Home / Romansa / Melahirkan Anak Kembar CEO Buta / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Melahirkan Anak Kembar CEO Buta : Chapter 1 - Chapter 10

180 Chapters

Malam yang Mengerikan

"Apa air mandiku sudah siap?""Eh, air mandi?""Haruskah aku terus mengulangi pertanyaanku, Pelayan Bodoh? Apa air mandiku sudah siap?" bentak pria bernama Edgard yang baru saja masuk ke kamar mandi dengan bertelanjang dada itu. Janice sempat terpana melihat tubuh berotot milik pria itu, tapi ia buru-buru memalingkan wajahnya malu. "Ah, iya, Pak. Air mandinya sudah siap. Mari kubantu masuk ke dalam," jawab Janice gugup sambil melangkah mendekati pria itu dan berniat menuntunnya. Namun, Edgard menepis tangan Janice dengan kasar. "Apa yang kau lakukan, hah? Siapa yang mengijinkanmu menyentuhku?" "Eh, aku hanya mencoba membantu, Pak. Karena kau kan ... buta," jawab Janice ragu. "Brengsek! Sekalipun mataku buta, bukan berarti aku tidak bisa melakukan apa pun! Jadi sekarang keluarlah karena aku mau mandi!" desis Edgard dengan tatapan yang lurus ke depan. Janice menelan salivanya gugup dan jantungnya berdebar begitu kencang sekarang, namun ia sama sekali tidak bergerak dan tetap berdi
Read more

CEO di Perusahaannya

"Mama ....""Mama ...."Dua orang anak sedang berlarian di rumah kontrakan sederhana pagi itu sambil terus terkikik dan memanggil ibunya. "Sebentar, Sayang! Mama sedang siap-siap!" Janice berteriak dari kamarnya sambil merapikan setelan formalnya. Enam tahun berlalu sejak ia kabur dari Edgard, kabur dari malam yang mengerikan itu dengan perjuangan yang sama sekali tidak mudah. Janice sempat memukul kepala Edgard dengan lampu meja setelah pria itu menyalurkan hasratnya pada Janice malam itu. Dengan panik, Janice menyambar baju apa pun yang bisa ia dapat dari lemari dan segera keluar dari kamar itu. Ia berlari seperti orang gila karena dikejar oleh orang suruhan Edgard, namun akhirnya ia berhasil lolos. Bahkan sesampainya di rumah, Janice langsung mengemasi semua barangnya dan membawa ibunya yang sakit itu pergi jauh ke kota kecil karena ia begitu takut Edgard akan menemukannya atau pria bengis itu akan menjebloskannya ke penjara. Namun, sampai satu bulan berlalu, ia dan ibunya hi
Read more

Angkat Kepalamu dan Lihat Aku!

Sudah cukup buruk nasibnya diperkosa secara keji dan melahirkan bayi kembar, lalu sekarang Janice mendapati bahwa pria kejam itu adalah CEO di tempatnya bekerja. Semua kenyataan ini mendadak membuat kepala Janice berdenyut. Kedua bola matanya pun terus membelalak sampai terasa begitu perih dan Janice pun terus membeku dengan tubuh yang seolah menggigil karena syok. "Astaga, itu dia! Itu dia Pak Edgard! Dia tampan sekali kan?" pekik teman Janice tertahan, namun Janice sama sekali tidak menyahutinya. "Lihatlah, dia begitu keren, bahkan suaranya begitu berat dan seksi! Oh, dia idola baruku ...," bisik wanita itu dengan tatapan yang berbinar-binar. Namun, Janice sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi. "Hei, hei, aku bicara denganmu! Namamu Janice kan? Janice, kau kenapa?" Mendadak tubuh Janice diguncang keras sampai Janice pun menoleh kaget. "Eh, iya?""Kau melamun! Lihat, Pak Edgard sedang memberikan sambutan!""Ah, iya, iya!" Janice mengangguk kaku, sebelum ia mengalihkan tatapan
Read more

