Share

BAB 19 — PILIHAN SULIT

Author: Sinar Rembulan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Rosaline dan Bu Dewi membelalak. Keduanya masih belum menyerah dengan keputusan Janu. Hanya saja, pria itu tetap pada keputusannya.

Bahkan, Janu mengabaikan upaya Rosaline untuk berbicara dengannya malam itu dengan menolak tidur sekamar dengannya!

“Janu!” Rosaline berteriak seraya memukul meja makan dengan kencang saat sarapan keesokan paginya.

“Aku ini istrimu! Di mana harga diriku jika kau membawa perempuan itu?!” teriaknya sekali lagi.

Sayangnya, Janu justru bangkit berdiri dan menghilang dari ruangan itu!

“Meski tanganmu patah dan pita suaramu putus, Janu tak akan mengubah keputusannya, Rosaline,” ujar Bu Dewi yang kini menghela napas panjang. Wanita itu meraih gelas kosong dan mengisinya dengan air, lalu memberikan gelas itu kepada Rosaline.

“Tapi aku tidak terima, Bu!”

“Kau tergesa mengambil keputusan, maka terima saja konsekuensinya!”

Dengan napas yang memburu Rosaline mendongak ke arah sang mertua. “Ibu menyalahkan aku? Bukankah ibu yang memintaku agar mendesak Janu untuk berc
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Wartini
kasian gemintang...korbann kebohongan suami
goodnovel comment avatar
Netty Tya
Egois banget Janu
goodnovel comment avatar
aku suka membaca
ga bisa gitu dobel up banyak2 kak thor heheh greget cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 20 — KESEPAKATAN

    Keesokan paginya, Gemintang dan Maura meninggalkan rumah kecil itu.Namun sepanjang perjalanan, Gemintang memilih diam. Dia tidak berani membuka suara, bahkan soal mobil mewah yang kini dikendarai oleh Janu saat ini.Hanya pertanyaan polos Maura tentang tujuan mereka memaksa Gemintang dan Janu untuk saling berbicara, meskipun sebatas jawaban singkat.“Wah! Rumahnya besar sekali!” Maura berteriak kegirangan ketika mobil itu mereka melewati gerbang tinggi.Rumah megah bergaya eropa itu cukup membuktikan betapa hebatnya seorang Januartha Dananjaya, sangat jauh dengan kehidupan Gemintang yang sederhana.“Ayah, besok Maura mau menabung yang banyak supaya bisa membeli rumah besar seperti ini!” ucap gadis itu penuh tekad ketika mereka telah menginjakkan kaki di ambang pintu utama rumah itu.Janu yang menggendong Maura hanya tersenyum sekilas ke arah putrinya. “Maura mau tinggal di sini?”Maura menaikkan dua alisnya bersamaan. Tekejut dengan pertanyaan ayahnya. “Memangnya boleh?”“Tentu. Ruma

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 21 — DESAHAN

    “Kalau begitu, aku ingin mengajukan satu syarat!” ujar Rosaline penuh penekanan, “Kita pernah sepakat kalau aku mendapatkan lebih banyak waktumu, tetapi kau sering kali melanggar itu. Jadi, dengan kesepakatan tertulis ini aku ingin kau membayarnya!”Janu membuang napas berat. Ia tahu Rosaline tak akan menyerah begitu saja dan melakukan cara apa pun agar mendapatkan keinginannya.Meski demikian, ia tetap mempersilakan Rosaline mengutarakan pendapatnya. “Katakan.”“Kau harus menambahkan dengan tulisan tanganmu sendiri jika kau akan tidur bersamaku selama lima hari dalam satu minggu! Sementara Gemintang hanya mendapatkan sisanya!”“Kau—”“Keberatan?” Rosaline segera memotong ucapan Janu. Wanita itu dengan angkuhnya bersedekap di depan dada. “Selama ini, Gemintang mendapatkan lebih banyak waktu bersamamu. Sekarang, dia berada di rumah ini, dia harus tahu bagaimana rasanya menjadi aku, bukankah itu baru namanya adil?”Janu menggeleng. “Adil bukan berarti sama, Rosaline! Aku menghabiskan ba

