Wika Adelia tidak akan pernah percaya jika tetangga yang baru pindah di samping rumahnya adalah dosen yang mengajar di kampusnya.Dan lucunya Wika saat mendapati desas-desus kabar miring si dosen, banyak gosip yang mengabarkan jika pak dosen tersebut seorang duda beranak satu yang diceraikan sang mantan istrinya karena impoten. Rasa penasaran di dalam diri Wika pun muncul untuk menguak gosip tersebut, benarkah si pak dosen itu seseorang yang impoten? Lalu, mengapa dia bisa mempunyai anak? Dengan melakukan berbagai macam hal gila, mampukah Wika memecahkan rasa penasarannya?
View MoreWika mengumpati dirinya melihat dari kejauhan sosok dosennya yang mengajar di kampus. Dosen yang sekarang merangkap menjadi tetangga baru di komplek lingkungan perumahan ini.
Merasa bingung, haruskah Wika menegur saja dosennya atau berpura-pura tidak melihat dengan cara menundukkan kepalanya?
Aishh! Wika mengomel ngedumel tak jelas. Lagian, ngapain juga tuh si dosen pakai acara ikut-ikutan joging segala.
Tak mau ambil pusing karena si dosen yang hampir dekat sedikit lagi akan lewat melintasinya. Wika pun membungkus kepala sampai batas hidungnya dengan penutup kepala hoddie yang di pakainya.
Hal ini tentu sangat membantu Wika, dengan begini ketika sang dosen melewatinya di jamin tidak akan mengenali sosoknya.
Wika bersorak gembira karena tak harus larut dalam situasi berbasa-basi menegur sang dosen. Di kampusnya saja Wika sangat membenci ketika ia mengajar dan Wika lebih sering memilih bolos, padahal Wika sangat suka pelajaran bahasa Inggris.
Selesai joging, Wika masuk ke dalam rumahnya dengan tubuh yang bersimbah penuh keringat, Wika berjalan ke arah lemari pendingin, membukanya dan mengambil satu botol air mineral dingin. Meneguk isi di dalam botol tersebut sampai tandas.
Wika membuka jaketnya karena merasakan panas dan membiarkan tubuhnya yang hanya mengenakan tank top. Inilah kebiasaan Wika yang memang suka saat berolahraga mengunakan jaket dan celana training panjang, hal itu Wika lakukan karena menurutnya membakar lemak dalam tubuhnya lebih banyak, karena Wika tidak suka tubuhnya menjadi gendut.
Wika berjalan ke arah dapur dimana sang mama tercintanya pasti sedang berkutat disana. Dan dugaan Wika benar, mamanya tengah membuat sarapan untuk mereka.
Beruntung hari ini hari libur, jadi Wika bisa sedikit bersantai dan menenangkan otaknya yang stress menghadapi segala urusan kuliahnya. Menghampiri sang mama dan memberikan kecupan manis di pipi mamanya.
"Pagi sayang, baru pulang joging?" tanya Bu Asti menyapa putrinya yang sejak pagi sudah tak terlihat keberadaannya di rumah.
Wika mengangguk, lalu kemudian matanya berbinar bahagia saat melihat sebuah kue cokelat kesukaannya.
"Kue cokelat!" pekik Wika bahagia dan hendak mengambil kue cokelat itu untuk ia makan.
Gerakan tangan Bu Asti menghentikan pergerakan Wika, menatap ibunya dengan pandangan bingung.
"Kenapa, Ma?" tanya Wika.
"Nanti saja makannya, sekarang bantu mama dulu ya?!"
"Boleh, bantu apa ma?" tanya Wika antusias.
"Tolong kamu antarkan separuh dari kue cokelat ini ke rumah tetangga baru yang ada di sebelah rumah kita." kata Bu Asti yang langsung memotong kue itu menjadi bagian kecil-kecil.
Jederrrr.
Bagaikan kesambar petir tubuh Wika menegang kaku jegang-jegang dengan wajah gosong, sayangnya wajah Wika tidak gosong melainkan merah padam kala ia harus menuruti permintaan mamanya.
