All Chapters of 30 Days Girlfriend: Chapter 61 - Chapter 70
105 Chapters
61 Pengorbanan
Satu jam lamanya Naren diam dalam posisinya. Lama-lama ia lelah juga. Tapi ia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya. Atau mungkin Brama tidak akan datang? Tidak mungkin. Buat apa dia membuat seisi villa teler kalau bukan karena ingin datang ke villa.Saat itu lah Naren mendengar derit pintu. Saat pintu di hadapannya terbuka, sosok Brama muncul. Bekas luka yang sempat ia berikan untuk laki-laki itu sudah hampir pudar walau masih ada beberapa lebam kebiruan di sekitar matanya."Lama juga ya. Padahal udah dari tadi semua orang nggak sadar." Naren menatap Brama tanpa rasa gentar sedikit pun. "Oh, atau sengaja? Sampai kamu yakin kalau semua orang yang ada di sini nggak akan terbangun untuk mencegah niat busukmu?"Brama terkekeh. Kini ia sama sekali tidak merasa takut dengan Naren. Ia hanya ingin segera menuntaskan dendamnya kepada Rhea dan kepada laki-laki di hadapannya yang dengan jemawa menantangnya. "Sebuah kehormatan bagi saya, Pak Naren mau menyambut saya seperti ini. Yaah, walaupun se
Read more
62 Bibirku Luka, Tapi Masih Bisa Melakukan Hal Lain
"Rhe, tolongin dong. Naren belum makan. Kasian kalo mesti naik turun," ucap Pras.Seharian itu, baik Pras, Brian, Rama terlihat sibuk mengurus berbagai hal. Mulai dari memeriksakan satu per satu orang yang baru sadar dari efek obat tidur, menyusun bukti-bukti, mengambil rekaman cctv, mengantar Naren ke kantor polisi untuk memberikan keterangan dan bahkan menemani Naren untuk visum.Rhea benar-benar bersyukur atas kehadiran mereka. Ia tidak bisa membayangkan kalau harus menghadapinya seorang diri.Ketukan di pintu kamarnya membuat Naren berdecak kesal. Ia baru saja kembali dari kantor polisi dan ingin menghabiskan waktu dengan tidur karena badannya masih terasa remuk."Apa?" ucapnya sedikit berteriak.Rhea membuka pintu kamar Naren dan menemukan lelaki itu sedang berbaring sambil memejamkan mata."Makan dulu."Mata Naren seketika terbuka begitu mendengar suara Rhea."Sorry, Rhe. Kirain anak-anak."Rhea masuk ke dalam kamar dan meletakkan makanan yang dibawanya ke atas nakas."Aku ngant
Read more
63 Menatap Cermin yang Salah
Seminggu setelah peristiwa Naren dihajar Brama dan Brama akhirnya ditangkap, Naren secara resmi membubarkan timnya. Tugas timnya sudah beres, bahkan timnya memberikan insight baru kepada perusahaan yoghurt kesayangan almarhumah neneknya itu agar bisa melakukan diversifikasi usaha.Untuk merayakan pencapaian mereka, Naren sengaja memesan tempat di restoran salah satu hotel berbintang yang ada di Bogor, sebelum mereka kembali ke Jakarta.Sembari menunggu makanan yang dipesannya datang, Naren mengeluarkan lima kotak berwarna hitam dari paper bag yang sejak tadi ditentengnya dan menyerahkannya kepada masing-masing anggota timnya. "Simbol ucapan terima kasih dan hadiah dari Pak Aditama." Naren memang selalu menggunakan sapaan resmi jika berhubungan dengan pekerjaan.Kelimanya saling lirik penuh tanya, ragu untuk membukanya, tapi penasaran isinya."Buka aja kalo penasaran," ujar Naren sembil tersenyum.Rafli yang pertama kali membuka kotak itu. Matanya seketika berbinar, dan karena melihat
Read more
64 Mau Minta Kamu ke Papamu
"Mama! Mama! Bangun, Ma! Kakak pulang bawa cowok."Ranu, adik Rhea satu-satunya, dengan perbedaan jarak 17 tahun, tapi hubungan mereka tetap terjalin akrab. Sama-sama punya jiwa menindas. Rhea menindas adiknya dengan segala perintahnya yang harus dituruti karena ia anak tertua dan Ranu membalas kakaknya dengan segala jenis kejahilannya. Melihat kakaknya mengajak teman laki-laki pulang ke rumah tentu saja akan menjadi bahan kejahilannya yang terbaru."Beneran?" Wanita bernama Dyah Hapsari itu segera membuka mata, tanpa ekspektasi terlalu tinggi. Rhea masih memegang prinsipnya seperti dulu, hanya akan mengenalkan pacarnya kalau ia dalam tahapan yang serius. Maka setiap laki-laki yang diajak pulang, statusnya hanya mentok sebagai teman, benar-benar teman, tidak lebih.Dyah merapikan tampilannya sebelum turun ke ruang tamu. Ia sempat mengintip sebelum masuk ke ruang tamu. Benar, ada seorang lelaki yang duduk di seberang anaknya, terlihat cukup canggung menghadapi suaminya."Udah pulang,
