“Hai, Ran. Ini nomor siapa?” tanya Juwita semringah, mendengar suara sahabat lamanya. Wanita muda itu terdiam mendengar apa yang Ranum katakan, sambil sesekali mengernyitkan kening. “Ya, ampun,” ucap Juwita, dengan ekspresi tak percaya. Entah apa yang Ranum katakan. Sesaat kemudian, wanita muda itu manggut-manggut. “Baiklah. Kamu yang betah di sana. Nanti kabari aku lagi, ya. Dah.” Juwita mengakhiri perbincangan singkat itu. Dia memasukkan kembali telepon genggam ke dalam tas. Tatapan wanita cantik berpenampilan seksi dengan pakaian serba ketat tersebut tertuju ke depan, pada lalu lintas ibukota yang padat. “Selalu begini setiap sore,” keluh Juwita pelan. “Siapa tadi?” tanya Marcell, pura-pura tak mengenal Ranum. “Teman lama. Kami satu sekolah, satu kelas dan teman sebangku. BFF,” sahut Juwita dengan wajah semringah. Tampak jelas ketulusan dari sorot matanya, saat mengatakan itu. Marcell menggumam pelan, lalu tersenyum kalem. “Pasti senang memiliki teman baik seperti itu,” ujarn
Read more