All Chapters of RASHVA: LEGENDA PENAKLUK IBLIS: Chapter 31 - Chapter 40

65 Chapters

BAB 31

“Sekarang sebaiknya kita pergi mencari King Sigbin dulu untuk mencari selaput jantungnya, atau ke pasar gelap mencari tanduk Unicorn?” tanya Rashva.“Mumpung masih berada di Benua ini, kusarankan mencari King Sigbin dulu. Aku tahu di mana kita harus mencarinya. Di benua ini banyak sarang kawanan Sigbin, aku pernah melihat mereka. Kita hanya perlu mencari yang terbesar untuk memastikan Rajanya tinggal di sana,” kata Ava.“Baiklah, mari kita beragkat.”“Kau tidak perlu ikut. Aku baru saja memiliki kemampuan terbang. Dengan cara terbang, pencarian akan dapat dilakukan dengan mudah. Nanti kalau sudah ketemu sarang yang mencurigakan, aku akan kembali kemari untuk memberitahukanmu.”“Oh begitu? Baiklah. Aku jadi bisa lebih santai, Hehehe. Sana lah kau pergi,” tawa Rashva.“Dasar!” tawa Ava. “Baik, aku berangkat ya. Geryon, Ayo!”Setelah berkata begitu ia segera melesat pergi. Daimon kesayangannya pun menghilang dan mendekam di dalam hatinya.Melihat kepergian Ava yang semakin menjauh, Rashv
Read more

BAB 32

Ternyata Ava sudah pulang!“Hey teman-teman! Aku sudah menemukan sarang King Sigbin!” katanya dengan penuh semangat saat memasuki rumah.“Kau tidak masuk angin?” tawa Rashva.“Apa itu masuk angin?” tanya Ava.Rashva baru sadar kalau istilah masuk angin ini hanya ada di negerinya. Akhirnya ia mengalihkan pembicaraan, “Makanlah dulu. Sudah ada 2 ikan besar untuk kau dan Geryon.”“Wah, mantap. Makan besar nih.”Geryon segera muncul dan berdua mereka menikmati ikan panggang itu.“Hmmmm, enak sekali! Seperti masakan di Dunia manusia. Bahkan lebih enak lagi! Wah sudah lama aku tidak memakan makanan seenak ini! Kau yang memasaknya ya, Rashva?”Pemuda itu hanya mengangguk senang. Ia sangat bahagia melihat orang yang menyukai masakannya.“Besok pagi-pagi kita berangkat? Sebaiknya Ava beristirahat dulu memulihkan tenaga.”Gadis itu mengangguk. “Baik jika berjalan kaki mungkin kita butuh 3 hari sampai ke sana. Tapi dengan terbang ya, mungkin setengah hari.”“Kau bisa menggendong kami?” tanya Ras
Read more

BAB 33

“Ada pemburu yang dapat menghentikan mereka.”“Berarti kedatangan saya kemari tepat sekali ya,” senyum Rashva.“Benar sekali. Tuan mungkin adalah jawaban dari doa-doa saya.”Rashva tersenyum. Dahulu ia selalu mengira doa-doanya tidak pernah dikabulkan. Sekarang ketika sudah menjadi Kyrios, ia merasa Tuhan mendengar doanya dan mengabulkannya lebih dari yang ia harapkan.Dulu ia lemah, sekarang ia kuat. Dulu ia miskin, sekarang ia punya banyak harta warisan. Dulu ia tidak punya teman, sekarang ia malah punya 2 orang teman wanita, dan satu jin penjaga.Memang, waktu adalah jawaban setiap doa.Tiba-tiba Bhiksu itu berkata, “Tetapi saya sudah punya janji tersendiri. Saya harus menghentikan kawanan Sigbin itu dengan tangan saya sendiri. Tidak boleh menggunakan tangan orang lain.”“Oh? Ada alasan tersendiri kah, Tuan Bhiksu?” tanya Rashva penasaran.Bhikus itu memejamkan matanya. Ia menghela nafas dalam-dalam. Ia lalu berkata, “Ya. Dulu para Sigbin membunuh istri saya, lalu memangsa anak-ana
Read more

