All Chapters of Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua: Chapter 11 - Chapter 20
20 Chapters
BAB 11 — MENDENGAR SEMUANYA
"Siapa dia, Mas? Kamu mengenalnya?"Pertanyaan dan tindakan Gemintang tampaknya membuat bara api menyala dalam mata Rosaline. Gemintang bisa merasakannya.Meski demikian, Janu masih tampak tenang. Ia menoleh ke arah Gemintang dan menarik sudut bibirnya. "Ini ...." Janu berhenti sebentar. Gemintang bisa melihat suaminya itu melirik sekilas ke arah Rosaline yang kini bersedekap di depan dada, bersiap mengatakan sesuatu."Dia Rosaline. Rekan kerjaku di kantor," lanjut Janu sebelum wanita bergaun merah itu angkat bicara.Mendengar itu, kedua alis Gemintang terangkat.Begitu juga dengan Rosaline yang melebarkan matanya ke arah Janu tak percaya dengan apa yang dikatakan lelaki itu.Mereka sudah bertemu sekarang, tetapi mengapa Janu masih menutupinya? Lalu Rosaline, mengapa wanita itu tampak tak berkutik saat bersama suaminya?Bukankah kemarin dia yang paling bersemangat mengungkap semua ini?“Rekan kerja?” Gemintang mengulang jawaban dan Janu memberikan anggukan.“Dulunya kami bekerjasam
Read more
BAB 12 — PERMINTAAN GEMINTANG
Gemintang tengah menyetrika pakaian kerja Janu, seperti biasa. Meski demikian, usai kejadian di rumah sakit, pikirannya semakin tak tenang.Janu seolah tak ingin menyelesaikan dengan berpura-pura tidak tak ada masalah di antara mereka. Jika begini terus, maka tidak akan ada akhirnya. Ia hanya akan terjebak dalam kebingungan dan kekhawatiran.Terlebih ketika melihat Maura yang biasanya ceria dan aktif, kini tampak diam, seolah memikirkan sesuatu.Entah apa yang ia alami, saat ditanya, anak itu hanya menggelengkan kepala dan memilih menyendiri di kamar.“Kamu masih belum selesai?” Suara serak nan berat itu membuat Gemintang mendongak. Janu telah berdiri di ambang pintu seraya membawa sebuah nampan kayu berisi segelas air dan satu botol kemasan kecil. Dia bisa kembali ke kamar itu artinya Maura sudah tidur. Gemintang menanggapi dengan tersenyum kecil, lalu mengembalikan fokus pada tumpukan baju. Apakah sebaiknya ia bicara sekarang?Namun, jika Gemintang memberanikan diri untuk bicara
Read more
BAB 13 — UNTUK TERAKHIR KALI
"Kenapa tiba-tiba kamu ingin bekerja?"Gemintang menyandarkan kepala di dada bidang Janu. Sengaja mencari posisi nyaman sembari berpikir, mencari alasan logis terkait permintaannya itu. "Maura semakin besar. Kebutuhan dia pasti akan berlipat ganda nantinya. Aku ingin bekerja untuk meringankan bebanmu," ujar Gemintang pada akhirnya."Bukankah sudah pernah kita bahas sebelumnya? Aku sudah menjamin semuanya. Aku yang akan cari uang untuk menanggung kebutuhan kita. Kamu di rumah saja, mengasuh Maura, mendidiknya agar menjadi pintar." Gemintang tersenyum getir.See?Tujuan Janu menjadikannya istri hanya untuk melahirkan dan mengasuh anaknya. Lalu ketika anaknya sudah siap untuk dia ambil, Janu akan membuangnya.Apa itu cinta dia janjikan selama ini? Astaga, Gemintang! Bisa-bisanya kau percaya dan jatuh pada tipu muslihat bajingan ini?Semua yang dilakukan ini palsu dan kamu menyukainya?Sungguh menyedihkan sekali nasibmu ini!Tetapi tidak! Gemintang tak akan membiarkan lelaki itu menjat
Read more
BAB 14 — PERTANYAAN MAURA