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 22 — BELAJAR TANPAMU

    Di dalam kamar bernuansa lilac itu, Janu baru saja mengibaskan lengan Rosaline yang lancang mencekal kedua tangannya.Dengkusan kasar keluar dari hidungnya bersamaan dengan tatapan tajam dari matanya.Ia benar-benar kesal dengan tingkah laku Rosaline.Berniat menepati janjinya, Janu langsung datang ke kamar Rosaline.Tetapi tidak disangka, saat itu Gemintang baru saja kembali ke kamarnya.Segalanya terjadi begitu cepat, bahkan Janu tidak sempat menghindar ketika Rosaline tiba-tiba menyergap dan menindihnya di ranjang.“Apa sekarang kau berubah jadi wanita penggoda, huh!” geram Janu seraya merapikan jas kerja yang masih melekat di tubuhnya.Sedangkan Rosaline kini tersenyum lebar.Wanita yang mengenakan gaun tidur warna merah itu sedang berbaring di ranjang, menggunakan sebelah tangannya sebagai penyangga agar menghadap ke arah Janu.“Bukan masalah jika menggoda suami sendiri, kan? Lagipula ... aku cukup bahagia karena Gemintang pasti mendengar obrolan panas kita tadi.”Janu mendecakka

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 23 — KEBOHONGAN

    “Apa yang ingin kamu bahas, Mas?” Gemintang akhirnya bertanya pelan.Sebab, beberapa menit berlalu, Janu tak kunjung mengatakan apa pun.“Soal semalam, aku dan Rosaline—” “Sudah bercinta?” tukas Gemintang lemah masih belum menoleh ke arah Janu yang sedang fokus mengemudi. Namun, tanpa Gemintang sadari, jari-jari Janu mengeras pada setir kemudi.“Kamu memaksaku untuk ikut denganmu, hanya untuk mengatakan itu?” Gemintang menerbitkan senyum kala ingatannya memutar peristiwa semalam. Namun kaca yang kini melapisi dua matanya tak bisa berbohong. “Kamu jangan khawatir, aku sudah mendengar obrolan panas kalian!”Janu yang di sebelahnya terdengar membuang napas berat. “Kau hanya mendengar! Kau tak tahu kenyataannya!”Penekanan kalimat itu membuat Gemintang menoleh ke arah Janu. “Aku tak perlu tahu! Pun jika aku tak terima, bukankah aku harus tahu diri, kalau aku hanya istri kedua yang kau nikahi hanya untuk menghasilkan anak?”“Gemintang!” sentak Janu dengan suara kencang. Pria itu menginjak

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 24 — TERNYATA KAMU

    Hanya saja, beberapa menit setelah obrolan tadi, Bu Ningrum sudah meminta Gemintang untuk pergi ke ruang stok bahan kue.Di sana, wanita satu anak itu lantas menghitung yang sudah berkurang dan mencatatnya.Klek!Bersamaan dengan selesainya pekerjaan, suara pintu terbuka. “Ibu?” Gemintang sontak mengalihkan perhatiannya pada Bu Ningrum berdiri di ambang pintu.“Apa sudah selesai, Nak?” tanya sang ibu dengan seulas senyum di bibirnya.Gemintang mengangguk. “Semua sudah masuk list, Bu. Gemintang hanya tinggal berangkat saja.”“Ibu tahu kau bisa diandalkan,” ujar Bu Ningrum, kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dan memberikannya kepada Gemintang. “Ini uangnya, sudah ibu lebihkan setengah harga. Semoga tidak banyak bahan yang harganya naik.”“Kalau begitu, aku harus pergi ke mana dulu? Apakah orang yang mengantarku sudah siap?”“Baskara ada kepentingan sebentar. Jadi, kamu ke grosir bahan kue dulu naik taksi, ibu berikan alamatnya. Nanti dia akan menjemputmu di sana

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 25 — DUA MILYAR

    “Sepertinya kamu berpikir berlebihan. Suamiku memang orang yang cukup berada, tetapi dia memperlakukanku dengan baik.” Gemintang memaksa bibirnya tersenyum, berusaha terlihat baik-baik saja meski hatinya sangat ingin mengadu tentang prahara yang menimpa rumah tangganya. Namun, bila mengatakan semuanya, ia khawatir Baskara dan ibunya akan meminta pertanggungjawaban Janu. Lalu, masalah itu akan melebar kepada Maura, menjadi lebih rumit.Kini, giliran Baskara yang mendengkus kasar. “Benarkah? Lalu mengapa kau harus bersusah payah seperti ini kalau bukan karena suamimu tidak berlaku baik?”“Itu murni karena aku merasa bosan tidak punya kesibukan di rumah. Aku hanya ingin meringankan beban suamiku. Tetapi, karena aku tidak punya ijazah pendidikan tinggi untuk bekerja di kantor dan tidak bisa bekerja jauh, jadi aku berpikir untuk bekerja di tempat ibu saja.” Ketika Gemintang mengatakan itu, mereka sedang berhenti di lampu merah. Sehingga Baskara bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspre

