Ternyata si nenek tua tadi.“Bolehkah saya berbicara dengan anda sebelum anda pergi,” kata nenek itu kepada Rashva.“Tentu saja, Nek. Ada yang bisa saya bantu?” kata Rashva ramah. Ia menyerahkan kotak berisi Unicorn kepada Bhiksu Ben.“Apakah boleh 4 mata saja?” tanya si nenek.“Tentu, Nek. Apakah di sana bisa?” tanya Rashva sambil menunjuk sebuah taman yang sepi di samping gedung Lurkui.“Ya. Terima kasih,” nenek itu lalu berjalan duluan ke tempat itu. Sesampainya di sana ia langsung mengutarakan maksudnya,“Saya sangat memerlukan tanduk Unicord itu, Tuan. Saya sanggup membayar 2 Trilyun empat ratus juta. Ditambah apapun permintaan Tuan akan saya lakukan.”Apapun?“Kebetulan saya pun memerlukan tanduk ini, Nek. Ada misi untuk menolong orang yang hanya bisa dilakukan dengan bantuan tanduk itu,” kata Rashva dengan sopan.“Saya pun hendak menolong orang dengan tanduk itu,” kata si nenek dengan wajah sendu.Rashva tak tahu apa yang harus ia katakan dan lakukan.“Jika saya menjual diri sa
Mereka berdua segera pergi meninggalkan tempat itu. Kitsune itu berlari dengan sangat cepat dan Rashva mengikutinya dari belakang sambil membawa kotak berisi Tanduk itu. Cukup lama mereka berlari dan kini sampai di sebuah hutan. Masuk ke dalam hutan yang berliku, masih ada lagi sebuah jalan kecil yang tersembunyi. Di ujung jalan kecil itu ada rerimbunan semak-semak.Ternyata di balik semak-semak itu ada sebuah pintu kecil.“Mari silahkan,” Kitsune itu mempersilahkan Rasvarg masuk. Di balik pintu itu ada sebuah terowongan yang gelap dan sangat panjang. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya sampai juga di ujung terowongan. Ada sebuah pintu lagi.“Harap Tuan menunggu di sini. Saya harus memohon ijin dulu,” kata Kitsune itu.Ia lalu masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu. Setelah beberapa lama, baru ia kembali lagi.“Silahkan.”Rasvarg memasuki ruangan itu. Sebuah ruangan yang cukup mewah. Ruangannya luas dan besar, tapi sangat sepi. Di ujung sana, terdapat sebuah tempat tidur. Ada ses
Mereka semua meninggalkan ruangan.Sang Raja berkata kepada Rashva, “Kyrios Rashva, aku memiliki seorang anak dari istriku yang dahulu. Nama anakku adalah putri Aurellia. Ia sudah 10 tahun ini menghilang dan kami telah berusaha mencarinyanya namun sampai sekarang belum berhasil. Di usiaku yang sudah sebentar ini, dapatkah aku memintamu untuk mencarinya?”Rashva menjawab dengan khidmat, “Saya siap menjalankan titah Yang Mulia.”Raja itu tertawa, “Ini bukan titah. Ini adalah permintaan seorang yang sekarat kepada sahabatnya. Kau adalah sahabatku. Meskipun aku baru mengenalmu, aku telah percaya sepenuhnya kepadamu. Aku melihat bayangan Kaisar Zeon di dalam dirimu.”Rashva tidak berkata apa-apa.“Nanti jika sudah kau temukan dia, mau kah kau menikahinya?”Pertanyaan itu datang begitu tiba-tiba seperrti petir di siang bolong.“Saya,….eh”“Ya. Aku tahu kau belum mengenalnya. Ia seorang yang cantik namun susah diatur. Ia pergi saat aku bertengkar dengannya. Jika kau suka kepadanya, kau menda
