Semua Bab RASHVA: LEGENDA PENAKLUK IBLIS: Bab 11 - Bab 20

65 Bab

BAB 11

“Kamu bisa memanah, Mas Bro?” tanya Rashva “Tentu saja tidak,” jawab Fenrir sambil tertawa. “Wah, ambyar wes. Gak papa lah dicoba dulu aja,” kata Rashva. “Nah begitu dong semangatnya,” tawa Fenrir. Saat keadaan ruangan itu berganti, tahu-tahu di depan mereka sudah muncul busur dan panah-panahnya. Ada juga tombak dan berbagai macam senjata jarak jauh lainnya. Rashva memang pernah melihat cara orang memanah. Tetapi ia belum pernah mencoba sendiri. Hatinya ketar-ketir juga saat ini. Dari depan meluncur deras berbagai macam bebatuan. Jumlahnya sangat banyak. “Gileeee! Ini dipanah semua?” “Ya iya lah, emang mau dimakan?” tawa Fenrir. Rashva menghela nafas. Ia memusatkan perhatiannya. Dia memperhatikan akhir-akhir ini jika ia memusatkan perhatiannya, ia dapat melakukan hal-hal yang rumit dengan gampang. Bebatuan meluncur dengan deras. Ukuran berbeda-beda. Rashva dan Fenrir yang sekarang berada dalam form Rasvarg itu tidak memperdulikan jika bebatuan-bebatuan itu menghempas mereka
Baca selengkapnya

BAB 12

“Ayo Fenrir, kita kembali ke Hunter;s Guild,” ajak Rashva.“Oke!”Cling!Rashva kini sudah kembali berada di dalam toilet yang ditiggalkannya.Setelah keluar, ia memilih ke tempat bartender. Rupanya sang bartender adalah sesosok Elf perempuan yang sangat cantik.“Halo! Selamat datang di Hunter’s Guild. Anda ingin menginap atau memesan makanan?” tanya Elf bartender itu.“Saya ingin memasan makan dulu. Lalu setelah itu memesan kamar untuk menginap.”“Baik. Mau pesan makanan apa?”“Saya ingin memesan makanan dan minuman yang paling spesial di sini.”“Oh? Baik. Kami punya daging brontosaurus bakar. Sedangkan minumannya ada sari bunga Ambrosia. Seluruhnya total 2 Ingot.”“Wew, mahal juga ya untuk ukuran dunia nyata. Bisa ngasih makan 100 orang,” bisik Rashva dalam hati.“Untuk menginap, saya ingin kamar yang biasa saja,” kata Rashva.“Baik. Mau untuk berapa hari?” tanya si Elf.“Mmmm, 7 hari saja dulu.”“Baik. Seluruhnya jadi 70 ingots.”Setelah membayar total pengeluarannya, Rashva bertan
Baca selengkapnya

BAB 13

Perjalanan terasa menyenangkan. Sepanjang jalan pemandangannya sangat aneh dan indah. Rashva belum pernah melihat warna-warni dunia seperti ini. Dipenuhi warna-warni cerah yang berpadu dengan warna hitam yang gelap.Dua rembulan di atas langit berwarna biru dan hijau, dengan latar belakang langit gelap. Bintang-bintang terlihat beraneka macam warna. Terkadang cahaya kedua rembulan itu tertutup puing-puing bangunan yang melayang-layang di angkasa.[“Sebenarnya apa yang menyebabkan puing-puing itu melayang di atas sana? Apakah karena gravitasi di sini berbada dengan di dunia nyata?]” tanya Rashva.Fenrir yang masih “sembunyi” dalam tubuh Rashva menjawab, [“Ya benar sekali. Puing-puing yang bertaburan banyaknya itu adalah sisa-sisa benteng dan kastil serta istana-istana di jaman lampau. Peperangan besar perebutan kekuasaan telah membuat bangunan-bangunan megah itu hancur dan melayang-layang di angkasa.”][“Ah jadi ingat game Tears of the Kingdom di Nintendo Switch.”]Fenrir tidak menjawab
Baca selengkapnya

