Semua Bab Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua: Bab 21 - Bab 30

118 Bab

BAB 21 — DESAHAN

“Kalau begitu, aku ingin mengajukan satu syarat!” ujar Rosaline penuh penekanan, “Kita pernah sepakat kalau aku mendapatkan lebih banyak waktumu, tetapi kau sering kali melanggar itu. Jadi, dengan kesepakatan tertulis ini aku ingin kau membayarnya!”Janu membuang napas berat. Ia tahu Rosaline tak akan menyerah begitu saja dan melakukan cara apa pun agar mendapatkan keinginannya.Meski demikian, ia tetap mempersilakan Rosaline mengutarakan pendapatnya. “Katakan.”“Kau harus menambahkan dengan tulisan tanganmu sendiri jika kau akan tidur bersamaku selama lima hari dalam satu minggu! Sementara Gemintang hanya mendapatkan sisanya!”“Kau—”“Keberatan?” Rosaline segera memotong ucapan Janu. Wanita itu dengan angkuhnya bersedekap di depan dada. “Selama ini, Gemintang mendapatkan lebih banyak waktu bersamamu. Sekarang, dia berada di rumah ini, dia harus tahu bagaimana rasanya menjadi aku, bukankah itu baru namanya adil?”Janu menggeleng. “Adil bukan berarti sama, Rosaline! Aku menghabiskan ba
Baca selengkapnya

BAB 22 — BELAJAR TANPAMU

Di dalam kamar bernuansa lilac itu, Janu baru saja mengibaskan lengan Rosaline yang lancang mencekal kedua tangannya.Dengkusan kasar keluar dari hidungnya bersamaan dengan tatapan tajam dari matanya.Ia benar-benar kesal dengan tingkah laku Rosaline.Berniat menepati janjinya, Janu langsung datang ke kamar Rosaline.Tetapi tidak disangka, saat itu Gemintang baru saja kembali ke kamarnya.Segalanya terjadi begitu cepat, bahkan Janu tidak sempat menghindar ketika Rosaline tiba-tiba menyergap dan menindihnya di ranjang.“Apa sekarang kau berubah jadi wanita penggoda, huh!” geram Janu seraya merapikan jas kerja yang masih melekat di tubuhnya.Sedangkan Rosaline kini tersenyum lebar.Wanita yang mengenakan gaun tidur warna merah itu sedang berbaring di ranjang, menggunakan sebelah tangannya sebagai penyangga agar menghadap ke arah Janu.“Bukan masalah jika menggoda suami sendiri, kan? Lagipula ... aku cukup bahagia karena Gemintang pasti mendengar obrolan panas kita tadi.”Janu mendecakka
Baca selengkapnya

BAB 23 — KEBOHONGAN

“Apa yang ingin kamu bahas, Mas?” Gemintang akhirnya bertanya pelan.Sebab, beberapa menit berlalu, Janu tak kunjung mengatakan apa pun.“Soal semalam, aku dan Rosaline—” “Sudah bercinta?” tukas Gemintang lemah masih belum menoleh ke arah Janu yang sedang fokus mengemudi. Namun, tanpa Gemintang sadari, jari-jari Janu mengeras pada setir kemudi.“Kamu memaksaku untuk ikut denganmu, hanya untuk mengatakan itu?” Gemintang menerbitkan senyum kala ingatannya memutar peristiwa semalam. Namun kaca yang kini melapisi dua matanya tak bisa berbohong. “Kamu jangan khawatir, aku sudah mendengar obrolan panas kalian!”Janu yang di sebelahnya terdengar membuang napas berat. “Kau hanya mendengar! Kau tak tahu kenyataannya!”Penekanan kalimat itu membuat Gemintang menoleh ke arah Janu. “Aku tak perlu tahu! Pun jika aku tak terima, bukankah aku harus tahu diri, kalau aku hanya istri kedua yang kau nikahi hanya untuk menghasilkan anak?”“Gemintang!” sentak Janu dengan suara kencang. Pria itu menginjak
Baca selengkapnya

