All Chapters of Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua: Chapter 31 - Chapter 40

151 Chapters

BAB 31 — ENTAH BAGAIMANA

Berbeda dengan Baskara, Gemintang justru merasa pesanan itu adalah anugerah. Namun, karena harus membantu sang ibu menyiapkan pesanan itu, Gemintang sedikit terlambat pulang hari ini. Langit bahkan sangat gelap saat ia tiba di rumah. Hanya berharap Maura tak marah padanya kali ini. Ia sudah berjanji kepada anak itu untuk menemaninya tidur. Sedangkan sekarang sudah pukul sembilan malam. "Maura?" panggil Gemintang ketika ia membuka kamar putrinya dan menemukan Maura bersama sang pengasuh sedang menonton televisi. "Ibu?" Maura menoleh ke arah pintu dan mendapati Gemintang di sana. Anak itu langsung menghambur peluk ke arahnya. "Yeay! Ibu pulang!" Sementara sang pengasuh langsung pamit undur diri, kembali ke kamarnya. "Hei, kamu belum tidur?" tanya Gemintang usai menutup pintu kamar. "Sudah malam, Sayang, matikan televisinya dan tidur, ya?" "Mau tidur dengan ibu dan ayah. Ayah belum pulang lagi ya, Bu?" tanya Maura polos membuat senyum Gemintang memudar perlahan. Dia bah
Read more

BAB 32 — ORDERAN FIKTIF?

Menangis semalaman membuat Gemintang kehilangan banyak energi. Ia hampir terlambat bekerja karena bangun kesiangan. Namun, beruntungnya Gemintang tiba di toko roti ibu panti, tepat waktu, meski harus melewatkan waktu sarapannya.“Aku kira kamu tidak berangkat hari ini, tumben sekali kamu berangkat agak siang?” Suara berat itu mengejutkan Gemintang yang baru saja meletakkan tasnya di meja. Baskara datang membawa sebuah lembaran kertas berwarna biru.“Maaf, aku kesiangan karena semalam menemani Maura menonton film sampai larut,” jawabnya seraya menerbitkan senyum selebar mungkin.Pria berkemeja hitam itu hanya terkekeh saja. Ia yakin Gemintang sedang berdalih, meski bibirnya berkata tidak tetapi kantung mata dan wajahnya yang lesu itu sudah memberikan jawaban tersendiri bagi Baskara.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat untuk mendesak Gemintang agar jujur padanya.“Tidak masalah. Aku juga tak akan memotong gajimu jika hanya terlambat sedikit. Ah, ya, sebagian pesanan brownies 200 bo
Read more

BAB 33 — UNKNOWN NUMBER

Sementara di tempat lain ....“Bagaimana bisa coil sebanyak ini harus tertunda pengirimannya?” Ketenangan Janu terusik kala mendengar laporan dari Manggala jika ada kendala pada proses pengiriman bahan baku, sehingga membuat proses pembuatan harus mundur beberapa hari lagi.“Mereka bilang ada masalah di ekspedisi. Tetapi mereka juga tetap tanggung jawab dengan menanggung biaya ongkos kirim keseluruhan. Impas, kan?” timpal Manggala seraya menarik kursi di hadapan Janu dan mendaratkan tubuhnya di sana. Janu membuang napas panjang. Pria itu lalu menandatangani berkas-berkas yang diberikan sepupunya itu. “Kalau begitu kau mulai cari supplier lain yang lebih dekat.”“Mencari supplier lain?” “Ya, alangkah baiknya kau cari supplier lain. Antisipasi hal yang sama terjadi, kita bisa datangkan coil dari mereka.”“Kita bahkan baru mengalaminya sekali. Biasanya mereka juga tepat waktu,” desah Manggala seraya menatap sebal ke arah Janu. “Misalnya ada kejadian yang sama lalu kau datangkan coil d
Read more

