Share

BAB 42 — MEMBALAS PELUKAN

Author: Sinar Rembulan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Janu mendongak.

Sepasang matanya terpaku pada kantung mata Gemintang yang menghitam.

Pria itu lantas mengembalikan pandangan pada komputer jinjing di hadapannya seolah meredam sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya.

"Aku tidur di sini malam ini," katanya tanpa ekspresi, mengingatkan Gemintang akan perjanjian mereka beberapa waktu lalu.

Wanita yang berdiri di depan pintu itu tidak selera menanggapi.

“Terserah kamu,” jawabnya tak kalah datar, kemudian beralih dari posisi semula, menurunkan barang bawaannya.

Dengan nada dingin, Janu bersuara, "Siapkan air mandiku."

Gemintang terkesiap. Kedua tangan di samping badan terlihat mengerat.

Setelah apa yang terjadi semalam—setelah kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulutnya, Janu bahkan masih bisa memerintah?

Bukankah ada banyak pelayan di rumah ini? Bahkan ada Rosaline, istrinya yang lain.

“Kamu punya banyak pelayan, suruh saja mereka!" timpal Gemintang dengan nada malas.

Namun, setelah itu dia menyesal.

Jika memulai pertengkaran deng
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 43 — CARA YANG LEBIH KEJAM!

    Drrt!Gemintang membuka matanya yang terasa berat kala mendengar ponselnya bergetar. Wanita itu lalu meraih ponsel dan mengusap layarnya agar dering itu berhenti. Saat itu pula, Gemintang sadar jika terbaring seorang diri. Janu mungkin sudah bangun lebih dulu dan pergi bekerja.Gemintang menghela napas.Dibawanya diri untuk bersiap. Dia harus menepati janji kepada Maura untuk mengantarnya sekolah pagi ini.“Ibu!” Maura berlari ke arah Gemintang ketika ia tiba di kamar gadis itu. Gadis kecil itu mendongak ke arahnya. “Ibu jadi antar Maura ke sekolah?”“Jadi, dong! Maura sudah siap berangkat?” balas Gemintang usai membungkukkan tubuhnya, sedangkan Maura menjawabnya dengan anggukan mantap.“Ayo cepat, Bu! Nanti Maura terlambat!”Senyum kecil mengembang di bibir Gemintang. Wanita itu lalu membimbing putrinya keluar rumah.Namun, siapa yang menyangka jika ia akan bertemu dengan Rosaline dan Janu? Mereka berdua tampak sedang mengobrolkan sesuatu terkait perusahaan mereka.Batas antara diri

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 44 — UJIAN

    Seminggu berlalu sejak Maura marah padanya, Gemintang sadar telah mengabaikan putrinya demi mengejar mimpi. Setiap malam, rasa bersalah menghantui pikirannya. Akhirnya, ia memutuskan untuk berbicara kepada Baskara dan Bu Ningrum, meminta izin untuk menjemput Maura setiap pulang sekolah.Untungnya, semua berjalan dengan baik. Meski hubungannya dengan Janu masih tetap dingin, setidaknya ia bisa memperbaiki hubungan dengan Maura. Sebab, dibenci oleh anak sendiri lebih menyakitkan daripada diduakan suami.Terkait dengan ujian kualifikasi, Gemintang hampir menguasai sepenuhnya dengan bimbingan kepala koki milik Baskara kemarin. Hari ini adalah penentuan, di mana seluruh kompetensinya diujikan.Gemintang dan Baskara duduk di taman kecil depan ruang ujian. Buku-buku terbuka di pangkuannya, dan Gemintang mengulang materi ujian yang telah dipelajarinya berhari-hari.“Sepertinya ujian akan dimulai sebentar lagi, aku harus bergabung bersama mereka,” ujar Gemintang ketika melihat gerombolan orang

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 45 — MEMBUAT PERHITUNGAN!

    "Non Maura .... Tadi siang....""Ada apa, Bi? Maura di mana?" Gemintang semakin tak sabar karena jawaban pembantunya yang menggantung itu.Intuisi buruk bahkan mulai merayapi hati Gemintang.Sementara wanita bertubuh kurus yang ada di hadapannya, kini menundukkan kepala, terlihat meneguk ludahnya dengan kasar."Ta—tadi siang, Non Maura tiba-tiba banyak ruam di kulitnya sampai ... sampai sesak napas. Lalu, Tuan dan Nyonya langsung membawanya ke rumah sakit. Sampai malam ini mereka belum kembali lagi.”Gemintang mengerutkan kening. "Kenapa Maura bisa begitu? Apa yang sudah dia makan?""Saya tidak tahu persis, Bu. Yang saya tahu, Non Maura tiba-tiba merasa tidak enak badan setelah pulang dari sekolah." Pembantu itu ragu-ragu.Gemintang mengacak rambutnya frustasi. "Bagaimana bisa hal sepenting ini, Janu dan Rosaline tidak memberitahuku?" “Tadi, Tu—tuan sudah menghubungi Ibu tetapi nomor Ibu tidak aktif.” Sang pembantu menjawab lagi. Deg! Gemintang mencoba menarik napas dalam-dalam.