Keesokan harinya.Gemintang melangkah pelan menyusuri halaman sebuah gedung yang tidak terlalu besar. Setelah mengantar Maura ke sekolah, ia datang ke panti asuhan, tempat dimana ia tumbuh dewasa—sampai sebelum menikah. Gemintang tak akan menyia-nyiakan izin Janu sebelum lelaki itu berubah pikiran.Bibirnya tersenyum kala mendapati seorang wanita paruh baya berdiri menyambutnya dengan senang hati. Bu Ningrum, ibu asuhnya.“Gemintang, anak ibu!” Bu Ningrum berseru seraya menghampiri Gemintang dan memeluknya erat-erat. Sementara Gemintang hanya membalas peluknya.“Bagaimana kabarmu, Nak? Baik-baik saja dengan suamimu, kan?” tanya wanita itu usai mengurai tautan tubuh mereka.Gemintang tersenyum kecut menahan rasa panas yang mulai menjalari bola matanya.Tidak, Bu! Anakmu ini sedang tidak baik-baik saja! Ingin rasanya Gemintang berkata demikian dan menangis dipelukan sang ibu. Ingin mengadu betapa jahatnya Janu, pria yang ia kenalkan dulu.Akan tetapi, ia menahan diri. Mungkin nanti,
Read more
BAB 15 — ANCAMAN MEREKA
“Inikah anak itu?” Wanita itu bertanya saat pandangannya beralih dari Gemintang dan berusaha menggapai pipi Maura, tetapi anak itu merapatkan tubuhnya dengan kaki sang ibu.Maura telihat takut, tetapi Gemintang menggenggam tangan mungilnya.“Mata dan hidungnya seperti Janu,” kagumnya walau setelah itu ekspresinya kembali datar.“Ibu benar! Ini Maura, anak Janu,” timpal Rosaline. Gemintang melonggarkan napasnya. Ternyata, dugaannya benar, wanita itu adalah mertuanya.“Jika ada keperluan, mari kita bicara di dalam,” ujar Gemintang kemudian.Walau tak berniat menerima kedua tamu itu ke dalam rumahnya, tetapi ketika menyadari ada sesuatu yang akan mereka perdebatkan, akhirnya Gemintang membawa mereka masuk.Tak lupa, meminta Maura untuk masuk ke dalam kamar dan mematuhi perintah untuk tak keluar sebelum ia kembali. Maura tak perlu mendengar masalah orang dewasa.Saat Gemintang keluar dari kamar, Rosaline dan ibu mertuanya sudah menunggu di ruang tamu. “Aku Dewi, ibu Januartha,” kata wa
Read more
BAB 16 — TERUNGKAP
'Ya, aku akan mempertahankan anakku, apapun caranya!'Sayangnya, meski tekad itu menguat, Gemintang tak memungkiri bahwa dirinya pun lelah. Bagi segi fisik, maupun mental.Gemintang bahkan berharap Janu tak perlu pulang malam ini. Setidaknya, Rosaline dan Bu Dewi tak akan menyudutkannya.Sayangnya, harapan Gemintang tak terkabul. Tepat setelah senja tenggelam, deru mesin mobil lelaki itu terdengar berhenti di halaman rumah.Dalam diam, Gemintang berusaha bersikap biasa saja dan melayaninya seperti biasa.Bahkan, kini mereka telah berada di meja makan menikmati hidangan yang disajikan oleh Gemintang.“Maura tidak mau makan?” Janu bertanya setelah meletakkan alat makannya. Dia yang duduk di sebelah Maura berusaha meraih dagu gadis kecil itu.Gemintang yang juga penasaran lantas mengarahkan pandangan ke arah putrinya yang memang hanya duduk dan diam tanpa menyentuh omelet telur, makanan favoritnya.“Kenapa? Maura sedang marah?” tanya Janu kembali.Tak disangka, Maura menjawab dengan g
Read more
BAB 17 — MARI BERCERAI!
Tubuh kekar Janu membuat ruangan itu terasa semakin panas dan pengap. Namun, Janu terus mencengkeram tangan Gemintang.Tak peduli jika wanita itu tak henti-hentinya meronta dan berusaha melepaskan diri.Gemintang sendiri hanya bisa meringis. Inikah sifat Janu yang sesungguhnya?Entah mengapa, sikap kasar yang tak pernah ia dapatkan ini membuat Gemintang patah hati.“Lepas, Mas! Kita bisa bicara baik-baik!”Lelaki itu hanya mengendurkan cengkeramannya sedikit, tapi matanya masih menatap tajam ke arah Gemintang. “Tidak, sebelum kamu jawab pertanyaanku!”“Mas!”“Coklat yang diminta Maura tempo hari ... itu pemberian Rosaline?” Janu semakin merapatkan tubuhnya, mengintimidasi Gemintang agar cepat menjawab pertanyaannya.“Lepaskan—”“Jawab, Gemintang!”“Iya!” Gemintang yang tidak tahan lagi akhirnya membalas dengan bentakan yang tak kalah keras meski suranya bergetar. “Coklat itu memang dari Rosaline! Dia yang meminta bertemu denganku dan mengatakan aku bukan satu-satunya istri kamu! Puas?