Read more
65 Nitip Anak Om Ya!
"Kamu ngapain, Kak?” tanya Haris yang tengah mengenakan kaus kaki di kursi teras depan rumahnya.Dua koper sudah tersusun rapi di ujung teras. Rhea yang sedang mengelap spion mobilnya seketika menoleh kepada papanya sambil mengernyit bingung. “Manasin mobil buat nganter ke bandara kan?”“Oooh, nggak usah,” jawab Haris tanpa mendongak sama sekali ke arah putrinya.“Lah terus? Mau naik taksi? Aku anter aja lah, Pa.”Belum sempat papanya menjawab, teriakan seseorang terdengar dari luar pagar. “Sore, Om.”“Sore. Bukain pagernya, Kak.”Rhea menatap Naren dan papanya bergantian, kemudian beranjak ke belakang pagar untuk menuruti perintah papanya membukakan pagar untuk Naren.“Mau ngapain? Aku mau nganter keluargaku ke bandara.” ucap Rhea di depan Naren. Ia sengaja tidak bersuara terlalu kencang. Orang tuanya bisa memberinya ceramah tujuh hari tujuh malam kalau ia bersikap atau berucap kasar ke orang lain, apalagi orang tuanya kelihatan menyukai Naren yang selalu dipuji-puji telah ‘menyelama
Read more
66 Bukan yang Pertama
Rhea melemparkan diri ke kasurnya begitu tiba di kamar. Ia meraih bantal dan menangkupkannya di atas wajahnya."Aaaargh. Rhea!" Ia berteriak lumayan kencang karena itulah ia membutuhkan bantal untuk meredam suaranya.Selain teriakannya, kini kakinya ikut menendang-nendang udara.Semua sel tubuhnya seakan protes atas apa yang telah dilakukan si empunya tubuh. Padahal semua sel itu berhianat padanya saat kejadian itu terjadi.Bisa-bisanya ia menerima ciuman Naren dan malah memejamkan mata.***-Beberapa jam sebelumnya-Rhea menatap fotonya dengan Naren. Ia tersenyum melihatnya. Lelaki di foto itu, Naren, adalah pacar pertamanya. Kadang ia rindu saat itu, saat di mana ia rela menjadi pacar tiga puluh hari seorang Narendra, dan diperlakukan istimewa oleh lelaki itu.Sekarang lelaki itu ada di sampingnya, memberikan harapan, lalu menyakiti, dan datang kembali dengan mengaku cinta. Harus bagaimana ia bersikap?Saat pikirannya tengah bercabang, ia merasakan dagunya ditarik seseorang dan dala
Read more
67 Nikah vs Kawin
-Jingga kelas 1 SMA & Naren kelas 3 SMA-"Kamu ngantuk banget kayaknya?" Naren menatap Jingga yang beberapa kali menguap saat Naren mengajaknya ke mall untuk mencari jaket.Jingga tersenyum menahan malu sekaligus menahan kantuknya."Ya udah sabar ya, bentar, aku bayar dulu ini, abis itu pulang."Pada akhirnya, Naren mengajak Jingga pulang ke rumahnya karena Jingga bersikeras tidak mau pulang ke rumahnya sendiri. Mamanya sedang mengadakan arisan di rumahnya, dan Jingga terlalu malas menghadapi kebisingan ibu-ibu itu, sementara kantuknya sudah tidak tertahan lagi."Kamu begadang semalam?" Naren mengambilkan guling dari dalam kamar tamu agar Jingga merasa nyaman walaupun dia tidur di sofa."Aku nggak bisa ngerjain PR fisika, Kak. Serius otakku bener-bener nggak nyampe.""Kita nggak harus bisa di semua pelajaran, Ngga. Toh nilai kamu di matematika bagus, di kimia apa lagi. Udah lah, nyerah aja sama fisika." Naren kini duduk di lantai dengan bersandar pada sofa, sekaligus merebahkan kepala
Read more
68 One Month Notice