BAB 34 — PERTUNJUKAN MENARIK

“Tunggu dulu!” Manggala mencoba menghentikan Janu yang terlihat kalang kabut dan mulai mengemasi barang-barangnya. “Kita tidak tahu siapa pemilik nomor itu, bisa saja ini salah paham atau dia sengaja memancing keributan antara kau dan Gemintang.” Sayangnya, api cemburu telah membakar hati Janu.Pria itu hanya berhenti sejenak, tetapi rahangnya mengeras. Ditatapnya tajam Manggala. “Bagaimana mungkin rekaman CCTV itu salah paham? Lalu bukti reservasi itu? Bagaimana pemilik nomor itu tahu nama dan identitas Gemintang?” tanya Janu, tak sabar. "Aku tahu hubungan kalian sedang rumit, tapi aku yakin Gemintang tidak akan setega itu,” ujar Manggala dengan penuh keyakinan.“Dengan kepribadiannya yang apa adanya, dia tidak mungkin berniat selingkuh di belakangmu.”"Benarkah?” tanya Janu tanpa menatap Manggala. “Apa yang bisa menjamin dia tidak melakukannya?”"Aku memang tidak bisa menjamin apa-apa.” Manggala menghela napas panjang. Ia kemudian berjalan ke arah Janu.“Tapi, aku tidak ingin kam
Read more

BAB 35 — AKU HANYA PERCAYA BUKTI

Gemintang yang baru saja keluar dari taksi, menghela napas. Ada lemburan pesanan yang membuatnya harus pulang sedikit malam. Untungnya, dapat diselesaikan dengan baik. Setelah membayar biaya taksi, Gemintang lantas berjalan memasuki rumah megah itu.Dia ingin membersihkan diri, menemui Maura, lalu beristirahat.Hanya saja, tubuh Gemintang menegang saat membuka pintu kamar.Wanita itu terkejut melihat keberadaan Janu!Pria dalam balutan piyama itu duduk di kursi meja kerjanya, sedang membaca sebuah buku.Mungkinkah dia sudah lama di sana?Tapi, bukankah Janu seharusnya sedang dinas?"A-apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Gemintang, mengendalikan diri. Wanita itu lalu melanjutkan langkahnya menuju meja rias."Menunggumu,” jawab Janu singkat, tanpa menoleh dari bukunya.Gemintang terdiam sejenak, jantungnya berdebar kencang. Menunggu?Jika Janu pulang, bukankah ini jadwalnya dengan Rosaline? "Untuk apa?” tanya Gemintang dengan penuh waspada. “Bukankah malam ini ..."Brak!Belum semp
Read more

BAB 36 — TAK BISA BERBOHONG LAGI

Pertengkaran itu membuat hubungan Janu dan Gemintang mendingin. Keduanya tidak bicara lagi seperti sebelumnya.Mereka saling menghindar, membiarkan pertengkaran mereka larut hingga hari berikutnya.Janu pergi entah kemana, sementara Gemintang hanya menangis sendirian di tempat tidur hingga membuat kantung matanya membesar.Hal itu memantik rasa curiga Baskara yang menjumpainya pagi ini. Walau Gemintang menutupinya dengan masker, sedikit pun perubahan pada wajah wanita itu selalu terlihat olehnya.“Dapur ini bisa banjir jika kau tidak segera mematikan keran airnya,” ujar Baskara, menyadarkan Gemintang yang sedang melamun saat mencuci peralatan masak. Air dalam wastafel itu hampir meluap jika saja Baskara terlambat.“Oh, maaf.” Terkejut, wanita itu lalu mematikan keran lalu berbalik badan menghadap Baskara yang kini berdiri seraya melipat kedua tangannya di depan dada. “Kamu... sejak kapan di sana?”“Belum lama,” jawab Baskara, mengamati wajah wanita di hadapannya lebih seksama. “Kau s
Read more

BAB 37 — MEMECATKU?

Mata Gemintang berkaca-kaca.Jika Baskara mendengar kecurigaan Janu kemarin, apakah lelaki itu hanya akan diam di tempat?“Hanya salah paham kecil, tetapi kami sudah baikan pagi ini. Kamu tenang saja.” Gemintang menjawab dengan nada setenang mungkin.Namun, Baskara tidak bisa percaya. Pria itu lalu meletakkan sendoknya dan melipat tangannya di meja. Masih memandangi wanita berambut sebahu itu.“Di sini tidak ada ibu. Kau bisa mengatakan semua masalahmu.”“Sungguh, aku dan—”“Apa kau pikir aku tidak tahu siapa suamimu?” Baskara mengulas senyum tipis kala Gemintang menoleh ke arahnya.“Januartha Dananjaya, pemilik perusahaan baja ringan terbesar di negara ini dan banyak bisnis ekspor lain yang dia kembangkan. Selain itu, dia pria yang sudah menikah dengan Rosaline Gilda Wijaya, model wanita sekaligus pengusaha bisnis kecantikan dan fashion. Nama mereka terkenal di dunia industri tanah air sebagai konglomerat.”Gemintang tertegun. Matanya membulat tak percaya. Air mata yang selama ini i
Read more