"Ini!" Bu Asti menyodorkan piring yang berisi potongan kecil-kecil kue bolu cokelat tersebut untuk di berikan ke tetangga baru.
Wika menatap bergantian ke arah kue cokelat itu dan mamanya. Bu Asti mengerutkan dahinya bingung saat melihat ekspresi raut wajah anaknya.
******
Setelah bersusah payah menolak permintaan sang mama, akhirnya Wika kalah dan tetap harus mengantarkan kue cokelat itu untuk dosennya.
Menghembuskan nafas kesal berulang kali sambil menatap pintu di depannya kini sebelum mengetuknya. Wika dilanda rasa bimbang, ketuk, tidak? Ketuk, kabur saja?
Tidak, tidak. Perintah ibunya harus tersampaikan. Jika tidak maka akan menjadi bencana besar, bagaimanapun ini amanah, amanah yang membawa bencana.
Baru saja tangan Wika terangkat ingin mengetuk pintu tersebut, namun pintu sudah terbuka lebih dulu dan membuat tangan Wika menggapai udara.
Mangerjapkan mata berulang kali sebagai reaksi spontan yang Wika lakukan, tangannya yang terangkat dengan terkepal pun ia ubah dengan gerakan lima jari yang melambai. Nyengir cengengesan menyapa sang dosen dengan sangat kikuk.
"Hehe, selamat pagi pak Pras." sapa Wika membungkukkan badannya sedikit sebagai sikap hormatnya.
Pras memperhatikan wanita di depannya saat ini dengan sorot mata menyipit. "Pagi, siapa ya?"
Dia tidak mengenaliku? Atau pura-pura lupa? batin Wika bingung.
Tapi, baguslah jika dia tidak mengingatku. Aku kan memang selalu bolos tiap ada pelajarannya, hihi. sambung batin Wika bersorak gembira.
"T-tetangga," Wika menunjuk ke arah sebelah dimana rumahnya berada.
Pras mengikuti arah jari Wika kemudian mengangguk mengerti. "ada apa?" tanya Pras tak suka berbasa-basi.
"Ah iya, ini!" Wika menyodorkan Piring berisi kue bolu cokelat. "Dari mama saya untuk bapak." kata Wika tersenyum.
"Untuk saya?" ulang Pras menunjuk dirinya sendiri memastikan jika wanita ini tidak salah mengasih.
Tidak pak, kue ini tadinya mau saya buang ke tong sampah. batin Wika ingin menyuarakan kata-kata itu.
"Iya pak, kue ini untuk bapak. Mama saya membuatnya dengan penuh kasih sayang dan ketulusan loh pak, mohon di terima ya." ucap Wika memasang wajah sendu yang menggemaskan.
Pras tersenyum senang dan segera meraih piring tersebut. "Terima kasih ya."
Wika mengangguk dengan cepat, "sama-sama pak, kalau begitu saya permisi." kata Wika cepat dan terburu-buru hendak pergi dari situ
"Tunggu!" suara Pras berseru menyuruh Wika untuk berhenti.
Gerakan langkah kaki Wika berhenti. Mampus! Apalagi nih?
Wika kembali berbalik badan menghadap Pras dengan senyuman manis. "Iya pak, kenapa ya?"
Dahi Pras berkerut dalam seakan-akan tengah mengingat-ingat sesuatu. "apakah sebelumnya kita pernah bertemu dan saling mengenal?" tanya Pras yang seperti mengenali Wika.
"Dan, kamu juga tahu nama saya."
Wika sekarang tahu jika pak Pras memang tak mengenalinya. Haruskah Wika merasa sedih atau gembira?