Read more
BAB 18 — MENUNTUT TANYA
Sementara itu, Janu keluar dari rumah dengan hawa panas yang meradang di tubuhnya. Diinjaknya pedal gas mobil dengan kekuatan penuh agar cepat sampai di rumah utama. Dia perlu menuntut pertanyaan kepada Rosaline.Wanita itu benar-benar tidak mengindahkan perintahnya!Bukan belajar bersabar seperti yang Janu minta, Rosaline malah membawa ibunya untuk menekan Gemintang dan memperkeruh keadaan.Begitu tiba di rumah mewah itu, Janu langsung membuka pintu rumah dengan kasar. Langkah kakinya yang tegas mengarah langsung ke ruang makan."Janu?" Bu Dewi langsung meletakkan alat makannya.Sedangkan Rosaline yang terkejut juga mendongak ke arah lelaki itu. Perasaannya tak tenang menyadari kilatan mata Janu. Akan tetapi, dia berusaha bersikap biasa walau perasaannya tak tenang. "Akhirnya suamiku pulang. Apa wanita simpananmu itu tak bisa memberimu makan hingga kau harus datang malam ini?" sindir Rosaline. Rahang Janu mengeras, hingga menuding wanita itu dengan telunjuknya. “Tutup mulutmu!” sent
Read more
BAB 19 — PILIHAN SULIT
Rosaline dan Bu Dewi membelalak. Keduanya masih belum menyerah dengan keputusan Janu. Hanya saja, pria itu tetap pada keputusannya.Bahkan, Janu mengabaikan upaya Rosaline untuk berbicara dengannya malam itu dengan menolak tidur sekamar dengannya!“Janu!” Rosaline berteriak seraya memukul meja makan dengan kencang saat sarapan keesokan paginya.“Aku ini istrimu! Di mana harga diriku jika kau membawa perempuan itu?!” teriaknya sekali lagi. Sayangnya, Janu justru bangkit berdiri dan menghilang dari ruangan itu!“Meski tanganmu patah dan pita suaramu putus, Janu tak akan mengubah keputusannya, Rosaline,” ujar Bu Dewi yang kini menghela napas panjang. Wanita itu meraih gelas kosong dan mengisinya dengan air, lalu memberikan gelas itu kepada Rosaline.“Tapi aku tidak terima, Bu!”“Kau tergesa mengambil keputusan, maka terima saja konsekuensinya!”Dengan napas yang memburu Rosaline mendongak ke arah sang mertua. “Ibu menyalahkan aku? Bukankah ibu yang memintaku agar mendesak Janu untuk berc
Read more
BAB 20 — KESEPAKATAN
Dengan berat hati, Gemintang meninggalkan rumah kecilnya. Mengikuti Janu adalah keputusan terbaik untuk saat ini. Dia tidak ingin Maura menderita hingga dewasa.Sayangnya hal itu tak membuat hubungan Janu dan Gemintang membaik. Sepanjang perjalanan mereka hanya bertukar geming.Gemintang tidak berani membuka suara, bahkan soal mobil mewah yang kini dikendarai oleh Janu pun ia enggan bertanya. Sementara lelaki itu fokus pada jalanan. Hanya pertanyaan polos Maura tentang tujuan mereka memaksa Gemintang dan Janu untuk saling berbicara, meskipun sebatas jawaban singkat.“Wah! Rumahnya besar sekali!” Maura berteriak kegirangan ketika mobil itu mereka melewati gerbang tinggi.Rumah megah bergaya eropa itu cukup membuktikan betapa hebatnya seorang Januartha Dananjaya, sangat jauh dengan kehidupan Gemintang yang sederhana. “Ayah, besok Maura mau menabung yang banyak supaya bisa membeli rumah besar seperti ini!” ucap gadis itu penuh tekad ketika mereka telah menginjakkan kaki di ambang pin
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status