Cari Tahu Tentang Wanita Itu

Nada suara Edgard yang keras dan mengintimidasi membuat Janice makin gemetar ketakutan. Bagaimana ini? Bagaimana ini? Janice begitu takut dikenali oleh Edgard dan disiksa lagi seperti dulu. "Kau tidak punya telinga, hah? Aku bilang angkat kepalamu sekarang dan lihat aku! Jangan membuatku sampai memaksamu!" bentak Edgard lagi yang membuat Janice seketika menahan napasnya. Otak Janice terus berpikir keras sampai ia begitu pusing dan hampir pingsan. Namun, satu pemikiran mendadak muncul di otaknya. Bukankah Edgard masih buta saat bertemu Janice dulu? Bukankah itu berarti Edgard tidak pernah melihat wajah Janice? Ya, untuk apa Janice takut? Lagipula waktu itu Janice memakai nama samaran, dan penampilannya pun masih seperti remaja alay dengan rambut berpony dan terbakar karena hasil bleaching yang gagal. Tentu saja! Bahkan orang yang tidak buta pun tidak mungkin mengingat Janice apalagi orang yang buta. "Sialan, kau ...." Edgard menggeram kesal. Namun, belum sempat Edgard menyel
Read more

Selera yang Sama

"Mama sudah pulang, Sayang!" sapa Janice begitu ia sampai ke rumahnya sore itu. "Yeay, Mama pulang!""Mama pulang!" Collin dan Calista melompat kegirangan melihat Janice pulang. Calista berlari duluan memeluk Janice, sedangkan Collin menyusul dengan mulut yang belepotan. "Astaga, Collin, apa yang kau makan? Umurmu sudah lima tahun, tapi kau masih belepotan saat makan!""Collin lagi makan keju, Mama!" "Haha, iya, ayolah!" Janice memeluk Collin dan Calista masuk bersama ke dalam rumah. "Mama bawa apa ini?" Calista menarik kotak yang dibawa oleh Janice. "Itu roti untuk kalian, Sayang.""Wah, roti isi daging sama keju ya, Mama? Asik! Mama sudah kerja dan sudah punya banyak uang! Jadi kita bisa makan roti isi daging sama keju setiap hari! Asik!" pekik Calista senang. "Jangan setiap hari, Sayang. Sesekali saja ya." Janice menemani si kembar ke meja makan dan si kembar pun tidak berhenti memekik senang. Janice pun membantu membersihkan mulut Collin, sebelum mengeluarkan roti untuk
Read more

Panggilan yang Mengejutkan

Sret!Suara robekan kain terdengar begitu mengerikan di telinga Janice. "Akkhh, apa yang kau lakukan? Jangan!"Janice terus terbatuk dan berusaha menepis tangan pria yang sedang menyentuhnya itu. "Tidak, jangan lakukan itu ... aku benar-benar tidak tahu ...." Janice mulai menangis dan memohon, namun pria itu tidak berhenti sedikit pun. Pria itu menyentuh seluruh tubuh Janice sampai ke bagian sensitifnya dan membuat tubuh Janice bergetar tidak karuan, bukan menikmati, namun ketakutan dan kesakitan karena pria itu meremat kulit Janice dengan kasar. Janice merasa jijik saat tangan itu terus membelai tubuhnya, namun ia tidak punya tenaga untuk melawannya lagi. Sampai saat pria itu menempatkan dirinya dan menerobos masuk, mengabaikan jeritan lirih Janice yang begitu kesakitan dan tersiksa. Jantung Janice pun sudah berdebar kencang dan ia mulai berkeringat dalam tidurnya. Kaki dan tangan Janice mengepal sekuat tenaga saat alam mimpinya sedang menyiksanya dengan mengulang kejadian mal
Read more

Aku Yakin Pernah Bertemu Denganmu

"Namanya Janice Velma. Umurnya 29 tahun dan dia bekerja di admin produksi. Status belum menikah dan pengalaman kerja sebelumnya di luar kota.""Tidak ada informasi tentang kehidupan pribadinya tapi ... nama Janice Velma pernah terdaftar sebagai karyawan finance di Orion Group enam tahun yang lalu."Mata Edgard pun membelalak mendengarnya. Orion Group adalah perusahaan milik keluarga Edgard yang masih berdiri sampai sekarang. Namun, dalam beberapa tahun ini, Edgard mendirikan perusahaan baru yang tidak kalah sukses, Emerald Group. "Di Orion? Dia pernah bekerja di Orion? Kau yakin itu Janice yang sama?""Hmm, namanya sama, Bos. Tapi fotonya ... tidak ada arsip."Edgard mengeraskan rahangnya mendengar hal yang tidak ia sukai itu."Lalu dia keluar sendiri atau dipecat? Kau tahu kan kalau ada karyawan yang sudah keluar dari salah satu perusahaanku, maka aku tidak akan mengijinkan dia bekerja lagi di perusahaanku yang lain," seru Edgard tegas. "Ah, iya, Bos. Pasti dia belum tahu kalau Or
Read more

