Share

BAB 34 — PERTUNJUKAN MENARIK

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tunggu dulu!” Manggala mencoba menghentikan Janu yang terlihat kalang kabut dan mulai mengemasi barang-barangnya. “Kita tidak tahu siapa pemilik nomor itu, bisa saja ini salah paham atau dia sengaja memancing keributan antara kau dan Gemintang.”

Sayangnya, api cemburu telah membakar hati Janu.

Pria itu hanya berhenti sejenak, tetapi rahangnya mengeras.

Ditatapnya tajam Manggala. “Bagaimana mungkin rekaman CCTV itu salah paham? Lalu bukti reservasi itu? Bagaimana pemilik nomor itu tahu nama dan identitas Gemintang?” tanya Janu, tak sabar.

"Aku tahu hubungan kalian sedang rumit, tapi aku yakin Gemintang tidak akan setega itu,” ujar Manggala dengan penuh keyakinan.

“Dengan kepribadiannya yang apa adanya, dia tidak mungkin berniat selingkuh di belakangmu.”

"Benarkah?” tanya Janu tanpa menatap Manggala. “Apa yang bisa menjamin dia tidak melakukannya?”

"Aku memang tidak bisa menjamin apa-apa.” Manggala menghela napas panjang. Ia kemudian berjalan ke arah Janu.

“Tapi, aku tidak ingin kam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 35 — AKU HANYA PERCAYA BUKTI

    Gemintang yang baru saja keluar dari taksi, menghela napas. Ada lemburan pesanan yang membuatnya harus pulang sedikit malam. Untungnya, dapat diselesaikan dengan baik. Setelah membayar biaya taksi, Gemintang lantas berjalan memasuki rumah megah itu.Dia ingin membersihkan diri, menemui Maura, lalu beristirahat.Hanya saja, tubuh Gemintang menegang saat membuka pintu kamar.Wanita itu terkejut melihat keberadaan Janu!Pria dalam balutan piyama itu duduk di kursi meja kerjanya, sedang membaca sebuah buku.Mungkinkah dia sudah lama di sana?Tapi, bukankah Janu seharusnya sedang dinas?"A-apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Gemintang, mengendalikan diri. Wanita itu lalu melanjutkan langkahnya menuju meja rias."Menunggumu,” jawab Janu singkat, tanpa menoleh dari bukunya.Gemintang terdiam sejenak, jantungnya berdebar kencang. Menunggu?Jika Janu pulang, bukankah ini jadwalnya dengan Rosaline? "Untuk apa?” tanya Gemintang dengan penuh waspada. “Bukankah malam ini ..."Brak!Belum semp

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 36 — TAK BISA BERBOHONG LAGI

    Pertengkaran itu membuat hubungan Janu dan Gemintang mendingin. Keduanya tidak bicara lagi seperti sebelumnya.Mereka saling menghindar, membiarkan pertengkaran mereka larut hingga hari berikutnya.Janu pergi entah kemana, sementara Gemintang hanya menangis sendirian di tempat tidur hingga membuat kantung matanya membesar.Hal itu memantik rasa curiga Baskara yang menjumpainya pagi ini. Walau Gemintang menutupinya dengan masker, sedikit pun perubahan pada wajah wanita itu selalu terlihat olehnya.“Dapur ini bisa banjir jika kau tidak segera mematikan keran airnya,” ujar Baskara, menyadarkan Gemintang yang sedang melamun saat mencuci peralatan masak. Air dalam wastafel itu hampir meluap jika saja Baskara terlambat.“Oh, maaf.” Terkejut, wanita itu lalu mematikan keran lalu berbalik badan menghadap Baskara yang kini berdiri seraya melipat kedua tangannya di depan dada. “Kamu... sejak kapan di sana?”“Belum lama,” jawab Baskara, mengamati wajah wanita di hadapannya lebih seksama. “Kau s

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 37 — MEMECATKU?