Tiga bulan kemudian....Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Yupss, tepat hari ini jatuhnya hari pernikahan Wika dan Pras akan di laksanakan. Butuh waktu tiga bulan bagi mereka untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kenapa tiga bulan?Wika dan Pras memang sama-sama memutuskan siap menikah kapanpun, tapi kedua orang tua Wika rupanya mempunyai satu syarat pada Pras kalau ingin menjadi menantu mereka. Yaitu, Pras yang harus kembali memiliki pekerjaan tetap seperti dulu saat menjadi dosen. Berhubung Pras sudah tidak bekerja menjadi dosen lagi alias pe
Wika tampak lari terbirit-birit begitu melihat Pras yang mulai melangkah menaiki tangga. Jantungnya berdetak kencang takut ketahuan sudah menguping pembicaraan mereka dari sudut di atas tangga. Dengan gerakan cepat masuk ke dalam kamar Vania dan mulai naik ke atas ranjangnya, membaringkan tubuhnya terlentang seraya menutup kedua matanya pura-pura tidur.Terdengar suara kenop pintu yang di putar, Pras membuka pintu kamar Vania dan masuk ke dalamnya. Saat masuk ke kamar sang anak matanya sudah di manjakan dengan suguhan paling istimewa, tampak Wika sang calon istrinya dan Vania yang tampak begitu serasi tidur dalam satu ranjang. Kalau orang lain yang melihat pastinya akan mengira jika mereka ibu dan anak sungguhan, bukannya terlihat seperti anak tiri dan ibu tiri.
Pras menatap tajam seseorang yang bertamu malam-malam datang ke rumahnya. Tadinya saat bel pintu rumahnya berbunyi Pras pikir itu Sofi, dengan langkah semangat Pras berjalan hendak membuka pintu untuk sang adik. Nyatanya saat pintu terbuka Pras tercengang melihat sosok cantik, ramping, dan tinggi berdiri di hadapannya dengan mengulas senyuman manis."Hai, selamat malam mantan suami." sapa Meliza Salma ceria.Pras mengeraskan rahangnya menggeram marah. "Untuk apa kau kesini?" tanya Pras to the point."Untuk apa katamu? Tentu saja untuk bertemu putriku, Vania.
Seminggu telah berlalu semenjak Pras menyandang status sebagai pengangguran, sementara Wika yang resmi memutuskan untuk berhenti kuliah. Keduanya menikmati waktu kebersamaan mereka dengan bahagia, sekarang dimana pun ada Wika maka di situ ada Pras.Seperti sekarang ini keduanya terlihat kompak dalam membuat menu makan siang. Pras dan Wika tampak sibuk berkutat di dapur, berjibaku pada semua bahan-bahan makanan dan peralatan masak."Sayang, ayamnya di balik." titah Wika yang kini mulai berani memanggil Pras dengan sebutan mesra, tak seperti dulu masih malu-malu. "Jangan biarkan sampai gosong." titah Wika kembali."Oke bos," dengan sigap Pras mematuhinya, langsung fokus pada ayam yang tengah di gorengnya.Sambil membalik ayam yang tengah di gorengnya, Pras melirik pada Wika yang tengah sibuk pada olahan bumbu. Pras mengendikkan bahunya tak tau, entah bumbu apa yang Wika buat."Kamu sedang
Pras hanya diam saja saat sang adik tercintanya tengah mengomel memarahinya. Tampak Sofi tengah di liputi amarah yang luar biasa, terlihat pancaran kobaran api yang menyala pada wajahnya."Aku tidak mengerti dengan dirimu kakak, kamu ini bodoh atau apa?!" entah yang sudah ke berapa kali Sofi menjerit dan membentak Pras, mengumpat berbagai macam kata sebagai bentuk pelampiasannya atas tindakan yang di buat sang kakak.Sambil masih terus mengomel Sofi mondar-mandir berjalan kesana-kemari bagai orang kesetanan. Sedangkan Pras hanya diam sebagai pendengar yang baik.Jujur, sebenarnya Sofi tak habis pikir dengan jalan pemikiran Pras dan Wika yang begitu entengnya membuat tindakan ceroboh seperti berciuman di depan umum. Di depan orang banyak!Gila, gak sih?!Mereka berdua tidak memikirkan konsekuensinya, tak memikirkan posisi mereka yang harus di taruhkan disini.Pras yang mu