BAB 24 — TERNYATA KAMU

Hanya saja, beberapa menit setelah obrolan tadi, Bu Ningrum sudah meminta Gemintang untuk pergi ke ruang stok bahan kue.Di sana, wanita satu anak itu lantas menghitung yang sudah berkurang dan mencatatnya.Klek!Bersamaan dengan selesainya pekerjaan, suara pintu terbuka. “Ibu?” Gemintang sontak mengalihkan perhatiannya pada Bu Ningrum berdiri di ambang pintu.“Apa sudah selesai, Nak?” tanya sang ibu dengan seulas senyum di bibirnya.Gemintang mengangguk. “Semua sudah masuk list, Bu. Gemintang hanya tinggal berangkat saja.”“Ibu tahu kau bisa diandalkan,” ujar Bu Ningrum, kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dan memberikannya kepada Gemintang. “Ini uangnya, sudah ibu lebihkan setengah harga. Semoga tidak banyak bahan yang harganya naik.”“Kalau begitu, aku harus pergi ke mana dulu? Apakah orang yang mengantarku sudah siap?”“Baskara ada kepentingan sebentar. Jadi, kamu ke grosir bahan kue dulu naik taksi, ibu berikan alamatnya. Nanti dia akan menjemputmu di sana
Baca selengkapnya

BAB 25 — DUA MILYAR

“Sepertinya kamu berpikir berlebihan. Suamiku memang orang yang cukup berada, tetapi dia memperlakukanku dengan baik.” Gemintang memaksa bibirnya tersenyum, berusaha terlihat baik-baik saja meski hatinya sangat ingin mengadu tentang prahara yang menimpa rumah tangganya. Namun, bila mengatakan semuanya, ia khawatir Baskara dan ibunya akan meminta pertanggungjawaban Janu. Lalu, masalah itu akan melebar kepada Maura, menjadi lebih rumit.Kini, giliran Baskara yang mendengkus kasar. “Benarkah? Lalu mengapa kau harus bersusah payah seperti ini kalau bukan karena suamimu tidak berlaku baik?”“Itu murni karena aku merasa bosan tidak punya kesibukan di rumah. Aku hanya ingin meringankan beban suamiku. Tetapi, karena aku tidak punya ijazah pendidikan tinggi untuk bekerja di kantor dan tidak bisa bekerja jauh, jadi aku berpikir untuk bekerja di tempat ibu saja.” Ketika Gemintang mengatakan itu, mereka sedang berhenti di lampu merah. Sehingga Baskara bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspre
Baca selengkapnya

BAB 26 — CEMBURU

“Tetap utuh?” Manggala tertawa, tak habis pikir dengan Janu.Sejak kecil, ia mengenal sepupunya itu. Tapi, kali ini Manggala tak bisa menebak jalan pikirannyaHubungan Janu mana yang utuh?Pernikahannya yang hambar dengan Rosaline? Atau rumah tangga dengan Gemintang yang renggang ini? Semuanya justru kacau! “Aku rasa melepaskan Gemintang adalah jalan satu-satunya,” imbuhnya.Srak!Kalimat Manggala agaknya menyulut kekesalan Janu, hingga lelaki itu menutup kembali map hitam di hadapannya dengan cukup kasar.“Apa sekarang kau beralih menjadi pendukung ibu dan Rosaline?” tanya Janu penuh penekanan. “Tidak. Tetapi, untuk hal ini, aku setuju dengan mereka!” Manggala menurunkan kedua tangannya lalu berbalik ke arah Janu. “Gemintang bukan wanita yang pantas kau sakiti.”“Aku tahu itu.” “Kalau begitu, apa yang kau tunggu? Lagipula, dia sudah menuntut cerai, kau hanya tinggal setuju saja.”Janu terdiam, memandang map hitam di hadapannya. Dia tahu bahwa mempertahankan Gemintang hanya akan
Baca selengkapnya

BAB 27 — MENGGANGGU KETENANGAN

Gemintang harap-harap cemas. Untungnya, Janu kembali menerbitkan senyum kepada ibu asuh Gemintang itu.“Sebenarnya, kami hanya pindah di perumahan karyawan, memang jaraknya sedikit jauh dari panti. Tetapi ibu jangan khawatir, tidak akan mengurangi semangat Gemintang untuk bekerja,” jawab pria itu lalu melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Gemintang. “Benar, kan, Sayang?”“Mas Janu benar, Bu. Hanya selisih lima menit saja, tidak masalah.” Dengan terpaksa Gemintang mengulas senyum. Tak lama, Bu Ningrum pun mengangguk sebagai jawaban. “Ibu turut senang mendengarnya. Gemintang juga bercerita kalau kalian akhirnya menggunakan pengasuh untuk menjaga Maura. Lalu hari ini, Nak Janu mengatakan jika sudah tinggal di perumahan karyawan. Ekonomi kalian pasti sudah sangat baik. Semoga saja kalian selalu sejahtera,” ujarnya berharap yang terbaik.“Terima kasih, Bu. Saya juga berharap toko ibu semakin laris. Kapan-kapan, saya carikan investor atau event untuk bekerjasama dengan toko ibu.” Janu m
Baca selengkapnya

BAB 28 — HUKUMAN!