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 26 — CEMBURU

    “Tetap utuh?” Manggala tertawa, tak habis pikir dengan Janu.Sejak kecil, ia mengenal sepupunya itu. Tapi, kali ini Manggala tak bisa menebak jalan pikirannyaHubungan Janu mana yang utuh?Pernikahannya yang hambar dengan Rosaline? Atau rumah tangga dengan Gemintang yang renggang ini? Semuanya justru kacau! “Aku rasa melepaskan Gemintang adalah jalan satu-satunya,” imbuhnya.Srak!Kalimat Manggala agaknya menyulut kekesalan Janu, hingga lelaki itu menutup kembali map hitam di hadapannya dengan cukup kasar.“Apa sekarang kau beralih menjadi pendukung ibu dan Rosaline?” tanya Janu penuh penekanan. “Tidak. Tetapi, untuk hal ini, aku setuju dengan mereka!” Manggala menurunkan kedua tangannya lalu berbalik ke arah Janu. “Gemintang bukan wanita yang pantas kau sakiti.”“Aku tahu itu.” “Kalau begitu, apa yang kau tunggu? Lagipula, dia sudah menuntut cerai, kau hanya tinggal setuju saja.”Janu terdiam, memandang map hitam di hadapannya. Dia tahu bahwa mempertahankan Gemintang hanya akan

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 27 — MENGGANGGU KETENANGAN

    Gemintang harap-harap cemas. Untungnya, Janu kembali menerbitkan senyum kepada ibu asuh Gemintang itu.“Sebenarnya, kami hanya pindah di perumahan karyawan, memang jaraknya sedikit jauh dari panti. Tetapi ibu jangan khawatir, tidak akan mengurangi semangat Gemintang untuk bekerja,” jawab pria itu lalu melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Gemintang. “Benar, kan, Sayang?”“Mas Janu benar, Bu. Hanya selisih lima menit saja, tidak masalah.” Dengan terpaksa Gemintang mengulas senyum. Tak lama, Bu Ningrum pun mengangguk sebagai jawaban. “Ibu turut senang mendengarnya. Gemintang juga bercerita kalau kalian akhirnya menggunakan pengasuh untuk menjaga Maura. Lalu hari ini, Nak Janu mengatakan jika sudah tinggal di perumahan karyawan. Ekonomi kalian pasti sudah sangat baik. Semoga saja kalian selalu sejahtera,” ujarnya berharap yang terbaik.“Terima kasih, Bu. Saya juga berharap toko ibu semakin laris. Kapan-kapan, saya carikan investor atau event untuk bekerjasama dengan toko ibu.” Janu m

Latest chapter

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 151 — TAMAT

    Beberapa bulan setelah itu, Baskara sedang menyimak berita yang sedang trending di media. Soal Janu dan Gemintang yang sedang naik bisnisnya. Juga hubungan mereka yang diperdebatkan banyak orang. Entah bagaimana ia harus merasa. Dia tak rela, tetapi itulah menjadi pilihan Gemintang. Aruna yang tahu perasaan lelaki itu menyandarkan tubuhnya di kursi sebelah Baskara yang sedang menatap layar ponselnya, memperhatikan berita tentang Janu dan Gemintang. Semburat senyum tipis terlihat di wajahnya, tetapi matanya menunjukkan kesedihan yang tak tersembunyikan.“Kenapa Bapak masih melihat berita mereka?” Aruna bertanya lembut, mengambil alih perhatian Baskara yang sepertinya larut dalam pikirannya sendiri.Baskara menghela napas, mengunci layar ponselnya dan meletakkannya di meja. “Entahlah, mungkin aku hanya ingin memastikan bahwa dia bahagia di sana.”Aruna tersenyum lembut, mencoba mengusir suasana muram di wajah Baskara. “Gemintang memang sudah memilih jalannya sendiri, Pak. Terkadang, m

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 150 — KATA YANG TAK PERNAH TERUCAP

    “Kalian memang manusia tidak tahu diuntung! Awas saja! Awas saja kalian!”Usai mengatakan demikian, Bu Dewi gegas pergi dari ruangan itu, meninggalkan Janu dan Rosaline yang kini berdiri pada posisinya masing-masing. “Bibirmu berdarah.” Janu menunjuk setitik darah yang tampak di sudut bibir Rosaline.Janu lalu menghubungi sekretaris untuk meminta kotak obat lewat sambungan pararel.“Duduklah, sekretaris akan datang bawakan obat.”Rosaline kemudian duduk di sofa, sementara Janu mengambilkan satu botol air mineral dan membukakan tutupnya untuk Rosaline, bersamaan dengan itu pula, sekretaris Rosaline mengantar obat. Saat sekretarisnya memberikan kotak obat, Rosaline menunduk sambil mengambilnya dari tangan sang sekretaris. "Terima kasih, tapi saya bisa obati sendiri," ucapnya pelan yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh sang sekretaris.Janu menyerahkan botol air mineral yang baru saja ia buka untuk Rosaline. “Ini, minumlah dulu,” ujarnya dengan nada lembut. Rosaline mengucapkan te