    Mata Gemintang berkaca-kaca.Jika Baskara mendengar kecurigaan Janu kemarin, apakah lelaki itu hanya akan diam di tempat?“Hanya salah paham kecil, tetapi kami sudah baikan pagi ini. Kamu tenang saja.” Gemintang menjawab dengan nada setenang mungkin.Namun, Baskara tidak bisa percaya. Pria itu lalu meletakkan sendoknya dan melipat tangannya di meja. Masih memandangi wanita berambut sebahu itu.“Di sini tidak ada ibu. Kau bisa mengatakan semua masalahmu.”“Sungguh, aku dan—”“Apa kau pikir aku tidak tahu siapa suamimu?” Baskara mengulas senyum tipis kala Gemintang menoleh ke arahnya.“Januartha Dananjaya, pemilik perusahaan baja ringan terbesar di negara ini dan banyak bisnis ekspor lain yang dia kembangkan. Selain itu, dia pria yang sudah menikah dengan Rosaline Gilda Wijaya, model wanita sekaligus pengusaha bisnis kecantikan dan fashion. Nama mereka terkenal di dunia industri tanah air sebagai konglomerat.”Gemintang tertegun. Matanya membulat tak percaya. Air mata yang selama ini i

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 38 — KESEMPATAN KEDUA

    Keesokan paginya ....Gemintang menepati janji Baskara untuk datang lebih awal hari ini. Matahari bahkan belum terlalu tinggi saat Gemintang tiba toko roti milik Bu Ningrum. Entah apa yang akan dikatakan Baskara nanti, tetapi percakapan mereka di restoran kemarin sempat membuat Gemintang tak bisa tidur tenang.Tin! Tin!Tiba-tiba saja suara klakson mobil terdengar, mengalihkan pandangan Gemintang ke jalan.Satu jendela pada mobil putih itu bergerak turun, menampilkan Baskara yang berada pada kursi kemudi.“Ayo, masuk!” pintanya membuat alis Gemintang bergerak naik.Wanita itu lantas bertanya, “Kita mau kemana?”“Masuklah saja, aku akan jelaskan nanti!”Mendengar itu, Gemintang lantas mengikuti permintaan Baskara untuk masuk ke dalam mobil.Jujur, wanita itu sempat khawatir dan waspada kepada Baskara. Sebab, pria itu tidak menjelaskan apa pun sepanjang perjalanan tadi.Gemintang bahkan baru bisa menghela napas lega ketika mobil hitam yang mereka tumpangi itu terhenti di resto milik Ba

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 39 — MENCUCI PIKIRAN

    Kesempatan dari Baskara ini membuat Gemintang sangat bahagia.Terlebih, pria itu menjamin, rencana untuk mengambil sertifikasi secara diam-diam itu, tak akan diketahui oleh Rosaline.Meski demikian, Baskara juga mengingatkan betapa liciknya Rosaline.Gemintang mungkin akan diganggunya kembali dengan berbagai cara!Dan benar saja....Rosaline memang tidak puas dengan keberhasilannya kemarin!Dia sudah menyaksikan pertengkaran antara suami istri, kini ia tak ingin melewatkan juga pertengkaran ibu dan anak.Wanita itu sudah tiba di sekolah Maura bersama pengasuhnya. Akan tetapi, ia sengaja bersembunyi dari anak itu.“Nyonya, kita sudah berada di sini lebih dari 30 menit. Sekolah juga sudah mulai sepi. Bagaimana jika Maura menangis?” Pengasuh Maura menginterupsi Rosaline yang sedang memainkan ponsel di dalam mobil.“Biar saja menangis, anak itu sudah terlalu lama senang dan manja di rumahku,” ucap Rosaline santai. Ia bahkan tak bergerak dari posisinya dan bermain ponselnya.“Lagipula, sem

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 40 — MELEWATKAN SESUATU

    Sementara itu, Gemintang telah berhasil bertemu dengan perwakilan dari Institut Seni Kuliner.Namun ternyata, ia tidak langsung diterima begitu saja. Gemintang masih harus menempuh ujian kualifikasi.Selain itu, ia perlu menyiapkan portofolio untuk menunjukkan kemampuannya agar layak untuk mendapatkan beasiswa.Untungnya, Baskara langsung memberikan setumpuk buku agar dipelajari agar Gemintang menguasai pengetahuan terkait kuliner dan teknik memasak.“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Baskara bertanya setelah meletakkan segelas kopi di hadapan Gemintang yang terlihat melamun.Gemintang meraih gelas kopinya. “Mataku lelah membaca.”“Istirahat dulu saja,” pria itu menunjuk buku referensi di hadapannya yang sedang terbuka, “buku ini hanya pedoman dasar, cukup baca sekilas dan catat poin pentingnya.”Gemintang mengangguk saja, menyesap kopinya. "Terima kasih."“Sama-sama,” ujar Baskara usai menurunkan gelasnya, "Hanya saja, aku sebelumnya ingin minta maaf."Deg!Jantung Gemintang mencelos.