Sementara di dalam kamar ....“Mas!” jerit Gemintang pada Janu.Tak lama, pria itu melepaskan cengkramannya. Masih dengan bola mata yang berkobar hebat, Janu menatap Gemintang.“Sebaiknya kamu cari tempat kerja baru!” katanya dengan nada tegas. Gemintang yang tidak setuju langsung mengernyit ke arah suaminya. Sungguh menyesakkan. Di hadapan orang-orang, mereka bersandiwara seolah rumah tangga mereka sangat baik. Padahal, yang terjadi sebenarnya, hancur berkeping-keping. Bahkan Gemintang sendiri tak tahu apakah hubungan ini masih bisa diselamatkan atau harus diikhlaskan.“Apa maksudmu? Aku baru kerja di sana satu hari, dan kamu sudah menyuruhku pindah tempat kerja?”“Aku akan carikan tempat lain untukmu. Atau usaha apa pun yang kau mau, asal tidak bekerja di sana!” Janu menambahkan, nada suaranya datar tetapi mengisyaratkan sebuah kekhawatiran.“Baru kerja sehari saja, kau sudah menceritakan banyak hal. Pengasuh Maura sampai pindah rumah. Besok kau mau cerita apa lagi?”“Jika hanya
Baca selengkapnya

BAB 29 — MEMBUATNYA LEBIH MURKA!

Selama Rosaline menyusun "rencananya", hubungan Gemintang dan Janu memburuk selama tiga hari terakhir.Gemintang memilih untuk menghindar ... sebab erbuatan Janu benar-benar membuatnya terluka.Hati perempuan mana yang tak sakit jika diperlakukan dengan kasar semacam itu?“Kenapa ibu tidak sarapan bersama Ayah?” tanya Maura saat mereka sarapan bersama pagi ini. Gemintang tertegun. Beberapa hari ini, ia memang tidak makan bersama dengan mereka. Selalu menyendiri. Sementara hari ini, Janu sudah berangkat bekerja pukul enam pagi tadi.Rosaline dan Bu Dewi? Mereka pergi entah ke mana saat Gemintang hendak menuju ruang makan tadi. Biasanya kedua wanita itu akan memancing keributan. Meski bingung karena keduanya tidak mengkritik atau mencibir dirinya, Gemintang merasa bersyukur. "Ayah dan ibu sedang marahan ya?" Maura bertanya lagi. Ketika melihat Gemintang hanya diam dengan pandangan kosong. Sesaat tubuh Gemintang menegang mendengar pertanyaan itu, tetapi secepat mungkin ia men
Baca selengkapnya

BAB 30 — PESANAN ANEH

"Mami, Ocha!" Suara lengkingan itu mengagetkan Rosaline yang baru saja kembali dari restoran. Ia lantas menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Maura tengah bermain di ruang tengah bersama pengasuhnya. Rosaline lantas tersenyum dan berjalan mendekat ke arahnya. "Hei! Kamu tidak sekolah hari ini, ya?" tanya Rosaline seraya berjongkok di hadapan Maura. Gadis kecil itu mengangguk. "Iya, Mami. Maura hanya sekolah empat hari." "Kalau begitu, bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan, hm? Mami akan belikan buku baru lagi, kita juga beli ice cream, kamu mau?" tawar Rosaline membuat Maura yang sedang berdiri di hadapannya terkejut, senang. "Mau! Maura mau, Mami!" Rosaline menarik kedua sudut bibirnya lalu mengusap pipi Maura. "Baiklah, Anak Manis! Kalau begitu, kamu ganti baju dulu sama suster, ya? Mami tunggu di sini." Dengan penuh semangat, Maura berlari menuju kamarnya bersama dengan sang pengasuh. "Sepertinya anak itu sudah semakin dekat denganmu," ujar Bu Dewi yang baru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status