BAB 34

[“Kemungkinan ia mengeluarkan tenaga terlalu besar. Butuh Chi yang besar juga untuk mengeluarkan jurus seperti ini,”] jelas Fenrir.Rashva tidak menjawab. Ia segera bergerak dan menangkap tubuh Ben sebelum terbanting ke tanah. “Bawa aku ke atas pohon,” katanya kepada Fenrir.Dalam sekejap mata ia sudah berada di atas pohon tempat tadi mereka bersembunyi. Ava dan Rikka yang melihat kejadian tadi dengan jelas, nampak masih terkejut. Ben Ofume masih sadar, tetapi ia tampak lemah sekali.“Kalian jaga Ben, ya. Biar aku yang melawan Monster itu.”Ia menghilang lagi. Begitu muncul di hadapan King Sigbin, ia sudah berada dalam from Rasvarg.“Kyrios keparat! Kau mau mengambil jantungku? Hahahaha. Tidak semudah itu!” teriak King Sigbin. Setelah berkata begitu tubuhnya langsung mengeluarkan cahaya aneh lalu muncul sejenis selaput yang melindunginya sekujur badannya.Rashva tidak membuang-buang waktu. Ia melemparkan pedang kanannya. Pedang berwarna putih keperakan itu berputar bagaikan bumerang t
Read more

BAB 35

Rashva sudah kembali lagi ke tempat tadi teman-temannya berada. Dilihatnya Bhiksu Ben sudah bersila dan menyembuhkan diri. Hatinya sangat lega.Ia kemudian bertanya kepada Fenrir, [“Mas Bro, kenapa Pedang Wolfzahne tidak mampu menembus selaput armor itu?’][“Aku memberikanmu kecepatan dan ketepatan. Itulah anugrah yang bisa kuberikan kepadamu. Pedang itu dapat menembus armor biasa, dan mungkin beberapa armor yang dianggap sangat kuat. Tetapi armor yang dimiliki King Sigbin itu adalah armor terkutuk, seperti Dark Magic. Dibuat dengan cara menghisap sari pati anak-anak yang masih suci. Karena itu perlu kekuatan khusus untuk dapat menembusnya,”] jelas Fenrir.[“Ah, Dark Magic. Kekuatan sihir yang membutuhkan korban nyawa sebagai penguatannya. Sangat kejam. Apakah ada cara supaya Wolfzahne memiliki kekuatan untuk melawan Dark Magic seperti itu?”][“Ada,”] jawab Fenrir. [“Kau bisa menambahkan amulet-amulet tertentu untuk meningkatkan kekuatannya. Terutama amulet yang mengandung Light Magic
Read more

BAB 36

[“Kita pergi ke Teranthe sekarang. Fenrir, dapatkah kau teleportasi ke sana?”] tanya Rashva.[“Ya. Aku pernah ke Teranthe tetapi aku tidak mengetahu lokasi Pasar Gelapnya,”] jawab Fenrir.“Teman-teman, mari berpegangan padaku, kita pergi ke Teranthe di Benua Tenggara.”Syutt!Dalam sekejap mata mereka telah sampai di Teranthe. Fenrir membawa mereka ke sebuah bukit dengan taman yang indah sekali. Tak jauh dari taman itu ada sebuah istana yang indah dengan menara yang menjulang.“Istana apa itu ya? Indah sekali,” tukas Rashva.“Kemungkinan besar itu adalah Istana dari Raja Benua Tenggara,” jawab Ava.“Cantik sekali, dengan bunga-bunga Sakura berwarna biru di sekelilingnya.”“Itu pelabuhannya kelihatan dari sini. Kata Tuan Riggle, pasar gelap itu berada di belakang pelabuhan.”Mereka berjalan kaki dengan cepat. Sambil menikmati pemandangan Kerajaan Teranthe yang indah.[“Benua Tenggara besarnya seluas seperti Afrika. Rajanya adalah seorang Elf. Dahulu menjadi pengikut setia Kaisar Zeon.
Read more

BAB 37

Ternyata si nenek tua tadi.“Bolehkah saya berbicara dengan anda sebelum anda pergi,” kata nenek itu kepada Rashva.“Tentu saja, Nek. Ada yang bisa saya bantu?” kata Rashva ramah. Ia menyerahkan kotak berisi Unicorn kepada Bhiksu Ben.“Apakah boleh 4 mata saja?” tanya si nenek.“Tentu, Nek. Apakah di sana bisa?” tanya Rashva sambil menunjuk sebuah taman yang sepi di samping gedung Lurkui.“Ya. Terima kasih,” nenek itu lalu berjalan duluan ke tempat itu. Sesampainya di sana ia langsung mengutarakan maksudnya,“Saya sangat memerlukan tanduk Unicord itu, Tuan. Saya sanggup membayar 2 Trilyun empat ratus juta. Ditambah apapun permintaan Tuan akan saya lakukan.”Apapun?“Kebetulan saya pun memerlukan tanduk ini, Nek. Ada misi untuk menolong orang yang hanya bisa dilakukan dengan bantuan tanduk itu,” kata Rashva dengan sopan.“Saya pun hendak menolong orang dengan tanduk itu,” kata si nenek dengan wajah sendu.Rashva tak tahu apa yang harus ia katakan dan lakukan.“Jika saya menjual diri sa
Read more