Rashva telaah kembali bertemu teman-temannya. Ia menceritakan tentang kejadian yang baru saja dialaminya. Tentu saja ia tidak menceritakan bagian di mana ia memiliki hubungan dengan Kaisar Zeon.“Karma. Karma baik, selalu lahir dari perbuatan yang baik. Amitabha….Amitabha, ” kata Bhiksu Ben. Ia berulang kali mengucapkan puja puji dan doa. “Jika bukan karena keikhlasan Rashva memberikan tanduk itu secara cuma-cuma untuk menolong orang yang sakit, tentu ia tak akan mendapatkan berkah dan anugrah seperti ini.”Orang berbuat baik, hasilnya mungkin tidak selamanya baik. Tetapi orang berbuat jahat, hasilnya pasti akan selamanya buruk.“Mari perkenalkan teman kita yang baru, Icara.”Setelah berkata begitu, Icara yang tadinya bersemayam di hati Rashva pun keluar.“Wah, cantik dan anggun sekali. Terlihat bagaikan bangsawan!” puji Ava.“Halo, Icara, aku Rikka. Senang berkenalan denganmu.”“Halo Rikka, aku Icara. Senang berkenalan dengan kamu, dan semua orang di sini. Mohon petunjuk selama saya
Keesokan harinya mereka sudah mulai berlatih dengan giat. Masing-masing sangat menikmati ilmu yang Rashva percayakan kepada mereka. Yang membuat sulit adalah kesemua ilmu itu ditulis dalam huruf Tiongkok kuno dan harus Fenrir yang membacakannya kepada Rashva barulah Rashva mengajarkan kepada mereka.Hal ini memberikan keuntungan tersendiri kepada Rashva, yaitu ia secara tidak sengaja juga akhirnya mempelajari inti sari ilmu kawan-kawannya. Tapi di sisi lain, pelajarannya sendiri juga agak tertinggal karena ia harus membantu mengajari teman-temannya itu.Dalam 1 bulan, sudah terlihat kemajuan ilmu mereka. Ava yang kemajuannya paling pesat karena ia adalah seorang gadis yang cerdas, dan ilmu yang ia pelajari sangat cocok dengannya, apalagi di masa lalunya ia pernah mempelajari ilmu tarung asli Persia. Ilmu Cambuk Ular Putih adalah sebuah ilmu yang juga tercantum di dalam Kitab 9 Yin. Sehingga ketika Rashva mengajarinya, menjadi jauh lebih gampang karena ilmu 9 Yin juga adalah ilmu yang
“Ava coba kau jelaskan rencanamu,” kata Rashva.“Pertama-tama, aku harus menggambarkan dulu denah dan letak kuil itu,” Ava lalu menggambarkan denah itu di atas meja pertemuan mereka. Dari gambar itu, kuil sang Pandita memang terlihat sebagai benteng yang kuat.Terletak di atas gunung, di kelilingi lembah, serta hamparan tanah kosong yang luas. Ada sungai yang mengitarinya. Benar-benar sebuah tempat yang sulit diserang dan juga disusupi.“Ini kayak game Warhammer,” tawa Rashva.“Upacara Pentahbisan akan dilaksanakan di luar kuil. Di tanah lapang yang luas itu. Ratusan orang akan terpilih dari ribuan yang datang. Entah apa dasar pilihannya. Mungkin hanya random saja. Ketika terpilih, baru mereka dapat masuk ke kuil itu,” kata Ava.Lanjut gadis itu, “Rencana kita adalah menyusupkan Rikka ke sana, berharap agar ia terpilih dalam pentahbisan sehingga diangkat menjadi murid, dan bisa masuk dan tinggal di dalam kuil.”“Harap diingat, aku masih tidak setuju dengan rencana ini,” kata Rashva.“
“Aku sudah tahu letak Kuil itu dan sekarang pun aku bisa pergi ke sana,” kata Bhiksu bertubuh besar itu.“Baik. Semoga semua lancar dan Buddha melindungi anda, Bhiksu Ben.”Saat itu juga Bhiksu Ben bermeditasi. Kirin, sang Daimon dari Bhiksu Ben lalu menjaga di sampingnya. Pada saat roh keluar dari tubuh, itulah saat yang paling rentan bagi pemilik tubuh karena ia tidak bisa melakukan apa-apa jika tubuhnya diserang.Ben pergi cukup lama. Sampai-sampai Rashva khawatir terjadi sesuatu padanya.“Apakah Bhiksu Ben baik-baik saja?” tanya Rashva kepada Kirin.Makhluk Qilin itu mengangguk saja.“Syukurlah. Kita tunggu saja, teman-teman.”Hampir tengah malam baru roh Bhiksu Ben kembali. Tubuhnya yang tadi bermeditasi dengan tenang tahu-tahu bergetar sedikit dan Bhiksu itu lalu membuka matanya,“Maaf menunggu lama, teman-teman. Saya harus memastikan benar-benar sudah menghafal seluruh detail dan lika-liku di dalam Kuil itu.”“Jadi bagaimana Bhiksu Ben?” tanya Ava.Ben lalu menggambar pada kert