"Habis nganter kamu ke kantor, aku langsung berangkat ke Bogor ya." ucap Naren yang kini tengah menyetir dengan Rhea di sampingnya."Ngapain? Masih ada yang mesti diurus?""Hari ini persidangan Brama.""Aku perlu ikut?"Naren menggeleng tegas. "Nggak usah. Aku nggak mau Brama ngelihat kamu. Lagian bukti-bukti yang ada, ditambah pengakuan Ayu, semuanya udah lebih dari cukup buat menjerat dia."Rhea menghirup napas perlahan kemudian menghembuskannya."Kenapa?" tanya Naren yang memperhatikannya."Nggak. Kadang aku mikir aja, kok bisa dulu aku pacaran sama dia bertahun-tahun? Kok bisa dia berubah jadi orang yang sejahat itu?""Kalian itu cuma bersinggungan takdir. Kebetulan aja bersinggungannya agak lama. Dan dia berubah jadi kayak gitu ya bukan karena salahmu. Dia udah dewasa kan buat nentuin jalan hidupnya."Rhea bertepuk tangan dengan sarkastis. "Wow! Diucapkan oleh Narendra yang jumlah mantannya bisa buat bikin beberapa tim sepakbola."Ucapan Rhea membuat Naren terbahak. Iya, mungkin
Read more
69 Membuka Hati
Rhea mengacak rambutnya dengan frustasi.Ia masih mencoba menghubungi Naren tanpa henti, meskipun ia tahu mungkin percuma.Tangannya mulai bergetar. Ia tidak tahu harus mencari bantuan ke mana atau ke siapa.Andai ia tahu nomor ponsel sahabat Naren, mungkin kini ia akan merengek kepada mereka untuk membantunya.Di tengah rasa frustasinya, ia mencoba mengecek kembali nomor contact di ponselnya. Siapa tahu ada yang bisa dia hubungi di tengah kepanikannya.Dio.Hanya atasannya yang juga sahabat Naren yang kini ada di pikirannya.Ah, ia tidak peduli kalaupun jarum jam dinding hampir menunjuk ke angka sepuluh.Dengan gemetar, ia mencoba menghubungi Dio.Suara serak Dio terdengar di ujung sambungan telepon, sepertinya lelaki itu sudah terlelap sebelumnya."Halo, Rhe. Kenapa?"Rhea menahan tangisnya agar bisa berbicara jelas dengan Dio. "Maaf ganggu, Pak. Saya ... Saya bingung, Naren nggak bisa dihubungi sampe sekarang.""Hah? Naren belum balik dari Bogor?" tanya Dio bingung, pasalnya ia jug
Read more
70 Calon Istri Brian
Naren tidak tahu telah melakukan kebaikan seperti apa hingga hari seindah ini datang dalam kehidupannya. Saat membuka mata, ia menyaksikan wanita yang dicintainya masih terlelap di atas kasurnya. Tidurnya di atas sofa yang tidak terlalu nyaman itu seperti tak ada artinya dibanding kesempatannya menyaksikan pemandangan itu.Ia lantas berjalan mendekat ke kasur dan duduk di lantai sambil mengamati Rhea yang masih memejamkan mata."Sayang, bangun," ucap Naren sambil memainkan jarinya di kening Rhea.Rhea mengerjap pelan hingga akhirnya mampu membuka matanya."Kerja nggak? Kalo mau nggak masuk, nanti tinggal kukasih tau Dio.""Emangnya perusahaan ka—" Rhea menutup mulutnya setelah menyadari apa yang akan dikatakannya.Naren hanya terkekeh. "Ya emang perusahaan kakekku."Rhea memaksa dirinya untuk bangun dan bersandar di head board ranjang, sementara Naren mengubah posisinya menjadi duduk di pinggir ranjang menghadap ke Rhea."Rhe, kapan orang tuamu ke Jakarta lagi?" tanya Naren sambil mer
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status