambil meletakkan sebuah makan malam juga segelas susu hangat. "Iya, Mbak." "Aku tungguin harus sampai habis, Non. Jika tak habis bisa diomelin Tuan saya."Naya mengangguk mengiyakan. "Apa ngak ada yang lain selain daging, Mbak?""Kata, Tuan Raja dan Non Hani ini makan malam terbaik, Non."Naya tersenyum singkat ke arahnya, duduk gelisah antara memakan atau tidak. Saat sendok mau masuk ke mulut perut Naya tersentak dan. Uwekk. "Non Naya kenapa?"Nata berlari ke wastafel untuk memuntahkan cairan asamnya. Selesai Naya kembali memegangi perut yang telah terkuras habis. "Non tidak apa-apa? Aduh gimana ini?"Naya masih muntah. "Aku gak tahan sama baunya. Bawa keluar makanannya, Mbak.""Em, baik. Non."Naya masih memegangi perut yang masih terasa perih. Mbak Nur keluar membawa makanannya di luar ternyata sudah ada Raja berdiri dibalik pintu. "Kenapa dibawa ke luar lagi?""Itu, Non Naya muntah, Tuan lihat makanannya.""Apa?"Raja berlari mendekati Naya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Sadar diri

Naya masih menggenggam ponsel, menatap layar berbaring di sofa. Berselancar sejenak di dunia maya, sesaat Naya terpana melihat Gilang dan Seruni yang berfoto sangat mesra yang baru Dokter Seruni upload satu jam yang lalu. Ah kenapa Naya jadi sesakit ini. "Apa yang, Mbak pikirkan? Dari tadi aku memanggil tidak ada jawaban." Sebuah suara membuyarkan lamunan Naya. "Eh, emm. Daren kamu sudah pulang?""Iya. Mbak aja yang ngak nyadar aku disini"Naya tersenyum. "Sudah lama, Mbak.""Lumayan jamuran sih, sudah mandi sana."Daren menggeleng sebagai jawaban."Bau tahu.""Iya, iya," ucapnya lirih.Daren ke kamar mandi sedangkan Naya masih tiduran di sofa. Tadi Bibi berpamitan keluar buat arisan di Bu Rt katanya. "Naya, makanlah ini tadi, Bibi belikan kamu rujak petis." Bibi tiba-tiba sudah duduk di depan Naya. Naya menghentikan memainkan ponsel. "Cepat sekali, Bi.""Ya, cuma membayar saja, terus pengen beli rujak.""Oh begitu. Pedas ngak, Bi?""Sedang ngak terlalu pedas sih Nay."Naya hany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-18
Baca selengkapnya

Gelisah

"Naya."Naya, Tari juga Ayu berhenti lalu berbalik saat ada suara yang memanggil di tengah perjalanan mereka bertiga menuju parkiran. "Dokter Gilang.""Naya, kami duluan ya. Soalnya sudah ada janji." Ayu berkata. Naya mengangguk. "Iya."Terkadang, takdir hidup memang begitu aneh. Dua anak manusia yang pernah saling menyayangi dan saling mencintai, tiba-tiba terpisah. Sekarang bak orang asing yang tahu posisi, bahwa mereka kini sudah saling memiliki pasangan masing-masing. Kebersamaan mereka tentu semua adalah kenangan yang masih membekas dalam diri. Akan tetapi, apa yang sudah terjadi tak akan pernah bisa dikehendaki, karena takdir sudah berkehendak. Masa lalu hanyalah bayangan ilusi, pelajaran hidup yang tak akan bisa diulang lagi. "Mau aku antar sekalian aku pulang?""Nggak usah, Mas. Aku bisa pulang sendiri.""Kenapa?"Naya tersenyum miring. "Nggak apa-apa. Biar istri kamu tahu aku bukan wanita penggoda. Lagian aku istri orang, Dokter""Jangan becanda. Kita masih bisa jadi tema
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-18
Baca selengkapnya

Dijemput Daren

Naya melangkah pergi, mengikuti Dokter Fahmi dibelakangnya. Dokter tampan begitu kata para pasien memanggil dirinya, ya, wajahnya memang cukup tampan, hidung mancung. Tapi terkenal playboy. Tapi cukup baik dan ramah pada perawat seperti Naya. Naya memasuki ruangan para pasien dan memulai melakukan pemeriksaan satu per satu. Sehabis dari ruangan pasien metrka kembali ke ruangan. Untuk beberapa saat aku termangu duduk kembali. Bingung memahami perasaannya sendiri, mungkinkah Naya mulai memiliki perasaan pada suaminya itu. Ah sudahlah akhirnya Naya ke Musshola rumah sakit yang disediakan khusus untuk para pekerja di sini, menjalankan ibadah Salat Dzuhur. "Naya, mau kemana setelah pulang kerja?""Rebahan," jawab Naya langsung. "Wih, enak."Naya teratawa lirih. Seraya melipat mukena yang baru saja ia pakai. "Ngapain hidup dibuat susah, Nay. Santai saja. Yakinlah Allah tak akan meninggalkanmu. Untuk beberapa saat Naya terdiam. "Kau mungkin benar, aku terlalu perasa dan mudah insecure.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-18
Baca selengkapnya