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 41 — MARAH

    Meski demikian, Gemintang tidak ingin bertanya. Rasanya tak pantas jika mencurigai niat seseorang yang membantu. Bu Ningrum dan Baskara pasti tulus membantu, ia yakini itu. Ia hanya perlu belajar dengan tekun, jangan sampai hasilnya mengecewakan.Hingga petang telah tiba, wanita itu pun sampai di rumah.Gemintang langsung menuju kamar putrinya. Seperti biasa, Maura tengah bermain boneka bersama susternya. Sejenak ia termangu di ambang pintu ketika Maura tidak melihat ke arahnya sama sekali. Bahkan ketika ia melebarkan pintu, putrinya itu seolah tidak tertarik dengan dirinya.Padahal, biasanya Maura akan langsung berteriak kegirangan begitu melihat kedatangan Gemintang, lalu berlari dan menghambur peluk padanya. “Maura,” panggilnya, “hei, Ibu sudah pulang.”Namun, gadis kecil itu hanya melihatnya sekilas sebelum kembali memainkan bonekanya. Gemintang lalu menghampiri Maura dan duduk di sampingnya. "Kenapa, sayang? Tidak mau peluk Ibu?" tanyanya dengan nada lembut.Maura menggeleng pel

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 42 — MEMBALAS PELUKAN

    Janu mendongak. Sepasang matanya terpaku pada kantung mata Gemintang yang menghitam.Pria itu lantas mengembalikan pandangan pada komputer jinjing di hadapannya seolah meredam sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya."Aku tidur di sini malam ini," katanya tanpa ekspresi, mengingatkan Gemintang akan perjanjian mereka beberapa waktu lalu.Wanita yang berdiri di depan pintu itu tidak selera menanggapi.“Terserah kamu,” jawabnya tak kalah datar, kemudian beralih dari posisi semula, menurunkan barang bawaannya.Dengan nada dingin, Janu bersuara, "Siapkan air mandiku."Gemintang terkesiap. Kedua tangan di samping badan terlihat mengerat.Setelah apa yang terjadi semalam—setelah kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulutnya, Janu bahkan masih bisa memerintah?Bukankah ada banyak pelayan di rumah ini? Bahkan ada Rosaline, istrinya yang lain.“Kamu punya banyak pelayan, suruh saja mereka!" timpal Gemintang dengan nada malas. Namun, setelah itu dia menyesal. Jika memulai pertengkaran deng

Bab terbaru

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 151 — TAMAT

    Beberapa bulan setelah itu, Baskara sedang menyimak berita yang sedang trending di media. Soal Janu dan Gemintang yang sedang naik bisnisnya. Juga hubungan mereka yang diperdebatkan banyak orang. Entah bagaimana ia harus merasa. Dia tak rela, tetapi itulah menjadi pilihan Gemintang. Aruna yang tahu perasaan lelaki itu menyandarkan tubuhnya di kursi sebelah Baskara yang sedang menatap layar ponselnya, memperhatikan berita tentang Janu dan Gemintang. Semburat senyum tipis terlihat di wajahnya, tetapi matanya menunjukkan kesedihan yang tak tersembunyikan.“Kenapa Bapak masih melihat berita mereka?” Aruna bertanya lembut, mengambil alih perhatian Baskara yang sepertinya larut dalam pikirannya sendiri.Baskara menghela napas, mengunci layar ponselnya dan meletakkannya di meja. “Entahlah, mungkin aku hanya ingin memastikan bahwa dia bahagia di sana.”Aruna tersenyum lembut, mencoba mengusir suasana muram di wajah Baskara. “Gemintang memang sudah memilih jalannya sendiri, Pak. Terkadang, m

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 150 — KATA YANG TAK PERNAH TERUCAP

    “Kalian memang manusia tidak tahu diuntung! Awas saja! Awas saja kalian!”Usai mengatakan demikian, Bu Dewi gegas pergi dari ruangan itu, meninggalkan Janu dan Rosaline yang kini berdiri pada posisinya masing-masing. “Bibirmu berdarah.” Janu menunjuk setitik darah yang tampak di sudut bibir Rosaline.Janu lalu menghubungi sekretaris untuk meminta kotak obat lewat sambungan pararel.“Duduklah, sekretaris akan datang bawakan obat.”Rosaline kemudian duduk di sofa, sementara Janu mengambilkan satu botol air mineral dan membukakan tutupnya untuk Rosaline, bersamaan dengan itu pula, sekretaris Rosaline mengantar obat. Saat sekretarisnya memberikan kotak obat, Rosaline menunduk sambil mengambilnya dari tangan sang sekretaris. "Terima kasih, tapi saya bisa obati sendiri," ucapnya pelan yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh sang sekretaris.Janu menyerahkan botol air mineral yang baru saja ia buka untuk Rosaline. “Ini, minumlah dulu,” ujarnya dengan nada lembut. Rosaline mengucapkan te