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 149 — SETITIK DARAH

    “Kau yakin aku ingin membahas hal itu?” Rosaline memelankan suaranya. Dia sedikit terkejut dengan permintaan Janu. “Lakukan saja, pancing hingga dia mengatakan semuanya.”Rosaline mengangguk.Janu lantas beringsut mundur, mencari tempat strategis, tak lupa membawa pena perekam yang diberikan oleh Rosaline dan memastikan dirinya tak meninggalkan jejak apapun. “Rosaline!”Seruan Bu Dewi semakin jelas dan keras, hampir memekakan telinganya. Rosaline lalu membawa dirinya duduk di kursi direktur, membuka laptopnya dan bersikap seolah ia sedang bekerja. Hingga akhirnya ….Brakk! Pitu ruangannya dibuka dengan kasar, Rosaline menghentikan gerakan jarinya di atas papan ketik. Dia mendongak menatap Bu Dewi yang memberikan ekpsresi marahnya. “Bisa-bisanya meminta sekretarismu untuk berbohong dan mengatakan kau sedang menemui tamu, padahal kau sedang tidak bertemu dengan siapa-siapa?” Wanita paruh baya itu berjalan mendekat ke arah Rosaline dengan wajah penuh amarah, kedua tangan juga mengep

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 148 — WELLCOME BACK!

    Pagi-pagi sekali, Janu segera pergi ke kantor Ferinco.Empat tahun tidak pernah mengunjunginya, gedung pencakar langit itu masih sama, tidak banyak hal yang berubah, hanya mengalami renovasi di beberapa titik denah. Janu mengikuti arah langkah Manggala yang berjalan lebih dulu di depannya, mengantarnya menuju tempat tujuan. Setelah beberapa saat menyusuri lorong, dan menaiki lift, mereka bedua akhirnya tiba di depan ruang milik Rosaline.Sementara Manggala menghela napas panjang sebelum menepuk pundak Janu. Pria yang berusia lebih muda darinya itu merentangkan tangan. “Akhirnya, kau kembali. Welcome back to work!”“Thanks, Brother! Kau harus menemaniku memulai semuanya dari awal,” ucap Janu membalas pelukan Manggala. “Itu pasti! Oh iya, Kau langsung masuk saja, biasanya Rosaline akan datang sebentar lagi.” Manggala melepas peluknya, lalu melirik arloji perak pada tangan kirinya. Pria berjas itu lalu mengambil sebuah kartu dari dalam saku jasnya.“ID card milikmu, mulai hari ini kau

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 147 — BERITA BAIK

    Selepas bertemu dengan Manggala di kafe, menjelang makan siang Janu kembali ke rumah. Kedatangan pria itu disambut oleh si kembar yang berlari ke arahnya seraya memanggil, “Ayah!”“Yeeeay! Ayah pulang!”Janu pun menggendong mereka berdua. “Kamu sudah selesai, Mas?” tanya Gemintang ketika melihat Janu menggendong putra dan putrinya. Dia melihat sekilas ke arah Janu, sebelum mengembalikan pandangan pada untaian daun bawang di hadapannya.“Sudah,” jawab Janu ketika menurunkan Keenan dan Kinara di ruang tengah. Kedua bocah itu segera menghampiri mainan mereka lagi. Sementara Janu mendekat ke arah Gemintang yang sedang sibuk di dapur. “Apa yang kalian bahas? Sepertinya kamu ceria sekali setelah bertemu dengan mantan istri?” mendengar itu Janu terkekeh. Selanjutnya melingkarkan lengannya di tubuh Gemintang. Dagunya bersandar di pundak kanan wanita itu. “Kamu cemburu, hm?”“Tidak. Hanya penasaran, apa yang dibahas suamiku ketika bertemu mantan sehingga ketika pulang wajahnya bisa sumring

