“Orc adalah pemakan manusia, bukan?” tanya Rashva.“Ya benar, Tuan?” jawab Rikka.Fenrir yang sedang berbaring malas-malasan di pinggiran api unggun berkata, “Jangan lari. Kau harus hadapi mereka sebagai bagian dari latihanmu.”Setelah berkata begitu, Fenrir menghilang dan bersemayam lagi di hati Rashva.“Latihan?” tanya Rikka.“Ya. Aku sedang menjalani latihan agar menjadi lebih kuat.”“Oh begitu.”Terdengar langkah gerombolan itu datang mendekat. Suara mereka bercakap-cakap juga terdengar sangat jelas. Kasar, keras, dan serak.Saat kemudian mereka muncul dari balik kegelapan pinggiran hutan, Rashva baru dapat melihat bentuk mereka. Tubuh tinggi besar sekitar 2 meter. Kepala mereka botak, atau dengan rambut yang muncul tipis-tipis secara tak beraturan. Wajah mereka benar-benar buruk dengan taring yang muncul keluar dari mulut mereka. Mata mereka berwarna kuning kemerahan.“Bau apa ini, hai manusia?” salah satu Orc bertanya.“Ini adalah daging ayam hutan,” jawab Rashva mencoba tenang.
“Tuan ingin bernegosiasi dengan Orc?” Rikka bertanya dengan heran.Rashva hanya mengangguk.“Setahu Rikka, Orc tidak bisa bernegosiasi. Mereka tidak secerdas manusia,.”“Dari novel-novel yang kubaca, ada yang menuliskan bahwa kaum Orc sebenarnya salah dimengerti. Mereka tidak sejahat yang kita kira,” kata Rashva.“Mengapa Tuan tidak membunuh mereka saja?”“Karena aku tidak suka melihat orang mati. Aku lebih suka orang yang hidup.”“Tetapi mereka bukan orang. Mereka Orc.”“Mereka hidup, dapat berbicara. Selama masih bisa diajak bicara dan berdamai, bagiku mereka adalah orang,” senyum Rashva.“Baiklah, Tuan,” sebenarnya Rikka tidak suka berdebat dengan Tuannya. Ia hanya ingin tahu mengapa Tuannya ini masih ingin berdamai dengan Orc. Kini ia tahu, Tuannya adalah seseorang yang penyayang. Hatinya terasa hangat. Ia tidak salah memilih Tuan.Rashva duduk santai menunggu rombongan Orc itu pulang. Tak lama kemudian para Orc itu sudah kembali. Alangkah kagetnya mereka saat melihat mayat saudar
Mereka mengira Rashva akan lengah di saat demikian.Rashva bukan orang yang dungu.Ia juga memiliki jurus langkah Lingbo Weibu.Ilmu ini sudah mengakar di dalam Spiritual Roots-nya sehingga akan keluar secara otomatis tanpa disadari Rashva.Sling! Sling! Sling!Dengan mudah Rashva menghindari serangan-serang para Orc yang lamban namun sangat bertenaga itu.“Wolfzahne!”Pedang kembar dipanggil kembali.Kepala-kepala terlepas dari leher lagi.Rikka masih menatap dengan takjub bagaimana Tuannya bergerak begitu anggun dan begitu cepat. Ia berdiri mematung menatap apa yang dilihatnya.“Ilmu pedang yang sangat hebat,” gumamnya.“Aku punya banyak koleksi ilmu-ilmu hebat, Nanti aku akan mengajarimu,” kata Rashva.[“Ilmu apa? Kau kan hanya punya 2 ilmu. Lingbo Weibu dan Pedang Inti Es,”] bantah Fenrir di dalam hatinya.[“Kalau begitu kau saja yang mengajari Rikka,”] tawa Rashva dalam hati juga.[“Daimon tidak mengajari orang lain selain Kyrios-nya.”][“Oh begitu? Baiklah. Kau yang mengajari ak
Perjalanan panjang telah dilewati. Selama perjalanan itu mereka saling bertukar kisah. Terkadang bertemu pula monster-monster kecil nan lemah yang mereka hajar atau bunuh jika dirasa membahayakan.Juga mereka melakukan Looting pada jasad-jasad dan mayat-mayat yang mereka temukan di sepanjang perjalan itu. Dunia Mirrorverse adalah dunia yang penuh bahaya di mana monster dan iblis bisa muncul kapan saja. Oleh karena itu kematian menjadi hal yang sangat biasa di sini. Sebab itu pula, mereka banyak menemukan mayat, tulang belulang, dan lain-lain di sepanjang perjalanan.Rikka lah yang pertama kali mengusulkan untuk melakukan Looting.“Mengambil barang milik mayat? Wah, aku ngeri. Walaupun aku suka Looting dalam game, tapi aku tidak enak melakukannya dalam kehidupan nyata,” kata Rashva.“Baiklah. Jika Tuan menolak, Rikka patuh.”Melihat wajah Rikka yang seputh salju dan bermata teduh itu, Rashva jadi tidak enak hati menolak usulannya. Lalu ia berkata, “Jika Rikka ingin Looting, Rikka boleh