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 149 — SETITIK DARAH

    “Kau yakin aku ingin membahas hal itu?” Rosaline memelankan suaranya. Dia sedikit terkejut dengan permintaan Janu. “Lakukan saja, pancing hingga dia mengatakan semuanya.”Rosaline mengangguk.Janu lantas beringsut mundur, mencari tempat strategis, tak lupa membawa pena perekam yang diberikan oleh Rosaline dan memastikan dirinya tak meninggalkan jejak apapun. “Rosaline!”Seruan Bu Dewi semakin jelas dan keras, hampir memekakan telinganya. Rosaline lalu membawa dirinya duduk di kursi direktur, membuka laptopnya dan bersikap seolah ia sedang bekerja. Hingga akhirnya ….Brakk! Pitu ruangannya dibuka dengan kasar, Rosaline menghentikan gerakan jarinya di atas papan ketik. Dia mendongak menatap Bu Dewi yang memberikan ekpsresi marahnya. “Bisa-bisanya meminta sekretarismu untuk berbohong dan mengatakan kau sedang menemui tamu, padahal kau sedang tidak bertemu dengan siapa-siapa?” Wanita paruh baya itu berjalan mendekat ke arah Rosaline dengan wajah penuh amarah, kedua tangan juga mengep

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 148 — WELLCOME BACK!

    Pagi-pagi sekali, Janu segera pergi ke kantor Ferinco.Empat tahun tidak pernah mengunjunginya, gedung pencakar langit itu masih sama, tidak banyak hal yang berubah, hanya mengalami renovasi di beberapa titik denah. Janu mengikuti arah langkah Manggala yang berjalan lebih dulu di depannya, mengantarnya menuju tempat tujuan. Setelah beberapa saat menyusuri lorong, dan menaiki lift, mereka bedua akhirnya tiba di depan ruang milik Rosaline.Sementara Manggala menghela napas panjang sebelum menepuk pundak Janu. Pria yang berusia lebih muda darinya itu merentangkan tangan. “Akhirnya, kau kembali. Welcome back to work!”“Thanks, Brother! Kau harus menemaniku memulai semuanya dari awal,” ucap Janu membalas pelukan Manggala. “Itu pasti! Oh iya, Kau langsung masuk saja, biasanya Rosaline akan datang sebentar lagi.” Manggala melepas peluknya, lalu melirik arloji perak pada tangan kirinya. Pria berjas itu lalu mengambil sebuah kartu dari dalam saku jasnya.“ID card milikmu, mulai hari ini kau

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 147 — BERITA BAIK

    Selepas bertemu dengan Manggala di kafe, menjelang makan siang Janu kembali ke rumah. Kedatangan pria itu disambut oleh si kembar yang berlari ke arahnya seraya memanggil, “Ayah!”“Yeeeay! Ayah pulang!”Janu pun menggendong mereka berdua. “Kamu sudah selesai, Mas?” tanya Gemintang ketika melihat Janu menggendong putra dan putrinya. Dia melihat sekilas ke arah Janu, sebelum mengembalikan pandangan pada untaian daun bawang di hadapannya.“Sudah,” jawab Janu ketika menurunkan Keenan dan Kinara di ruang tengah. Kedua bocah itu segera menghampiri mainan mereka lagi. Sementara Janu mendekat ke arah Gemintang yang sedang sibuk di dapur. “Apa yang kalian bahas? Sepertinya kamu ceria sekali setelah bertemu dengan mantan istri?” mendengar itu Janu terkekeh. Selanjutnya melingkarkan lengannya di tubuh Gemintang. Dagunya bersandar di pundak kanan wanita itu. “Kamu cemburu, hm?”“Tidak. Hanya penasaran, apa yang dibahas suamiku ketika bertemu mantan sehingga ketika pulang wajahnya bisa sumring