Clanggg!Tombak itu terpental.Pedang Wolfzahne telah kembali ke tangan pemiliknya.Dalam perubahan yang sepersekian detik itu, Rashva telah berpikir cepat dan mampu melayangkan pedangnya untuk menyambar tombak Rikka dan menyelamatkan Ava.“Guys! Pelan-pelan, dong!” kata Rashva.“Nona Ava, maafkan saya. Sungguh gerakan ini tidak….,”“Huh!” Ava membanting kaki. Ia lalu pergi meninggalkan aula latihan dengan wajah sebal.Rikka hendak mengejarnya tetapi segera dicegah Rashva yang memegang pundaknya,“Biarkan saja dulu. Nanti saat makan siang baru Rikka pergi menjemputnya.”Gadis kecil itu mengangguk, “Tadi Rikka benar-benar tidak sengaja…,”“Ya, aku tahu. Karena itu tadi aku sudah peringatkan untuk pelan-pelan saja. Takutnya ada gerakan-gerakan yang belum kalian kuasai namun sudah menjadi naluri, sehingga keluar secara otomatis.”“Baik. Maafkan Rikka, Tuan.”“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Namanya saja latihan,” tawa Rashva. “Sekarang aku jadi memikirkan satu hal.”“Apa itu, Tuan?”“Rik
Pagi belum lagi tiba.Rashva mimpi itu lagi.Naga menelan matahari. Lama-lama ia menjadi sangat terbiasa. Karena malas untuk kembali tidur, Rashva memutuskan untuk pergi ke dapur saja untuk memasak. Selama beberapa hari ini Rikka yang selalu memasak untuk mereka. Kasihan juga jika ia selalu berkutat di dapur saja setiap hari.Saat menyusuri lorong, dilihatnya kamar Rikka ternyata masih terbuka. Ada terang cahaya lilin yang menyinari kamar itu. Ia berdiri di depan pintu kamar dan melihat gadis itu sedang menjahit sesuatu.“Rikka belum tidur? Sedang menjahit apa?”“Rikka membuatkan pakaian untuk Tuan,” jawabnya dengan pandangan yang aneh.“Untuk apa kau membuatkan pakaian untukku? Aku masih punya banyak,” tawa Rashva.“Kemarin Tuan membawa satu peti besar penuh dengan pakaian, perhiasan, dan berbagai macam benda lainnya. Tetapi Rikka lihat tak ada satu pun barang yang Tuan beli untuk Tuan sendiri.”Rashva tersenyum pahit. Katanya, “Aku memang tidak perlu banyak barang. Bagiku yang ada s
“Dalam ilmu peperangan, yang paling penting adalah data dan informasi mengenai lawan. Saya tahu saat ini kita masih buta dengan kekuatan lawan. Di mana benteng mereka, dan logistik apa yang mereka punya. Oleh karena itu saya mengajukan diri untuk mencari informasi. Kami para Kitsune mempunyai jaringan sendiri dan bisa saling berkomunikasi.”Lanjut Kitsune itu, “Nanti jika kita sudah mendapatkan informasi yang lengkap, baru kita mengirim Bhiksu Ben untuk menginfiltrasi benteng mereka melalui alam rohnya. Untuk saat ini saya perlu beristirahat satu hari penuh, dan besok sudah mulai bisa bergerak. Itu pun jika diijinkan Rashva-sama.”“Tentu saja kuijinkan, Miku. Malah aku dan teman-teman semua sangat berterima kasih atas bantuanmu,” kata Rashva.Akhirnya mereka memutuskan satu hari itu untuk “libur”. Sama sekali tidak melakukan apa-apa. Tetapi Rashva memilih berlatih di Ruang Latihan. Fenrir dan Icara duduk di samping dan hanya memperhatikan majikan mereka berlatih.“Apakah gerakanku sud