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 46 — ALERGI

    Di sisi lain, Gemintang dan Baskara tiba di depan sebuah ruangan—tempat Maura dirawat.Mengatur nafas yang terengah-engah akibat lari, Gemintang pun mengetuk pintu beberapa kali. Akan tetapi, tidak ada jawaban dari dalam.Gemintang bingung. Wanita itu lantas memberanikan diri untuk meraih handle pintu.Namun, belum sempat tangan Gemintang menyentuhnya, pintu berwarna cokelat itu terbuka dengan sendirinya.Janu berdiri di ambang pintu. Sorot matanya berubah gelap ketika menangkap pria lain berdiri di sisi Gemintang.“Mas, apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Maura?” tanya Gemintang mencoba masuk ke dalam ruangan. Ia ingin segera bertemu dengan Maura, tetapi Janu merentangkan tangan kanannya, menghalangi.“Setelah semua kelalaianmu, kau masih bisa bertanya apa yang terjadi dan bagaimana keadaannya?” Pertanyaan Janu sontak membuat Gemintang mengernyit dalam.Begitu pula dengan Baskara, tetapi ia belum berniat untuk ikut campur. Hanya diam dan mengamati sepasang suami istri itu.“Kelalaia

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 47 — CEMBURU LAGI

    Rosaline tertawa puas membayangkan betapa luar biasanya rencana yang ia buat.Terlebih, kala mendengar berita dari 'orang suruhannya' kalau sampai petang pun, Janu masih belum mengizinkan Gemintang masuk ke dalam ruang perawatan sang putri.Wanita itu tetap setia menunggu di luar, sementara Janu sibuk dengan pekerjaannya.***“Hampir jam delapan malam. Kenapa kamu belum membiarkan Gemintang masuk?” Helaan napas terdengar dari Manggala, kepalanya menggeleng heran melihat sikap Janu yang keras kepala ini.Namun, Janu hanya melirik sekilas sepupunya itu, lalu meraih cangkir teh di hadapannya. “Dia harus menunggu,” jawabnya sambil menyeruput tehnya.“Ini sudah terlalu lama. Biarkan dia melihat Maura, dia pasti sangat khawatir sekarang,” sahut Manggala, bersandar di kursi dengan kedua tangan terlipat di depan dada, memandang tajam ke arah Janu.“Jangan terburu-buru menyalahkan Gemintang sebelum hasil laboratorium dan uji sampel makanan dari rumah sakit keluar,” tambahnya dengan nada tegas

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 48 — MENGUTARAKAN ISI HATI

    “Kau ini, bisa tidak sih, jangan memperkeruh suasana? Jika kau hanya menyalahkan Gemintang terus, urusan ini tak akan selesai!” Manggala membuang napas kesal usai berhasil memisahkan sepasang suami istri yang berdebat tadi. Kini, dua pria itu sedang berada di sebuah coffee shop rumah sakit.“Aku hanya mengutarakan isi hatiku,” timpal Janu datar, lalu menarik gelas kopi di hadapannya.“Mengutarakan isi hati?” ulang Manggala seraya tertawa sumbang. “Sadarkah yang kau katakan tadi mengajaknya bertengkar? Kau sudah kelewatan!”“Aku tidak bermaksud mengajaknya bertengkar! Aku ... aku hanya tak suka dia bersama anak ibu asuhnya itu,” jawab Janu dengan nada pelan, dia kembali mengalihkan pandangan ke arah lain.“Lalu kau berusaha menyudutkannya dengan menuduh macam-macam seperti tadi?” Manggala menimpalinya, ia juga ingin meluapkan rasa gemasnya kepada sang sepupu itu, tetapi hanya berujung membuang napas kembali. “Sudahlah! Tak ada gunanya menceramahimu.”Janu sendiri tidak memasukkan kata-