BAB 14

Dengan menahan perasaan jijik, Rashva memperhatikan bangkai di tepi telaga.[“Nah, benar kan apa kataku? Lihat, ada 2 kotak makan, dan 2 kotak minum. Yang satu lebih besar dari yang lain.”]Fenrir yang bisa mengetahui isi hati Rashva lalu menjawab, [“Ada dua korban. Yang satunya anak-anak.”][“Biasanya monster akan memakan orang tuanya lebih dulu. Karena orang tua yang paling bisa melawan,”] kata Rashva.[“Wah, hebat juga analisamu. Jadi kau menduga anak kecil itu belum di makan oleh Kappa itu?”][“Si orang tua pasti telah menyembunyikan anaknya terlebih dahulu, atau anak itu sudah berhasil lari meloloskan diri.”][“Jadi kau ingin mencari anak itu?”] tanya Fenrir. Ia sebenarnya sudah tahu isi hati Rashva tetapi ia hanya bertanya untuk memastikan.[“Ya. Siapa tahu ia mengalami kesulitan yang lain.”][“Halah, side quest, Hahahaha!”] tawa Fenrir.Side Quest juga adalah istilah dalam game yang berarti misi tambahan di luar misi utama.Rashva ikut tertawa tetapi ia segera mengkonsentrasika
Baca selengkapnya

BAB 15

“A…aku…aku tak tahu ke mana harus…pulang,” kata Rikka sambil terisak. “Ayah….,” kembali airmatanya tumpah.[“Jika kau membawanya mengikuti petualangan kita, maka akan semakin memberatkan dirimu sendiri,”] kata Fenrir.Rashva tahu betul akan hal ini. Tapi ia sudah mengambil keputusan. Seumur hidup ia adalah anak tunggal Ingin sekali ia memiliki adik. Mungkin sekaranglah saatnya.“Maukah kau ikut dengan aku berpetualang?” tanya Rashva.Rikka kaget juga mendengar pertanyaan itu. Ia berpikir cukup lama. Lalu katanya, “Apakah tuan jahat?”Rashva tertawa mendengarnya. “Seumur hidup aku belum pernah menyakiti orang lain. Kecuali Kappa keparat yang tadi kubunuh.”Rikka berpikir lagi, kemudian berkata, “Baiklah. Jika tuan jahat kepadaku, aku akan bunuh diri saja. Agar penderitaanku tidak lama.”Rashva tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis mendengar kalimat itu. Akhirnya ia tersenyum masam sambil berkata, “Kau tidak akan kecewa. Marilah.”Rikka lalu berdiri lalu mendekati Rashva. Gad
Baca selengkapnya

BAB 16

“Gorgon Level 7,” senyum Rashva.“Ini…bunuh..diri….,Gorgon dapat membuat manusia menjadi batu hanya dengan sinar matanya….,” desah Rikka. Tetapi ia segera menghela nafasnya dan berkata, “Tetapi jika Tuan sudah bertekad untuk memburunya, Rikka pasti ikut mendampingi“Bagus! Terima kasih sekali, Rikka,” Rashva tersenyum senang.“Biar Rikka lihat petanya, Tuan,” gadis itu melihat peta yang ada pada lembaran info. “Hmmmm, Rikka tahu daerah itu, mungkin kita akan sampai di sana besok sore.”“Tak apa-apa. Aku tidak terburu-buru. Kita jalan sebentar keluar dari hutan ini. Setelah keluar, kita akan beristirahat sebentar.”“Baik.”Di sepanjang perjalanan, Rashva meminta Rikka bercerita tentang sejarah dirinya.“Kakek buyutku berasal dari Mongolia. Pada saat itu Mongolia sedang menghadapi pergolakan. Kaum pemburu di Mogolia sangat terdesak. Lalu tanpa sengaja buyutku itu berkenalan dengan Daimonnya. Sang Daimon mengajak buyutku untuk pindah ke Mirrorverse. Semenjak saat itu, buyutku beranak pin
Baca selengkapnya

BAB 17

“Orc adalah pemakan manusia, bukan?” tanya Rashva.“Ya benar, Tuan?” jawab Rikka.Fenrir yang sedang berbaring malas-malasan di pinggiran api unggun berkata, “Jangan lari. Kau harus hadapi mereka sebagai bagian dari latihanmu.”Setelah berkata begitu, Fenrir menghilang dan bersemayam lagi di hati Rashva.“Latihan?” tanya Rikka.“Ya. Aku sedang menjalani latihan agar menjadi lebih kuat.”“Oh begitu.”Terdengar langkah gerombolan itu datang mendekat. Suara mereka bercakap-cakap juga terdengar sangat jelas. Kasar, keras, dan serak.Saat kemudian mereka muncul dari balik kegelapan pinggiran hutan, Rashva baru dapat melihat bentuk mereka. Tubuh tinggi besar sekitar 2 meter. Kepala mereka botak, atau dengan rambut yang muncul tipis-tipis secara tak beraturan. Wajah mereka benar-benar buruk dengan taring yang muncul keluar dari mulut mereka. Mata mereka berwarna kuning kemerahan.“Bau apa ini, hai manusia?” salah satu Orc bertanya.“Ini adalah daging ayam hutan,” jawab Rashva mencoba tenang.
Baca selengkapnya