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 146 — RENCANA JANU

    Janu memandangi surat itu dalam diam. Hatinya berkecamuk antara kaget dan heran. Satu sisi, ia merasa diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Namun di sisi lain, ada keraguan yang masih muncul dalam hatinya. Apakah ini semua bisa dipercaya? Atau hanya akal-akalan Rosaline saja?"Aku mengerti keraguanmu. Awalnya, aku tidak ingin percaya dengan Rosaline, tetapi, jika dipikirkan ulang, untuk apa dia rela untuk melepas ini semua, kalau bukan karena dia memang ingin berubah?"Janu masih membisu, mencoba mempertimbangkan kata-kata sang sepupu. Hingga akhirnya, pria itu membuka suara. “Jika aku menerima kembali ini semua, lantas bagaimana dengan Rosaline?”“Dia sudah punya tujuannya sendiri. Kau tidak perlu cemaskan itu, yang penting sekarang dia sudah berada di pihakku, dia juga sudah bersedia bersaksi atas semua kesalahan Bu Dewi.”“Dia bersedia?” ulang Janu, tak percaya. “Iya, yang aku tahu hubungannya dengan Bu Dewi memburuk. Anak buahku melapor jika Rosaline tinggal di aparteme

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 145 — APAPUN ALASANNYA

    “Aku tidak tahu, tetapi Manggala bilang Rosaline ingin bertemu denganku.”Janu memperhatikan wajah istrinya yang berubah. Begitu nama Rosaline disebut, senyum di wajah Gemintang pudar perlahan. Janu paham, hati wanita itu begitu sensitif, terlebih jika mendengar nama mantan atau orang yang pernah menjadi masa lalu pasangannya.Dia bahkan tahu, Rosaline adalah sumber masalah mereka selama ini. Seharusnya nama itu tak pernah ia sebutkan.“Rosaline?” ulang Gemintang, “Kamu… masih berhubungan dengan dia?”Janu cepat-cepat menggeleng. “Tidak. Jangan salah paham dulu. Aku sudah lama putus kontak dengannya. Kalau kamu tidak percaya, kamu boleh tanya ke Manggala. Aku juga tidak tahu apa yang akan Rosaline bicarakan; tiba-tiba saja dia meminta bertemu.”Gemintang tetap diam, membuat Janu khawatir dia akan marah.“Begini saja, kita pergi bersama, supaya kamu tahu apa yang akan Rosaline bicarakan,” tawar Janu, berharap bisa menenangkan hati istrinya.Namun, jawaban Gemintang tak sesuai harapannya

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 144 — ANAK KE EMPAT?

    “Mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik Janu.”Manggala menatap map berwarna biru yang baru saja disodorkan Rosaline. Sepasang matanya menyipit kala melihat barisan tinta yang tertulis di atas kertas itu. Apakah semudah itu Rosaline menyerahkan kembali semua aset yang telah dia dapatkan ini?“Kalau kau berpikir aku punya rencana buruk, kau salah. Aku serius, Manggala. Aku ingin mengakhiri semua ini. Aku bersedia menjadi saksi. Bahkan jika aku dinyatakan bersalah, aku siap menerima konsekuensinya.” Rosaline mengatakan kalimat itu dengan suara yang agak parau. Sebenarnya Manggala iba dengan wanita itu, tetapi mengingat semua perbuatannya di masa lalu, ia tetap harus waspada, bukan? Bisa saja ini hanya permainan liciknya?“Apa yang membuatmu berubah pikiran seperti ini, Rosaline? Apa yang akan terjadi ketika kau mengembalikan semua ini pada Janu?” Manggala bertanya setelah menyeruput kopinya. Helaan napas panjang meluncur dari bibir Rosaline. “Sudah kukatakan sebelumnya karena

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 143 — MENGEMBALIKAN HAK MILIK

    “Maksudmu… Janu?” Manggala mengulang, keningnya berkerut, mencoba mencerna maksud ucapan Rosaline. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba membicarakan pria itu.Mengingat sudah bertahun-tahun lamanya wanita itu tak mengungkit nama Janu. Hingga sekarang ketika Janu sudah bersama lagi dengan Gemintang, mengapa tiba-tiba dia membahas soal pria itu?Apa dia sudah tahu tentang mereka?[“Ya, aku tidak bisa menjelaskan di sini. Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Akan aku jelaskan semuanya.”] Rosaline menjawab dari seberang sana. Suaranya terdengar parau. Entah apa yang terjadj dengan wanita itu tetapi Manggala hanya bisa menebak-nebak. Manggala menghela napas panjang, bergulat dengan keengganan, tetapi rasa penasaran yang begitu besar memaksanya setuju. “Oke, sebaiknya kita bertemu di luar kantor saja. Takutnya ada banyak orang yang mendengar,” usulnya yang kemudian disetujui oleh Rosaline. Setelah sepakat, mereka meluncur ke sebuah kafe di pusat kota. Meski ramai, mereka menemukan s

DMCA.com Protection Status