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 146 — RENCANA JANU

    Janu memandangi surat itu dalam diam. Hatinya berkecamuk antara kaget dan heran. Satu sisi, ia merasa diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Namun di sisi lain, ada keraguan yang masih muncul dalam hatinya. Apakah ini semua bisa dipercaya? Atau hanya akal-akalan Rosaline saja?"Aku mengerti keraguanmu. Awalnya, aku tidak ingin percaya dengan Rosaline, tetapi, jika dipikirkan ulang, untuk apa dia rela untuk melepas ini semua, kalau bukan karena dia memang ingin berubah?"Janu masih membisu, mencoba mempertimbangkan kata-kata sang sepupu. Hingga akhirnya, pria itu membuka suara. “Jika aku menerima kembali ini semua, lantas bagaimana dengan Rosaline?”“Dia sudah punya tujuannya sendiri. Kau tidak perlu cemaskan itu, yang penting sekarang dia sudah berada di pihakku, dia juga sudah bersedia bersaksi atas semua kesalahan Bu Dewi.”“Dia bersedia?” ulang Janu, tak percaya. “Iya, yang aku tahu hubungannya dengan Bu Dewi memburuk. Anak buahku melapor jika Rosaline tinggal di aparteme

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 145 — APAPUN ALASANNYA

    “Aku tidak tahu, tetapi Manggala bilang Rosaline ingin bertemu denganku.”Janu memperhatikan wajah istrinya yang berubah. Begitu nama Rosaline disebut, senyum di wajah Gemintang pudar perlahan. Janu paham, hati wanita itu begitu sensitif, terlebih jika mendengar nama mantan atau orang yang pernah menjadi masa lalu pasangannya.Dia bahkan tahu, Rosaline adalah sumber masalah mereka selama ini. Seharusnya nama itu tak pernah ia sebutkan.“Rosaline?” ulang Gemintang, “Kamu… masih berhubungan dengan dia?”Janu cepat-cepat menggeleng. “Tidak. Jangan salah paham dulu. Aku sudah lama putus kontak dengannya. Kalau kamu tidak percaya, kamu boleh tanya ke Manggala. Aku juga tidak tahu apa yang akan Rosaline bicarakan; tiba-tiba saja dia meminta bertemu.”Gemintang tetap diam, membuat Janu khawatir dia akan marah.“Begini saja, kita pergi bersama, supaya kamu tahu apa yang akan Rosaline bicarakan,” tawar Janu, berharap bisa menenangkan hati istrinya.Namun, jawaban Gemintang tak sesuai harapannya

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 144 — ANAK KE EMPAT?

    “Mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik Janu.”Manggala menatap map berwarna biru yang baru saja disodorkan Rosaline. Sepasang matanya menyipit kala melihat barisan tinta yang tertulis di atas kertas itu. Apakah semudah itu Rosaline menyerahkan kembali semua aset yang telah dia dapatkan ini?“Kalau kau berpikir aku punya rencana buruk, kau salah. Aku serius, Manggala. Aku ingin mengakhiri semua ini. Aku bersedia menjadi saksi. Bahkan jika aku dinyatakan bersalah, aku siap menerima konsekuensinya.” Rosaline mengatakan kalimat itu dengan suara yang agak parau. Sebenarnya Manggala iba dengan wanita itu, tetapi mengingat semua perbuatannya di masa lalu, ia tetap harus waspada, bukan? Bisa saja ini hanya permainan liciknya?“Apa yang membuatmu berubah pikiran seperti ini, Rosaline? Apa yang akan terjadi ketika kau mengembalikan semua ini pada Janu?” Manggala bertanya setelah menyeruput kopinya. Helaan napas panjang meluncur dari bibir Rosaline. “Sudah kukatakan sebelumnya karena

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 143 — MENGEMBALIKAN HAK MILIK

    “Maksudmu… Janu?” Manggala mengulang, keningnya berkerut, mencoba mencerna maksud ucapan Rosaline. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba membicarakan pria itu.Mengingat sudah bertahun-tahun lamanya wanita itu tak mengungkit nama Janu. Hingga sekarang ketika Janu sudah bersama lagi dengan Gemintang, mengapa tiba-tiba dia membahas soal pria itu?Apa dia sudah tahu tentang mereka?[“Ya, aku tidak bisa menjelaskan di sini. Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Akan aku jelaskan semuanya.”] Rosaline menjawab dari seberang sana. Suaranya terdengar parau. Entah apa yang terjadj dengan wanita itu tetapi Manggala hanya bisa menebak-nebak. Manggala menghela napas panjang, bergulat dengan keengganan, tetapi rasa penasaran yang begitu besar memaksanya setuju. “Oke, sebaiknya kita bertemu di luar kantor saja. Takutnya ada banyak orang yang mendengar,” usulnya yang kemudian disetujui oleh Rosaline. Setelah sepakat, mereka meluncur ke sebuah kafe di pusat kota. Meski ramai, mereka menemukan s

DMCA.com Protection Status