Share

Melahirkan Anak Kembar CEO Buta
Melahirkan Anak Kembar CEO Buta
Penulis: Mommykai22

Malam yang Mengerikan

"Apa air mandiku sudah siap?"

"Eh, air mandi?"

"Haruskah aku terus mengulangi pertanyaanku, Pelayan Bodoh? Apa air mandiku sudah siap?" bentak pria bernama Edgard yang baru saja masuk ke kamar mandi dengan bertelanjang dada itu.

Janice sempat terpana melihat tubuh berotot milik pria itu, tapi ia buru-buru memalingkan wajahnya malu.

"Ah, iya, Pak. Air mandinya sudah siap. Mari kubantu masuk ke dalam," jawab Janice gugup sambil melangkah mendekati pria itu dan berniat menuntunnya.

Namun, Edgard menepis tangan Janice dengan kasar. "Apa yang kau lakukan, hah? Siapa yang mengijinkanmu menyentuhku?"

"Eh, aku hanya mencoba membantu, Pak. Karena kau kan ... buta," jawab Janice ragu.

"Brengsek! Sekalipun mataku buta, bukan berarti aku tidak bisa melakukan apa pun! Jadi sekarang keluarlah karena aku mau mandi!" desis Edgard dengan tatapan yang lurus ke depan.

Janice menelan salivanya gugup dan jantungnya berdebar begitu kencang sekarang, namun ia sama sekali tidak bergerak dan tetap berdiri di samping Edgard.

Edgard yang merasakan keberadaan Janice di sana pun merasa makin kesal.

"Mengapa kau masih di sini? Kubilang keluar! Apa yang kau tunggu? Apa kau mau melihatku mandi, hah? Dasar pelayan kurang ajar!" hardik Edgard geram.

"Eh, tidak. Aku hanya mau membantumu. Biarkan aku membantumu, Pak," jawab Janice sambil kembali mencoba menyentuh tangan Edgard.

Ini kesempatannya. Kesempatan Janice untuk menjalankan misinya.

Ya, misi.

Karena memang Janice bukan pelayan sembarangan. Malahan ia sama sekali bukan pelayan. Janice terpaksa melakukan ini karena ia dituduh mengambil uang perusahaan dan terancam dipenjara. 

Janice yakin ia dijebak, difitnah, dan dijadikan kambing hitam untuk alasan yang masih tidak jelas.

Sampai saat seorang pria bengis, supervisor di perusahaannya menawarkan sebuah hal yang sangat absurd.

Masuk penjara atau menjadi pelayan Pak Edgard, CEO perusahaan mereka yang buta karena kecelakaan mobil.

Awalnya pilihan menjadi pelayan sang CEO terdengar mudah, namun semuanya menjadi rumit saat Janice ternyata mendapat tugas untuk mencelakai dan membunuh pria itu demi harta warisan.

Tentu saja Janice menolaknya. Namun, saat polisi datang untuk menangkapnya, Janice pun tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Ia tidak boleh masuk penjara dan meninggalkan ibunya yang sedang sakit sendirian.

Jantung Janice pun masih memacu tidak karuan saat akhirnya ia sudah menggenggam erat lengan Edgard.

Sejak mengalami kecelakaan dan dinyatakan buta, temperamen Edgard memang katanya berubah drastis, Edgard menjadi pemarah dan terus mengamuk, bahkan tidak jarang Edgard menyerang para pelayan yang berusaha membantunya. Karena itulah, tidak ada satu pelayan pun yang tahan dengan sikap kasar pria itu dan Edgard juga membenci semua pelayan bodohnya itu, termasuk pelayan bodoh yang saat ini sudah begitu kurang ajar dan terus menyentuhnya.

"Sudah kubilang jangan menyentuhku! Minggir!" Edgard yang begitu kesal pun lagi-lagi mengempaskan Janice dengan kasar.

"Biar kubantu, Pak! Ini sudah tugasku!"

"Singkirkan tanganmu dan keluar dari sini!" bentak Edgard lagi.

"Tidak apa, Pak!"Janice bersikukuh.

Untuk sesaat, suasana begitu tegang di sana. Janice yang memaksa menuntun Edgard ke bathtub agar ia bisa mencelakainya, sedangkan Edgard yang terus menepis tangan Janice dan mengusir wanita itu.

Sampai akhirnya ada posisi yang pas untuk Janice. Persetan pria itu mau lumpuh, terbentur, atau meninggal sekalian, yang penting Janice menyelesaikan misinya. Janice pun mengerahkan seluruh tenaganya dan mendorong Edgard keras-keras agar pria itu jatuh.

"Akhh, apa yang kau lakukan, Pelayan Brengsek?"

Edgard yang kaget langsung memekik dan mencoba bertahan saat tubuhnya sudah terhuyung, tapi lantai kamar mandi yang licin membuatnya tergelincir.