“Gorgon! Rikka, tutup matamu!”Rashva sendiri menutup matanya.Dengan mengandalkan ‘Jiwa Pedang’ nya ia bergerak dengan sangat lincah. Seolah ia tahu tempat yang paling aman untuknya bergerak menghindari bencana itu!“Meigma!”Tubuhnya bersatu dengan Fenrir. Membentuk form yang bernama Rasvarg.Ia lalu menghilang!Cling!Tahu-tahu mereka sudah muncul di depan elf yang menjaga Hunter’s Guild.“Nona, saya titip adik saya. Berikan ia kunci kamar saya,” kata Rashva sambil memunculkan wajah aslinya.Nona elf yang kaget itu segera mampu menguasai diri dan menjawab, “Baik.”“Rikka, kau tunggu di sini.”Segera ia menghilang lagi, kembali ke tempat Gorgon berada.“Kau curang menggunakan kekuatanku,” kata Fenrir.“Terpaksa kulakukan demi menyelamatkan Rikka terlebih dahulu. Sekarang untuk melawan Gorgon, aku akan kembali ke form manusiaku. Xechorist!”Setelah mengucapkan mantra itu, tubuhnya berpisah dari tubuh Fenrir.“Hey monster jelek! Sini kemari. Biar kuhancurkan kau!” teriak Rashva.Gorgo
Blang!Kepala itu mendarat tepat di pintu depan Hunter’s Guild. Orang-orang yang berlalu lalang kaget setengah mati melihat kepala sebesar kereta kuda itu berada di sana.“Itu…itu kepala Gorgon…!”Semua orang terkaget-kaget.Juga terkagum-kagum. Tidak menyangka ada orang yang sanggup mengalahkan monster itu. Bahkan orang yang membawa kepala itu adalah seorang pemuda yang terlihat lemah. Sama sekali tidak terlihat seperti seorang pahlawan yang gagah!Rashva pergi ke tempat Nona Elf di bagian penerimaan pekerjaan, “Saya ingin melaporkan bahwa saya telah selesai menyelesaikan tugas membunuh Monster Level 7.”“Wah, hebat sekali. Mana kulihat buktinya?” kata nona itu.“Ada di depan pintu. Silahkan lihat sendiri,” jawab Rashva.Nona Elf bergegas ke pintu depan dan cukup terguncang melihat kepala itu. Sebuah kepala yang perlahan-lahan berubah menjadi batu, yang ditumbuhi rambut berupa ribuan ular berbisa.“Eh…ini…sudah mati?”“Ya. Tenang saja. Matanya sudah berubah menjadi permata. Dan sudah
Pagi-pagi sekali mereka sudah bangun. Setelah mandi, mereka turun ke bawah untuk sarapan di restauran milik Hunter’s Guild. Tempatnya sangat besar dan terkesan mewah. Bermacam makanan berjejeran di meja, boleh diambil sesuka hati. Rashva sama sekali tidak tahu makanan apa saja. Tetapi untungnya semua makanan dilengkapi dengan tulisan yang menjelaskan nama makanan itu dan bahannya.Spaghetti Rambut Valak.“Apa lagi ini?” tanya Rashva dalam hati.Susu Avatar.“Buset”Pokoknya semua nama makanan ini tidak ada yang dikenalnya.“Eh Rikka, menurut Rikka mana yang paling enak?” tanyanya.“Semua enak, Tuan. Tapi menurut Rikka tidak ada yang seenak daging ayam hutan panggang buatan Tuan.”“Ealah,” kalau semuanya tidak ada yang mengalahkan daging ayam asal bikin buatannya itu, maka dipastikan tidak ada satupun yang enak. “Ya sudah, aku ikut apa yang Rikka ambil saja.”Rashva juga melihat ada teh, maka ia menuangkannya secangkir untuknya.“Tuan minum teh dari cangkir?” tanya Rikka.“Loh memangn
Perjalanan cukup menyenangkan. Sepanjang pagi pemandangan sangat indah. Orang berlalu lalang sibuk dengan urusannya masing-masing. Jalan sangat padat merayap. Rashva merasa seperti sedang berada di Shibuya atau Shinjuku yang penuh warna dan corak yang unik.“Nah, sekarang kau bisa cerita tentang musuhmu itu,” kata Rashva saat mereka melewati jalanan setapak yang sepi.“Hmmmm, baiklah. Yah, aku harus mulai dari mana ya….,”Rashva tertawa, “Mulai dari namanya saja dulu.”Setelah berpikir sebentar, Ava berkata, “Kau pernah mendengar Pandita Suci Utara?”Rashva menggeleng.Rikka juga tidak pernah mendengar.“Dia adalah tokoh yang sangat dihormati di Benua Utara. Dan bahkan juga di seluruh Mirrorverse.”Lanjut Ava, “Ia memiliki kuil penyembahan agama yang sangat besar, dan memiliki banyak pengikut. Pengaruhnya sangat besar di Benua Utara. Tetapi kesucian dan kesalehannya itu hanya topeng belaka. Ia sebenarnya manusia kejam yang memperjualbelikan makhluk di Mirrorverse.”“Hmmmm. Orang seper