BAB 38

Mereka berdua segera pergi meninggalkan tempat itu. Kitsune itu berlari dengan sangat cepat dan Rashva mengikutinya dari belakang sambil membawa kotak berisi Tanduk itu. Cukup lama mereka berlari dan kini sampai di sebuah hutan. Masuk ke dalam hutan yang berliku, masih ada lagi sebuah jalan kecil yang tersembunyi. Di ujung jalan kecil itu ada rerimbunan semak-semak.Ternyata di balik semak-semak itu ada sebuah pintu kecil.“Mari silahkan,” Kitsune itu mempersilahkan Rasvarg masuk. Di balik pintu itu ada sebuah terowongan yang gelap dan sangat panjang. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya sampai juga di ujung terowongan. Ada sebuah pintu lagi.“Harap Tuan menunggu di sini. Saya harus memohon ijin dulu,” kata Kitsune itu.Ia lalu masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu. Setelah beberapa lama, baru ia kembali lagi.“Silahkan.”Rasvarg memasuki ruangan itu. Sebuah ruangan yang cukup mewah. Ruangannya luas dan besar, tapi sangat sepi. Di ujung sana, terdapat sebuah tempat tidur. Ada ses
Read more

BAB 39

Mereka semua meninggalkan ruangan.Sang Raja berkata kepada Rashva, “Kyrios Rashva, aku memiliki seorang anak dari istriku yang dahulu. Nama anakku adalah putri Aurellia. Ia sudah 10 tahun ini menghilang dan kami telah berusaha mencarinyanya namun sampai sekarang belum berhasil. Di usiaku yang sudah sebentar ini, dapatkah aku memintamu untuk mencarinya?”Rashva menjawab dengan khidmat, “Saya siap menjalankan titah Yang Mulia.”Raja itu tertawa, “Ini bukan titah. Ini adalah permintaan seorang yang sekarat kepada sahabatnya. Kau adalah sahabatku. Meskipun aku baru mengenalmu, aku telah percaya sepenuhnya kepadamu. Aku melihat bayangan Kaisar Zeon di dalam dirimu.”Rashva tidak berkata apa-apa.“Nanti jika sudah kau temukan dia, mau kah kau menikahinya?”Pertanyaan itu datang begitu tiba-tiba seperrti petir di siang bolong.“Saya,….eh”“Ya. Aku tahu kau belum mengenalnya. Ia seorang yang cantik namun susah diatur. Ia pergi saat aku bertengkar dengannya. Jika kau suka kepadanya, kau menda
Read more

BAB 40

Rashva telaah kembali bertemu teman-temannya. Ia menceritakan tentang kejadian yang baru saja dialaminya. Tentu saja ia tidak menceritakan bagian di mana ia memiliki hubungan dengan Kaisar Zeon.“Karma. Karma baik, selalu lahir dari perbuatan yang baik. Amitabha….Amitabha, ” kata Bhiksu Ben. Ia berulang kali mengucapkan puja puji dan doa. “Jika bukan karena keikhlasan Rashva memberikan tanduk itu secara cuma-cuma untuk menolong orang yang sakit, tentu ia tak akan mendapatkan berkah dan anugrah seperti ini.”Orang berbuat baik, hasilnya mungkin tidak selamanya baik. Tetapi orang berbuat jahat, hasilnya pasti akan selamanya buruk.“Mari perkenalkan teman kita yang baru, Icara.”Setelah berkata begitu, Icara yang tadinya bersemayam di hati Rashva pun keluar.“Wah, cantik dan anggun sekali. Terlihat bagaikan bangsawan!” puji Ava.“Halo, Icara, aku Rikka. Senang berkenalan denganmu.”“Halo Rikka, aku Icara. Senang berkenalan dengan kamu, dan semua orang di sini. Mohon petunjuk selama saya
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status