Refleks Edgard berpegangan erat pada tangan Janice sampai Janice ikut tertarik. 

"Akhhh!" pekik Janice kaget saat tubuhnya ikut melayang.

Dan buk!

"Auw! Sial!" Edgard memekik keras saat akhirnya ia jatuh terpelanting dengan kepala belakang yang terbentur keras ke lantai dan tubuh Janice sendiri terjatuh tepat di atas tubuhnya.

"Auw, kau sengaja mendorongku, hah, Wanita Sialan?"

"Eh, aku ... aku ...."

Janice yang sudah begitu panik pun berusaha bangkit dari atas Edgard dan hal pertama yang ia pikirkan adalah bahwa ia harus kabur, namun sialnya Edgard menahan tangannya.

"Mau ke mana kau?"

"Akkh, lepaskan!" Refleks Janice memukul dan menendang Edgard hingga Edgard yang masih kesakitan pun melepaskan cengkeramannya di tangan Janice.

"Oh, gawat, gawat!" Janice terus memekik panik saat akhirnya ia berhasil berdiri.

Jantung Janice pun berdebar makin tidak karuan saat ia berlari dari kamar mandi menuju ke pintu kamar, namun tanpa diduga, mendadak rambutnya ditarik kasar sampai kepalanya mendongak.

"Arrgghh!"

"Kau sengaja melakukannya kan, Pelayan Brengsek?"

"Tidak! Tidak, Pak! Aku tidak sengaja! Maafkan aku!"

"Lalu mengapa kau lari, bukannya menolongku? Kau sengaja mencelakaiku kan? Kau mau membunuhku, hah?" bentak Edgard penuh amarah sambil menyeret tubuh Janice dan mengempaskannya dengan kasar ke ranjang.

"Akkhh!" rintih Janice.

Dengan cepat, Edgard melingkarkan tangan besarnya ke leher Janice lalu mencekiknya.

"Katakan siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Menyamar menjadi pelayanku dan mencoba membunuhku?" bentak Edgard lagi.

"Aku tidak ... lepaskan aku ... lepaskan aku!" pinta Janice dengan suara yang tercekik. 

"Masih berani berbohong? Katakan siapa yang menyuruhmu sebelum aku membunuhmu dengan tanganku sendiri!" ancam Edgard sambil mengeratkan tangannya di leher Janice.

"Tidak ... uhuk ... lepaskan aku! Tolong ...."

Janice berteriak dengan sisa tenaganya, tangan dan kakinya pun bergerak kesana kemari mencoba memukul Edgard, namun Edgard terus menahannya.

"Dasar wanita brengsek! Sejak kecelakaan itu, aku sudah tahu kalau semua ini hanya rekayasa! Dan jangan harap aku akan melepaskanmu sebelum kau mengaku siapa yang menyuruhmu!"

"Errgg, aku tidak tahu! Aku benar-benar tidak tahu ...," dusta Janice karena ia sudah berjanji untuk tidak buka mulut atau keselamatan ibunya terancam.

Janice pun terus memukul tangan Edgard karena ia tidak bisa bernapas, namun Edgard malah semakin marah.

"Tidak tahu? Kau pikir aku bisa dibodohi hanya karena aku buta, hah? Sekalipun aku buta, aku masih bisa melakukan banyak hal padamu, termasuk menyiksamu agar kau mau mengaku!"

Janice hanya bisa menggeleng dengan wajahnya yang sudah memerah tercekik, namun ia bersikeras untuk tetap diam.

Sampai Edgard pun makin geram. "Baiklah, kita lihat saja apa setelah ini kau masih tidak mau mengaku, Wanita Sialan!"

Dengan penuh amarah, Edgard melepaskan tangannya dari leher Janice dan malah melucuti paksa baju Janice.

"Akkhh, apa yang kau lakukan? Jangan!"

Sambil terus terbatuk, Janice pun terus menepis tangan Edgard yang berusaha menyentuhnya.

Posisinya yang benar-benar tersudut dan rasa takut yang teramat besar pun membuat Janice melupakan sejenak fakta bahwa pria itu buta.

"Tidak, jangan lakukan itu! Aku benar-benar tidak tahu!"

Air mata Janice mendadak bercucuran saat ia menyadari apa yang akan Edgard lakukan padanya. Ia pun terus meronta dan kembali memukuli Edgard, namun Edgard terlalu kuat.

Tanpa perasaan, Edgard menahan kedua tangan Janice di atas kepala wanita itu. Edgard menindihnya dan menyentuh tubuh wanita itu dengan kurang ajar.

Dengan tega, Edgard pun mendesak tubuh Janice, walaupun ia terus menggeram karena begitu sulit menembusnya.

"Sial, tidak mungkin wanita jahat sepertimu masih perawan kan?" geramnya diikuti teriakan lirih dari Janice yang merasakan kesakitan luar biasa di bawah sana.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status