Mereka pulang.Rashva membawa satu kontainer besar yang berisi pakaian dan macam-macam keperluan mereka. Mulai dari bahan makanan, bahan bangunan, dan perobatan. Ada juga berbagai macam kain dan benang yang mahal.Rikka memilih-milih barang dengan senang. Ia sangat suka menata rumah dan juga menjahit. Itu adalah ketrampilan yang sudah dipelajarinya sejak kecil.Bhiksu Ben tidak banyak memilih barang. Ia hanya mengambil satu karpet dan sebuah sepatu kulit.Miku ternyata sudah kuat berjalan-jalan dan ia memilih-milih barang juga untuk kamar barunya yang sedang dipersiapkan Rikka. Saat ditunjukkan Kimono untuknya, matanya terbelalak.“Hikizuri ini mahal sekali!”Hikizuri adalah sejenis kimono yang biasa dipakai oleh para Geisha. Ava memperhatikan dulu saat pertama kali bertemu Miku, Siluman Rubah itu memang mengenakan Kimono jenis ini.Ada bermacam-macam kimono untuk Miku. Hampir semuanya berwarna merah. Ia memang suka warna merah. Hatinya trenyuh sekali mendapatkan semua kebaikan ini. I
“Selamat pagi Bhiksu Ben. Bagaimana hasil penyelidikan semalam?” tanya Rashva.“Masih belum mendapatkan hasil. Siang nanti saya akan pergi menyelidiki lagi.”“Baik. Kalau begitu silahkan sarapan dulu. Sambil dengarkan kami bercerita.”Rashva kemudian menceritakan tentang kejadian dengan Miku dan keadaan yang sekarang terjadi di Teranthe. Bhiksu itu mendengar dengan seksama.Setelah sarapan selesai Rashva berkata, “Ava, kau ikutlah aku pergi berbelanja ke Shangrilla. Kita juga bisa memantau perkembangan kabar saat di sana.”Gadis itu mengangguk dan mereka segera berangkat.Begitu sampai di Shangrilla, Rashva mengajak ke pusat perbelanjaan dan meminta Ava memilihkan baju untuk Miku.“Nona Miku kan selalu mengenakan Kimono. Mari kita ke tempat yang berjualan Kimono. Aku tahu tokonya,” kata Ava.Tempat yang dituju mereka ternyata sangat besar dan megah. Terdiri dari 7 lantai. Namanya Hakka, menjual segala jenis pakaian. Rashva terpesona juga saat memasuki tempat itu. Segala macam jenis pa
Matahari perlahan muncul dari balik gelap malam.Rashva tersenyum. Hari baru adalah harapan yang baru. Kesempatan yang baru. Selama ada matahari pagi, selama itu juga seluruh makhluk hidup memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik.Begitu ia menoleh kembali ke arah pembaringan, dilihatnya Nona Hayami Miku telah kembali ke wujud manusianya.Untung sebelumnya Rashva sudah menutupi tubuhnya denganselimut, tetapi tetap saja bagian-bagian tubuh nona itu sedikit terlihat.Dalam sekilas pandang itu saja, Rashva secara tidak sengaja telah melihat seluruh tubuh Nona itu. Kulitnya begitu terang seperti warna susu. Badannya montok dengan lekuk-lekuk yang begitu indah. Rambutnya kuning pirang panjang sampai ke punggung.Segera Rashva membuang muka dan bertanya, “Nona sudah pulih?”“Berkat bantuan Rashva-sama dan Rikka-chan, hamba sudah pulih 70 persen,” jawab Nona itu. Suaranya masih lemah, namun terdengar sangat merdu.“Baik. Harap Nona tunggu di sini saya akan mencarikan pakaian untuk Nona,”
Rashva terbangun karena kaget.Ia menceritakan mimpinya kepada Fenrir dan Icara.“Bagaimana bentuk jurang itu, Tuan?” tanya Icara.Rashva menjelaskannya dengan sangat detail. Karena mimpi itu terasa begitu nyata olehnya.“Saya tahu tempat itu. Jurang itu adalah salah satu tempat pelarian bagi Raja jika terjadi sesuatu. Hanya saya dan Hayami-san yang mengetahui tempat itu.” jawab Icara.“Aku tidak yakin ini hanya mimpi,” kata Rashva.“Hayami-san memang memiliki kemampuan untuk memasuki mimpi orang,” kata Icara.“Oh, ya. Aku pernah baca memang katanya Siluman Rubah ekor 9 bisa masuk ke dalam mimpi manusia.”Fenrir dan Icara sudah paham maksud tuan mereka.“Kita harus pergi ke jurang itu. Hanya sekedar memastikan bahwa mimpi itu benar atau tidak.”“Baik,” kata kedua Daimon itu bersamaan.Rashva segera mengganti baju dan berteleportasi ke tempat yang diketahui Icara itu.Benar saja.Di dalam jurang itu, terdapat sebuah gubuk kecil yang sudah reot. Tidak ada lampu yang menyala di sana teta