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 49 — AKU IBUNYA

    “Janu-janu ... seacuh apa pun sikapmu padanya, tetap tidak bisa menutupi bahwa cinta juga bersemi dalam hatimu,” gumam Manggala memperhatikan kebodohan sepupunya itu.Bagaimana bisa Janu hebat dalam pekerjaan, tapi masalah hati sebebal ini? Dinasehati pun, tak mau mendengar. Rasanya, Manggala butuh teman curhat!Manggala menghela napas. Pikirannya jadi ke mana-mana.Lebih baik, Manggala pergi dan menyelesaikan tugas dari sepupunya itu sajalah! Apa yang sebenarnya membuat Maura, keponakan kecilnya, sampai alergi parah begini!Sementara itu.... Ketika Janu memasuki ruang rawat, dia membeku sejenak di ambang pintu. Tatapannya tertuju pada Gemintang yang duduk di kursi, matanya terpejam rapat. Tangan Gemintang menggenggam tangan Maura yang terbaring di brankar dengan penuh keteguhan, seolah tidak akan melepaskannya.Rambut Gemintang tergerai acak, beberapa helai menutupi wajahnya yang tampak pucat dan lelah. Wajahnya terlihat lebih letih dari biasanya. Janu merasakan sesak di dadanya,

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 50 — TEGUH PENDIRIAN

    Gemintang merenung beberapa saat. Kalimat Janu barusan membuatnya dilema.Sekarang dia harus memilih yang mana? Gemintang tak ingin semakin jauh dari putrinya. Namun, di sisi lain, tekadnya sudah mantap untuk bercerai dari Janu, ia juga terlanjur mengikuti seleksi dan berharap bisa lolos kualifikasi.Ia sudah memulai semua perjuangannya, mana mungkin menyerah secepat itu?“Aku tidak ingin berhenti bekerja,” jawab Gemintang setelah terdiam beberapa saat.Hal itu tentu membuat Janu menekuk dahinya. Entah mengapa istri keduanya yang penurut itu tiba-tiba menjadi keras kepala. Janu lalu menyorotnya dengan tatapan datar. “Kalau begitu jangan salahkan jika Maura terus berhubungan dengan Rosaline. Kau sendiri yang memilih jalan ini.” “Rosaline tidak perlu repot-repot mengurus Maura, aku bisa melakukannya,” balas Gemintang penuh percaya diri.“Kau sangat percaya diri bisa melakukan keduanya. Apa kau tidak belajar dari kesalahan?”“Tetapi aku juga butuh pekerjaan ini, Mas. Kau sendiri yang

Latest chapter

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 151 — TAMAT

    Beberapa bulan setelah itu, Baskara sedang menyimak berita yang sedang trending di media. Soal Janu dan Gemintang yang sedang naik bisnisnya. Juga hubungan mereka yang diperdebatkan banyak orang. Entah bagaimana ia harus merasa. Dia tak rela, tetapi itulah menjadi pilihan Gemintang. Aruna yang tahu perasaan lelaki itu menyandarkan tubuhnya di kursi sebelah Baskara yang sedang menatap layar ponselnya, memperhatikan berita tentang Janu dan Gemintang. Semburat senyum tipis terlihat di wajahnya, tetapi matanya menunjukkan kesedihan yang tak tersembunyikan.“Kenapa Bapak masih melihat berita mereka?” Aruna bertanya lembut, mengambil alih perhatian Baskara yang sepertinya larut dalam pikirannya sendiri.Baskara menghela napas, mengunci layar ponselnya dan meletakkannya di meja. “Entahlah, mungkin aku hanya ingin memastikan bahwa dia bahagia di sana.”Aruna tersenyum lembut, mencoba mengusir suasana muram di wajah Baskara. “Gemintang memang sudah memilih jalannya sendiri, Pak. Terkadang, m

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 150 — KATA YANG TAK PERNAH TERUCAP

    “Kalian memang manusia tidak tahu diuntung! Awas saja! Awas saja kalian!”Usai mengatakan demikian, Bu Dewi gegas pergi dari ruangan itu, meninggalkan Janu dan Rosaline yang kini berdiri pada posisinya masing-masing. “Bibirmu berdarah.” Janu menunjuk setitik darah yang tampak di sudut bibir Rosaline.Janu lalu menghubungi sekretaris untuk meminta kotak obat lewat sambungan pararel.“Duduklah, sekretaris akan datang bawakan obat.”Rosaline kemudian duduk di sofa, sementara Janu mengambilkan satu botol air mineral dan membukakan tutupnya untuk Rosaline, bersamaan dengan itu pula, sekretaris Rosaline mengantar obat. Saat sekretarisnya memberikan kotak obat, Rosaline menunduk sambil mengambilnya dari tangan sang sekretaris. "Terima kasih, tapi saya bisa obati sendiri," ucapnya pelan yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh sang sekretaris.Janu menyerahkan botol air mineral yang baru saja ia buka untuk Rosaline. “Ini, minumlah dulu,” ujarnya dengan nada lembut. Rosaline mengucapkan te