BAB 38 — KESEMPATAN KEDUA

Keesokan paginya ....Gemintang menepati janji Baskara untuk datang lebih awal hari ini. Matahari bahkan belum terlalu tinggi saat Gemintang tiba toko roti milik Bu Ningrum. Entah apa yang akan dikatakan Baskara nanti, tetapi percakapan mereka di restoran kemarin sempat membuat Gemintang tak bisa tidur tenang.Tin! Tin!Tiba-tiba saja suara klakson mobil terdengar, mengalihkan pandangan Gemintang ke jalan.Satu jendela pada mobil putih itu bergerak turun, menampilkan Baskara yang berada pada kursi kemudi.“Ayo, masuk!” pintanya membuat alis Gemintang bergerak naik.Wanita itu lantas bertanya, “Kita mau kemana?”“Masuklah saja, aku akan jelaskan nanti!”Mendengar itu, Gemintang lantas mengikuti permintaan Baskara untuk masuk ke dalam mobil.Jujur, wanita itu sempat khawatir dan waspada kepada Baskara. Sebab, pria itu tidak menjelaskan apa pun sepanjang perjalanan tadi.Gemintang bahkan baru bisa menghela napas lega ketika mobil hitam yang mereka tumpangi itu terhenti di resto milik Ba
Read more

BAB 39 — MENCUCI PIKIRAN

Kesempatan dari Baskara ini membuat Gemintang sangat bahagia.Terlebih, pria itu menjamin, rencana untuk mengambil sertifikasi secara diam-diam itu, tak akan diketahui oleh Rosaline.Meski demikian, Baskara juga mengingatkan betapa liciknya Rosaline.Gemintang mungkin akan diganggunya kembali dengan berbagai cara!Dan benar saja....Rosaline memang tidak puas dengan keberhasilannya kemarin!Dia sudah menyaksikan pertengkaran antara suami istri, kini ia tak ingin melewatkan juga pertengkaran ibu dan anak.Wanita itu sudah tiba di sekolah Maura bersama pengasuhnya. Akan tetapi, ia sengaja bersembunyi dari anak itu.“Nyonya, kita sudah berada di sini lebih dari 30 menit. Sekolah juga sudah mulai sepi. Bagaimana jika Maura menangis?” Pengasuh Maura menginterupsi Rosaline yang sedang memainkan ponsel di dalam mobil.“Biar saja menangis, anak itu sudah terlalu lama senang dan manja di rumahku,” ucap Rosaline santai. Ia bahkan tak bergerak dari posisinya dan bermain ponselnya.“Lagipula, sem
Read more

BAB 40 — MELEWATKAN SESUATU

Sementara itu, Gemintang telah berhasil bertemu dengan perwakilan dari Institut Seni Kuliner.Namun ternyata, ia tidak langsung diterima begitu saja. Gemintang masih harus menempuh ujian kualifikasi.Selain itu, ia perlu menyiapkan portofolio untuk menunjukkan kemampuannya agar layak untuk mendapatkan beasiswa.Untungnya, Baskara langsung memberikan setumpuk buku agar dipelajari agar Gemintang menguasai pengetahuan terkait kuliner dan teknik memasak.“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Baskara bertanya setelah meletakkan segelas kopi di hadapan Gemintang yang terlihat melamun.Gemintang meraih gelas kopinya. “Mataku lelah membaca.”“Istirahat dulu saja,” pria itu menunjuk buku referensi di hadapannya yang sedang terbuka, “buku ini hanya pedoman dasar, cukup baca sekilas dan catat poin pentingnya.”Gemintang mengangguk saja, menyesap kopinya. "Terima kasih."“Sama-sama,” ujar Baskara usai menurunkan gelasnya, "Hanya saja, aku sebelumnya ingin minta maaf."Deg!Jantung Gemintang mencelos.
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status