Awas Kau

"Tuan Raja.''Dia terdiam. Apa-apaan Tuan Raja? Apa Naya tak salah lihat. Kembali Naya menatap ke arah samping, dan ternyata benar ia menatapnya tanpa henti. Seketika jantung Naya terasa berhenti berdetak den sesak napas. Tuan Raja menarik lengan dan mendekatkan mulutnya ke dekat telinga Naya. "Pulang.""Ngak mau orang filmnya bagus kok." Tolak Naya kali ini. "Dasar cengeng lihat begitu saja nangis." Ejeknya. Naya mengamati wajah Raja yang agak minim pencahayaan, terlihat wajah emosi masih menyelimutinya. "Pulang atau nanti aku akan menghukummu."Naya hanya diam. "Awas nanti."Napas Naya masih memburu Naya mencoba untuk tak gugup. "Sebentar lagi, tanggung mau selesai, Tuan." Rayu Naya pelan. "Berani kau melawanku."Naya menoleh sekilas padanya. "Terserah hukum saja. Saya ngikut.""Oke. Kita lihat nanti."Tenggorokan Naya terasa kering hingga tidak ada kata-kata lagi yang bisa keluar dari mulutnya. Naya hanya mengangguk dan tersenyum tipis mencoba menganggap semua nanti akan bai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-18
Baca selengkapnya

Kembali Hangat

"Benar. Aku memang istrimu. Istri kedua tepatnya dan hanya istri mesin pembuat anak, kan.""Naya."Naya yang masih mematung, bingung mau memberi jawaban apa pada suami pemarah itu."Kau kenapa bisa bicara seperti itu.""Kenyataannya, kan?''Raja terdiam menatap ke arah istrinya kesal. "Kenapa sih punya pikiran begitu."Naya menarik napas. "Begitu bagaimana jelas-jelas ini kenyataan, setelah bayi ini lahir kalian akan membuangku, kan."Raja fokus menyetir dan terdiam. "Coba Tuan diposisi aku, mengandung melahirkan setelah itu harus menyerahkan bayi ini." Naya terdiam. "Setelah itu kalian akan membuangku menjadikan aku seorang janda. Lucu bukan kisah hidupku." Naya mengusap air matanya. Hening, pun Raja tak berani bertanya ataupun bicara lagi. "Dia laki-laki adalah laki-laki yang sangat aku sayangi. Dan untuk kesembuhannya aku rela meminjamkan rahim ini untuk keluarga Anda." Raja terdiam. "Puas, Tuan."Raja terdiam. Ia tahu jika keluarganya membayar mahal Naya untuk membiayai ope
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya

Cemburu kah

Naya mengambil nasi juga rica-rica ayam. Tadi pagi selesai Salat Subuh Sarah dan Mbok Darmi masak rica-rica ayam kesukaannya juga ada mie bihun goreng. "Kayaknya enak nih." Kata Raja yang baru saja bergabung. "Ya, ayo sarapan, Mas. Mie bihunnya mau, Mas?""Mau dikit saja."Naya lalu memberikan makanan dalam piring itu untuk suaminya. "Makasih.""Sama-sama Mas."Kini mereka diam menikmati sarapan bersama hanya berdua. "Bagaimana kandunganmu?"Naya tersenyum. "Alhamdulilah baik."Raja mengangguk. "Habiskan makanannya."Naya menganggukan kepala. "Ya.""Pagi Sayang, Nay." Hani datang do tengah-tengah mereka. "Pagi Han," jawab Naya seraya tersenyum. "Enak ini makan apa?""Mau aku ambilkan.""Mau tapi biar aku yang ambil sendiri ya."Naya mengangguk. Selesai mengambil Hani duduk di samping Raja."Mas hari ini kerjakah?""Ya ada jadwal meeting hari ini.""Yah.""Kenapa?" tanya Raja. "Harusnya hari sabtu jatahku kan, kita hangout berdua saja."Naya hanya tersenyum meskipun hatinya tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya

Dia Dokter Hasan

Dia mengenakan snelly putih dengan dalaman kemeja hitam, rambut rapi, hidung mancung, postur tubuhnya tinggi tegap. Sungguh berbeda dengan dia yang Naya kenal delapan tahun lalu. Jika seseorang baru bertemu dengannya sekarang, pasti tidak akan percaya kalau Naya katakan bahwa dia adalah lelaki yang sama yang kerap mengatakan cintanya berulang kali bertahun-tahun yang lalu pada Naya. Dokter tampan bernama Hasan itu adalah Dokter yang tak lain adalah sahabatnya dulu. "Naya kamu hamil? Sudah menikah kah?''"Duduklah. Aku ingin bicara denganmu."Dia menurut. Segera ia ambil tempat di depan Naya di kursi kantin. Teh hangat yang masih mengepulkan asap menguarkan aroma khas melati dari atas meja yang baru disajikan oleh seorang pramusaji. "Bisa kau jelaskan padaku, kenapa tiba-tiba ada di rumah sakit ini Dokter?"Hasan membuang napas kasar kemudian, mengangkat wajahnya menatap Naya. "Naya. Kamu jadi perawatan disini, astaga bahkan sudah satu bulan di sini aku tak tahu.""Jangan mengalihk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status