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 149 — SETITIK DARAH

    “Kau yakin aku ingin membahas hal itu?” Rosaline memelankan suaranya. Dia sedikit terkejut dengan permintaan Janu. “Lakukan saja, pancing hingga dia mengatakan semuanya.”Rosaline mengangguk.Janu lantas beringsut mundur, mencari tempat strategis, tak lupa membawa pena perekam yang diberikan oleh Rosaline dan memastikan dirinya tak meninggalkan jejak apapun. “Rosaline!”Seruan Bu Dewi semakin jelas dan keras, hampir memekakan telinganya. Rosaline lalu membawa dirinya duduk di kursi direktur, membuka laptopnya dan bersikap seolah ia sedang bekerja. Hingga akhirnya ….Brakk! Pitu ruangannya dibuka dengan kasar, Rosaline menghentikan gerakan jarinya di atas papan ketik. Dia mendongak menatap Bu Dewi yang memberikan ekpsresi marahnya. “Bisa-bisanya meminta sekretarismu untuk berbohong dan mengatakan kau sedang menemui tamu, padahal kau sedang tidak bertemu dengan siapa-siapa?” Wanita paruh baya itu berjalan mendekat ke arah Rosaline dengan wajah penuh amarah, kedua tangan juga mengep

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 148 — WELLCOME BACK!

    Pagi-pagi sekali, Janu segera pergi ke kantor Ferinco.Empat tahun tidak pernah mengunjunginya, gedung pencakar langit itu masih sama, tidak banyak hal yang berubah, hanya mengalami renovasi di beberapa titik denah. Janu mengikuti arah langkah Manggala yang berjalan lebih dulu di depannya, mengantarnya menuju tempat tujuan. Setelah beberapa saat menyusuri lorong, dan menaiki lift, mereka bedua akhirnya tiba di depan ruang milik Rosaline.Sementara Manggala menghela napas panjang sebelum menepuk pundak Janu. Pria yang berusia lebih muda darinya itu merentangkan tangan. “Akhirnya, kau kembali. Welcome back to work!”“Thanks, Brother! Kau harus menemaniku memulai semuanya dari awal,” ucap Janu membalas pelukan Manggala. “Itu pasti! Oh iya, Kau langsung masuk saja, biasanya Rosaline akan datang sebentar lagi.” Manggala melepas peluknya, lalu melirik arloji perak pada tangan kirinya. Pria berjas itu lalu mengambil sebuah kartu dari dalam saku jasnya.“ID card milikmu, mulai hari ini kau

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 147 — BERITA BAIK

    Selepas bertemu dengan Manggala di kafe, menjelang makan siang Janu kembali ke rumah. Kedatangan pria itu disambut oleh si kembar yang berlari ke arahnya seraya memanggil, “Ayah!”“Yeeeay! Ayah pulang!”Janu pun menggendong mereka berdua. “Kamu sudah selesai, Mas?” tanya Gemintang ketika melihat Janu menggendong putra dan putrinya. Dia melihat sekilas ke arah Janu, sebelum mengembalikan pandangan pada untaian daun bawang di hadapannya.“Sudah,” jawab Janu ketika menurunkan Keenan dan Kinara di ruang tengah. Kedua bocah itu segera menghampiri mainan mereka lagi. Sementara Janu mendekat ke arah Gemintang yang sedang sibuk di dapur. “Apa yang kalian bahas? Sepertinya kamu ceria sekali setelah bertemu dengan mantan istri?” mendengar itu Janu terkekeh. Selanjutnya melingkarkan lengannya di tubuh Gemintang. Dagunya bersandar di pundak kanan wanita itu. “Kamu cemburu, hm?”“Tidak. Hanya penasaran, apa yang dibahas suamiku ketika bertemu mantan sehingga ketika pulang wajahnya bisa sumring