Akhirnya pulang.Rashva sangat menikmati beberapa hari ini tidak melakukan apa-apa. Setelah petualangan dan misi yang mendebarkan, akhirnya ia bisa beristirahat dengan santai. Setiap hari ia dan Bhiksu Ben hanya berbelanja kebutuhan untuk memperbaiki kastil yang memang awalnya berupa puing-puing yang melayang-layang di angkasa. Sementara Rikka dan Ava yang memasak dan membersihkan tempat itu.Kini Kastil itu sudah menjadi rapih kembali, dan sudah dapat disatukan kembali. Walaupun masih belum sempurna setidaknya Kastil itu sudah sangat nyaman di bagian dalamnya. Bagian luarnya memang mereka biarkan berantakan dan terlihat hancur. Hanya untuk menjaga-jaga supaya tidak ada orang atau makhluk yang datang ke tempat.Kondisi kesehatan Ava juga sudah pulih seluruhnya. Tubuhnya tidak lagi mengalami kejang dan getaran hebat. Ia juga sering melakukan semedhi untuk mengendalikan kekuatan di dalam tubuhnya.Suatu hari saat mereka sedang menikmati makan malam, Ava berkata, “Teman-teman ingat, buka
Sesampai di istana Wirasura, Rashva langsung menceritakan semua yang terjadi.“Hmmm. Tunjukan jurus barunya itu kepadaku,” kata Wirasura penasaran.Rashva mengiyakan dan segera menyerang. Melihat gerakan ini Wirasura sangat terpesona.“Berapa lama ia memecahkan serangan ini?” tanyanya.“Mungkin sekitar 4 sampai 5 jam ia bertapa. Baru kemudian ia memanggil hamba untuk bertarung kembali.”“Baik. Kau tunggu. Aku harus bertapa pula untuk mencari pemecahan jurus yang rumit itu!”Habis berkata begitu, Wirasura langsung duduk dan bertapa. Persis seperti yang dilakukan Gitasuri sebelumnya. Setelah itu Wirasura memanggil Rashva dan mengajarkan jurus penangkal dari jurus Gitasuri. Kemudian Rashva berangkat lagi menggunakan teleportasi ke istana Gitasuri untuk menunjukkan jurus itu.Kejadian ini terjadi terus berulang-ulang hingga 7 hari. Para Asura itu sama-sama tidak mau kalah dengan ilmu masing-masing. Yang mengherankan, ternyata tenaga Rashva samasekali tidak terkuras. Tentu ini karena 3 ilm
Masakan sudah terhidang. Aromanya yang wangi membuat hidung para kepala Asura bergerak-gerak dengan semangat menggebu-gebu.“Hoo! Rupanya kau bisa masak betulan. Mari sini kita coba!”Rashva membawakan nampan besar berisi daging rusa emas yang amat besar. Sudah dipanggang dengan beberapa dedaunan dan biji-bijian yang ia temukan di padang rumput dan hutan. Bahkan ia juga mencampur rumput Yao ke bumbu racikannya.“Wah! Enak sekali! Sungguh enak sekali!” puji Asura itu. Ia makan dengan sangat lahap. Fenrir juga kedapatan bagian. Bahkan Rashva juga memasak rerumptuan Yao untuk Icara yang memang tidak makan daging.Sebelum makanan itu habis, Rashva berkata, ”Hamba juga sudah menyisakan sedikit untuk gadis-gadis teman Mahaguru ini.”“Gadis-gadis ini? Hahahahahah! Hahahahahahah!”Asura itu tertawa. Lalu gadis-gadis yang menggelayut di badan mereka tahu-tahu menghilang dalam balutan percikan cahaya berwarna-warni seperti pelangi.‘Mereka tidak nyata. Kami menciptakan bayangan mereka hanya ag