BAB 18

“Tuan ingin bernegosiasi dengan Orc?” Rikka bertanya dengan heran.Rashva hanya mengangguk.“Setahu Rikka, Orc tidak bisa bernegosiasi. Mereka tidak secerdas manusia,.”“Dari novel-novel yang kubaca, ada yang menuliskan bahwa kaum Orc sebenarnya salah dimengerti. Mereka tidak sejahat yang kita kira,” kata Rashva.“Mengapa Tuan tidak membunuh mereka saja?”“Karena aku tidak suka melihat orang mati. Aku lebih suka orang yang hidup.”“Tetapi mereka bukan orang. Mereka Orc.”“Mereka hidup, dapat berbicara. Selama masih bisa diajak bicara dan berdamai, bagiku mereka adalah orang,” senyum Rashva.“Baiklah, Tuan,” sebenarnya Rikka tidak suka berdebat dengan Tuannya. Ia hanya ingin tahu mengapa Tuannya ini masih ingin berdamai dengan Orc. Kini ia tahu, Tuannya adalah seseorang yang penyayang. Hatinya terasa hangat. Ia tidak salah memilih Tuan.Rashva duduk santai menunggu rombongan Orc itu pulang. Tak lama kemudian para Orc itu sudah kembali. Alangkah kagetnya mereka saat melihat mayat saudar
Baca selengkapnya

BAB 19

Mereka mengira Rashva akan lengah di saat demikian.Rashva bukan orang yang dungu.Ia juga memiliki jurus langkah Lingbo Weibu.Ilmu ini sudah mengakar di dalam Spiritual Roots-nya sehingga akan keluar secara otomatis tanpa disadari Rashva.Sling! Sling! Sling!Dengan mudah Rashva menghindari serangan-serang para Orc yang lamban namun sangat bertenaga itu.“Wolfzahne!”Pedang kembar dipanggil kembali.Kepala-kepala terlepas dari leher lagi.Rikka masih menatap dengan takjub bagaimana Tuannya bergerak begitu anggun dan begitu cepat. Ia berdiri mematung menatap apa yang dilihatnya.“Ilmu pedang yang sangat hebat,” gumamnya.“Aku punya banyak koleksi ilmu-ilmu hebat, Nanti aku akan mengajarimu,” kata Rashva.[“Ilmu apa? Kau kan hanya punya 2 ilmu. Lingbo Weibu dan Pedang Inti Es,”] bantah Fenrir di dalam hatinya.[“Kalau begitu kau saja yang mengajari Rikka,”] tawa Rashva dalam hati juga.[“Daimon tidak mengajari orang lain selain Kyrios-nya.”][“Oh begitu? Baiklah. Kau yang mengajari ak
Baca selengkapnya

BAB 20

Perjalanan panjang telah dilewati. Selama perjalanan itu mereka saling bertukar kisah. Terkadang bertemu pula monster-monster kecil nan lemah yang mereka hajar atau bunuh jika dirasa membahayakan.Juga mereka melakukan Looting pada jasad-jasad dan mayat-mayat yang mereka temukan di sepanjang perjalan itu. Dunia Mirrorverse adalah dunia yang penuh bahaya di mana monster dan iblis bisa muncul kapan saja. Oleh karena itu kematian menjadi hal yang sangat biasa di sini. Sebab itu pula, mereka banyak menemukan mayat, tulang belulang, dan lain-lain di sepanjang perjalanan.Rikka lah yang pertama kali mengusulkan untuk melakukan Looting.“Mengambil barang milik mayat? Wah, aku ngeri. Walaupun aku suka Looting dalam game, tapi aku tidak enak melakukannya dalam kehidupan nyata,” kata Rashva.“Baiklah. Jika Tuan menolak, Rikka patuh.”Melihat wajah Rikka yang seputh salju dan bermata teduh itu, Rashva jadi tidak enak hati menolak usulannya. Lalu ia berkata, “Jika Rikka ingin Looting, Rikka boleh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status