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 146 — RENCANA JANU

    Janu memandangi surat itu dalam diam. Hatinya berkecamuk antara kaget dan heran. Satu sisi, ia merasa diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Namun di sisi lain, ada keraguan yang masih muncul dalam hatinya. Apakah ini semua bisa dipercaya? Atau hanya akal-akalan Rosaline saja?"Aku mengerti keraguanmu. Awalnya, aku tidak ingin percaya dengan Rosaline, tetapi, jika dipikirkan ulang, untuk apa dia rela untuk melepas ini semua, kalau bukan karena dia memang ingin berubah?"Janu masih membisu, mencoba mempertimbangkan kata-kata sang sepupu. Hingga akhirnya, pria itu membuka suara. “Jika aku menerima kembali ini semua, lantas bagaimana dengan Rosaline?”“Dia sudah punya tujuannya sendiri. Kau tidak perlu cemaskan itu, yang penting sekarang dia sudah berada di pihakku, dia juga sudah bersedia bersaksi atas semua kesalahan Bu Dewi.”“Dia bersedia?” ulang Janu, tak percaya. “Iya, yang aku tahu hubungannya dengan Bu Dewi memburuk. Anak buahku melapor jika Rosaline tinggal di aparteme

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 145 — APAPUN ALASANNYA

    “Aku tidak tahu, tetapi Manggala bilang Rosaline ingin bertemu denganku.”Janu memperhatikan wajah istrinya yang berubah. Begitu nama Rosaline disebut, senyum di wajah Gemintang pudar perlahan. Janu paham, hati wanita itu begitu sensitif, terlebih jika mendengar nama mantan atau orang yang pernah menjadi masa lalu pasangannya.Dia bahkan tahu, Rosaline adalah sumber masalah mereka selama ini. Seharusnya nama itu tak pernah ia sebutkan.“Rosaline?” ulang Gemintang, “Kamu… masih berhubungan dengan dia?”Janu cepat-cepat menggeleng. “Tidak. Jangan salah paham dulu. Aku sudah lama putus kontak dengannya. Kalau kamu tidak percaya, kamu boleh tanya ke Manggala. Aku juga tidak tahu apa yang akan Rosaline bicarakan; tiba-tiba saja dia meminta bertemu.”Gemintang tetap diam, membuat Janu khawatir dia akan marah.“Begini saja, kita pergi bersama, supaya kamu tahu apa yang akan Rosaline bicarakan,” tawar Janu, berharap bisa menenangkan hati istrinya.Namun, jawaban Gemintang tak sesuai harapannya

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 144 — ANAK KE EMPAT?

    “Mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik Janu.”Manggala menatap map berwarna biru yang baru saja disodorkan Rosaline. Sepasang matanya menyipit kala melihat barisan tinta yang tertulis di atas kertas itu. Apakah semudah itu Rosaline menyerahkan kembali semua aset yang telah dia dapatkan ini?“Kalau kau berpikir aku punya rencana buruk, kau salah. Aku serius, Manggala. Aku ingin mengakhiri semua ini. Aku bersedia menjadi saksi. Bahkan jika aku dinyatakan bersalah, aku siap menerima konsekuensinya.” Rosaline mengatakan kalimat itu dengan suara yang agak parau. Sebenarnya Manggala iba dengan wanita itu, tetapi mengingat semua perbuatannya di masa lalu, ia tetap harus waspada, bukan? Bisa saja ini hanya permainan liciknya?“Apa yang membuatmu berubah pikiran seperti ini, Rosaline? Apa yang akan terjadi ketika kau mengembalikan semua ini pada Janu?” Manggala bertanya setelah menyeruput kopinya. Helaan napas panjang meluncur dari bibir Rosaline. “Sudah kukatakan sebelumnya karena

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 143 — MENGEMBALIKAN HAK MILIK

    “Maksudmu… Janu?” Manggala mengulang, keningnya berkerut, mencoba mencerna maksud ucapan Rosaline. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba membicarakan pria itu.Mengingat sudah bertahun-tahun lamanya wanita itu tak mengungkit nama Janu. Hingga sekarang ketika Janu sudah bersama lagi dengan Gemintang, mengapa tiba-tiba dia membahas soal pria itu?Apa dia sudah tahu tentang mereka?[“Ya, aku tidak bisa menjelaskan di sini. Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Akan aku jelaskan semuanya.”] Rosaline menjawab dari seberang sana. Suaranya terdengar parau. Entah apa yang terjadj dengan wanita itu tetapi Manggala hanya bisa menebak-nebak. Manggala menghela napas panjang, bergulat dengan keengganan, tetapi rasa penasaran yang begitu besar memaksanya setuju. “Oke, sebaiknya kita bertemu di luar kantor saja. Takutnya ada banyak orang yang mendengar,” usulnya yang kemudian disetujui oleh Rosaline. Setelah sepakat, mereka meluncur ke sebuah kafe di pusat kota. Meski ramai, mereka menemukan s

DMCA.com Protection Status