Tanpa permisi seperti mengetuk pintu ruangan dosen terlebih dahulu, Wika membuka pintunya kuat dan langsung menerobos masuk ke dalam. Hal ini membuat para dosen-dosen sangat kaget, mencibir pada tindakan tak sopan yang di lakukan Wika.Wika sama sekali tak mempedulikan itu, ia malah langsung mendekati Pras yang tampak tengah sibuk membereskan barang-barangnya."Pak Pras!" panggil Wika yang langsung menyita perhatian Pras.Pria itu menoleh ke arahnya, memberikan senyuman terbaiknya. "Hai sayang," sapanya begitu lembut sembari masih tetap fokus dengan barang-barangnya, ia masukkan ke dalam sebuah kardus cukup besar.Wika memperhatikan semua itu dengan wajah murung. "Buat apa semua ini pak?" tanyanya lirih."Tidak untuk apa-apa, hanya sedang membereskan semua barang-barang ini sampai bersih." jawab Pras santai masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya."Semua
"What? Ini seriusan?!" pekik Sofi membulatkan matanya kaget saat menerima beberapa foto dan satu rekaman video ciuman antara Wika dan kakaknya, Prasetyo Girandi.Pesan yang di kirimkan oleh seseorang yang baru-baru ini dekat dengannya. Awalnya Sofi malas dan tak berniat untuk membuka pesan itu, tapi kalah oleh rasa penasarannya yang kelewat tinggi. Dan betapa kagetnya lah Sofi saat melihat isi yang di kirimkan oleh orang tersebut.Sofi membaca isi pesan berikutnya yang di tulis orang tersebut. "Tranding topic.""Oh, shitttt! Astaga kak Pras, Wika! Apa yang kalian lakukan ini?" panik Sofi luar biasa panik.Uring-uringan Sofi langsung meluncur searching ke berbagai media sosial. Dan benar adanya, Sofi kembali membelalakkan matanya saat melihat kata tranding topic lagi dan parahnya berada di urutan nomor satu."Siapa yang menyebarkan ini?" gumam Sofi kalut.Sofi mencoba melihat k
"Hai, sayang." sapa Wika tersenyum ceria dan sengaja menekankan kata sayang dengan nada cukup kuat agar semua orang yang ada di kantin kampus mendengarnya."Boleh aku duduk?" tanya Wika meminta izin pada Pras yang terbengong hebat bagai orang linglung."Wika?" gumam Pras meyakinkan penglihatannya sendiri. "Aku tidak sedang berkhayal kan? Kamu memang menghampiri mejaku dan berdiri di hadapanku saat ini kan?"Wika tertawa ngakak, "kenapa bapak terlihat jadi seperti orang bego begini? Upssss." ejek Wika, namun ia buru-buru membungkam mulutnya saat melihat tatapan tajam Pras padanya.Pras langsung tersadar jika ini memang nyata dan bukan sekadar khayalan belaka. Tapi, rasanya masih sangat tak mungkin saja melihat Wika yang berani mengambil tindakan seperti ini.Apa gadis ini baik-baik saja? batin Pras terlihat khawatir pada Wika."Wika, are you okay?" tanya Pras menata
Wika mengerjapkan matanya setelah ia mendengar kekacauan yang terjadi di kampus. Berusaha menutup telinganya saat tak kuasa mendengar gosip yang menyebar luas. Gosip yang salah satunya mengenai pertunangannya dengan Pras. Sungguh, diluar dugaannya jika akan secepat ini.Kalau di pikir-pikir lagi, bagaimana mungkin jika hal ini sampai bocor dan menjadi berita yang menghebohkan di kampus? Sedangkan tak ada satu orangpun teman-teman Wika di kampus yang mengetahui ini, atau para dosen teman sesama se-profesi dengan Pras juga tidak ada yang tahu."Kecuali...." gumam Wika kembali mencoba mengingat-ingat mungkin saja ia sudah kelepasan bicara dan secara tak sadar membocorkan mengenai fakta tentang pertunangannya dengan Pras.Saat masih menebak-nebak siapakah dalang penyebar berita ini, tak sengaja ekor mata Wika melihat sosok pria yang di kenalnya tampak berjalan tergesa-gesa. Tentu hal ini membuat Wika curiga saat melihat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments