“Tumben kamu telat, Ranum. Memang, kamu dari mana saja, Nak?” Ranum yang baru saja masuk ke kamar sang nyonya, sontak menunduk dan memilin jari. “Maaf, Bu. Tadi, ada telepon dari ibu saya,” jawabnya, menjelaskan. Gadis 22 tahun itu berdebar kencang, mengira dirinya dalam masalah.Sungguh, dia sudah terlalu lelah jika ada masalah lain di kerjaanya. Padahal, telepon ibunya tadi sudah meruntuhkan semangat gadis itu.Namun, ternyata dia salah.Nyonya Nindira yang masih duduk di kursi rodanya itu, justru mengembuskan napas pelan. “Ada apa? Apa ada masalah dengan ibumu?” tanyanya lagi. Ranum yang awalnya menunduk, segera mengangkat wajah. “Saya … saya ingin bicara sesuatu dengan Anda, Bu,” ucapnya ragu.“Tentang apa?” “Ibu saya sedang menghadapi masalah keuangan,” jawab Ranum pelan dan sopan. “Sepulang sekolah, adik saya menabrak seseorang. Korbannya mengalami luka berat, bahkan sampai harus dioperasi. Sebagai bukti pertanggungjawaban, ibu saya bersedia membiayai seluruh biaya operasi
Read more