Aku Tidak Sanggup Lagi

Jantung Janice sudah berdebar tidak karuan dan matanya membelalak mendengar ucapan Edgard, apalagi dari jarak yang begitu dekat. Rasanya kenangan buruk itu terus berputar di otaknya dan Janice mulai takut kalau Edgard benar-benar mengenalinya. Edgard sendiri menatap Janice dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, ada amarah di sana namun juga ada banyak tanya. Sebenarnya Edgard bukanlah tipe pria yang tidak ada kerjaan sampai rela membuang waktu untuk hal tidak berguna seperti menakuti karyawan baru. Tapi Edgard selalu melakukan semua berdasarkan perasaannya, yang mana selama ini hampir tidak pernah salah. Edgard yakin ia pernah bertemu Janice karena wanita itu sangat familiar. Suaranya, raut wajahnya, matanya yang membelalak, bahkan aroma yang terasa familiar, tidak menusuk namun lembut, dan Edgard pernah merasakannya, walau ia tidak ingat kapan. Yang jelas, Janice ini bukan karyawan yang bisa diabaikan sama sekali. Janice sendiri menelan salivanya dan akhirnya berani berbi
Read more

Tidak Akan Melepaskanmu

"Ada apa, Sayang? Mama sedang kerja," bisik Janice di panggilan video call dengan si kembar. Setelah keluar dari ruangan Edgard tadi, Janice pun akhirnya kembali ke ruangannya sendiri. Wina yang melihatnya pun sudah begitu kepo dan menggeser kursinya mendekat. Namun, belum sempat Janice menceritakan apa pun, mendadak ponselnya berbunyi, yang ternyata telepon dari ponsel Nara, ibunya. Janice pun langsung berlari ke toilet terdekat karena sudah pasti si kembar yang menelepon. Janice sendiri masuk ke perusahaan ini dengan status palsu yaitu single dan belum menikah. Tentu saja itu tidak sepenuhnya palsu karena memang Janice single dan belum menikah, tapi Janice sudah punya dua anak. Semua perusahaan tempatnya melamar pekerjaan memberikan syarat bagi karyawan baru yaitu harus single karena perusahaan tidak mau karyawannya sering ijin dengan alasan anak. Karena itulah, Janice terpaksa menyembunyikan anaknya juga. "Collin merindukan Mama ....""Calista juga ... hehe ...."Kedua anak
Read more

Bertemu Anak Nyolot

"Hei, kau sudah selesai menelepon, Janice? Mengapa kau lama sekali?"Wina terus mengomel karena Janice begitu lama meninggalkannya. Tentu saja lama karena Janice sempat pergi ke HRD dulu tadi, walaupun Janice tidak mungkin menceritakannya pada Wina.Setelah dari HRD pun, Janice sempat kembali ke toilet untuk menenangkan dirinya yang putus asa, sebelum ia memutuskan kembali ke ruangannya sendiri. "Iya, sudah selesai.""Siapa sih yang menelepon? Mengapa kau harus bersembunyi di toilet?""Eh, itu ibuku, hanya saja dia menelepon dengan video call tadi, karena itu aku cepat-cepat keluar, takut suaranya mengganggu.""Oh, lalu apa ada masalah penting?""Tidak ada kok, tidak ada masalah.""Ah, syukurlah kalau begitu, ayo lihat laporan ini, barusan gudang memberikan laporan." "Ah, baiklah."Janice dan Wina pun bekerja bersama mempelajari laporan dari gudang sampai siang menjelang. Mereka makan siang bersama dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka tanpa ada panggilan lagi dari siapa pun dan
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status