Home / Urban / Suami Super Kaya / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Suami Super Kaya: Chapter 81 - Chapter 90

100 Chapters

Bab 81. Cucu Angkat

“Apa aku bisa mempercayaimu?” tanya Niko tiba-tiba.“A-pa maksudmu?” Danang sedikit gelagapan, merasa Niko berpikiran macam-macam tentang dirinya. “tentu, kamu bisa mempercayaiku. Aku tidak mungkin mengkhianati kepercayaan Pak Abraham dan keturunannya.”“Oke. Kakek tidak mungkin salah memilih seseorang,” ucap Niko sambil melemparkan senyuman kecil. “Oh, ya. Bagaimana dengan perkembangan Permata Bank?”“Untuk saat ini masih dalam proses pembukaan lowongan kerja,” jawab Danang.Niko menjawabnya dengan mengacungkan jempolnya, lalu berbalik pergi meninggalkan ruangan direktur.***Niko mengantongi beberapa nama yang telah dicurigainya. Saat ini dia memilih menemui Abraham, Kakeknya yang masih ada di Nusantara.“Kenapa kamu tidak meminta bantuan kepada Danang? Apa kamu tidak mempercayainya?” tanya Abraham, lalu meminum teh herbal.“Aku tidak tahu.” Niko tampak ragu-ragu. “tapi sejujurnya aku menilai Danang tidak terlalu cukup baik dalam menangani masalah-masalah perusahaan.”Abraham mengan
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 82. Namanya Nita Anggreini

Niko pergi ke ruangan direktur. Dia duduk di kursi kebesarannya di ruangan ini. Kini dia memainkan pena favoritnya hingga menghasilkan bunyi yang memenuhi ruangan.Namanya Nita Anggreini. Sedari tadi Niko memikirkan wanita itu. Menurutnya wanita itu sangat asyik dan energik. Dan …. Cantik. Niko tersenyum-senyum sendiri memikirkan adik angkatnya itu.TING!Niko menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka.“Oh, kamu sudah kembali?” tanya Danang sambil berjalan mendekat. “kebetulan sekali. Ini informasi yang kamu inginkan.” dia mengirimkan sebuah file ke email sang atasan.Niko merogoh ponselnya dan membuka email. Di dalamnya ada file yang berisikan informasi mengenai biodata karyawan WARA Corp dan STAR Group.“Hemmm cerdik. STAR Group banyak mengambil eks karyawan sini,” gumam Niko.“Ya begitulah.” Danang tetap berdiri, menunggu instruksi dari Niko. “apa yang kamu rencanakan?”“Belum tahu.” Niko mendongak. “aku pelajari dulu.” saat ini dia masih enggan membocorkan rencananya kepada Dan
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 83. Kedekatan Niko dengan Nita

“Kamu?” Dia bukan wanita yang menggodanya barusan. “Nita?”“Iya, aku Nita,” sahut Nita sambil mengelus-elus dadanya. “kaget loh aku. Emangnya kenapa wanita tadi kok diseret-seret dari sini?”“Kamu tidak perlu tahu,” ucap Niko sambil membuang emosinya. “Untuk apa kamu ke sini? Aku tidak ingin Danang melihatmu.”“Tenang. Kakek sudah mengaturnya. Pak Danang sekarang pergi menemui Kakek,” jawab Nita sambil melangkah maju dan mendudukkan tubuhnya di kursi depan meja kerja Niko.Niko mendengus kecil. Dia lupa Nita memiliki hak istimewa dari Abraham.“Nggak usah mikir aneh-aneh.” seolah-olah Nita bisa membaca pikiran Niko.“Untuk apa kamu datang menemuiku?” tanya Niko sekali lagi. “jika kamu memerlukan data-data lainnya, cukup menelponku saja.”Nita tak menjawab. Dia meletakkan tas ransel di atas meja dan mengeluarkan sebuah laptop.“Aku sudah mengerjakan tugasku. Informasi yang kamu inginkan sudah aku dapatkan,” kata Nita sambil mengoperasikan laptop miliknya.“Hah? Secepat itu?” Niko terte
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 84. Saling Percaya

Niko tidak langsung menjawab sehingga Nita harus menanyakan kembali pertanyaannya hingga akhirnya Niko mengangguk.“Kamu tidak ragu untuk mempercayaiku. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk tidak mempercayaimu.” Kali ini Niko mengatakannya dengan penuh kemantapan hati.Nita senang mendengarnya. Mendapat kepercayaan dari Niko itu sudah lebih dari cukup.“Oh ya, Nita. Apa Kakek punya cucu lagi?” Niko masih penasaran, karena dia pikir Nita lebih tahu banyak hal tentang Abraham daripada cucu kandungnya sendiri.“Aku nggak tahu, Kak.” Nita mengedikkan kedua bahunya. “setahuku Kakek nggak mengadopsi cucu lagi selain aku.”‘Semoga Tidak.’ Niko menatap Nita dengan senyuman geli, membayangkan seandainya Abraham mengadopsi 100 cucu seperti Nita. Pasti hidupnya kewalahan.Mata Nita memicing melihat Niko menatapnya dengan senyuman aneh, “Apa yang Kakak pikirkan tentang aku?”“Aku hanya merasa kagum padamu,” kilah Niko dengan senyuman kecil. “hemmm aku penasaran, kenapa kamu bisa mengenalku lebih du
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 85. Tessa Kembali Menggoda

“Bagaimana kalau Echa tahu?” Tessa berbicara dengan seringai dingin. “kamu sudah tertangkap basah, Niko.”Niko segera menguasai situasi. Dia memasang wajah bingung, seolah tidak mengerti apa yang diucapkan Tessa.Dengan santainya Niko kembali menatap Nita dan berpura-pura menjadi seorang pembeli, “Jadi gimana nih, mbak? Mana yang cocok untukku? Maaf ya merepotkan.”Tessa mengernyit.Nita mengerti kode yang diberikan Niko. Dia pun memainkan peran sebagai pelayan toko.“Nggak apa-apa. Ini sudah menjadi tugasku untuk melayani pembeli kami.” Nita tidak kikuk dan murah senyum. Dia memasangkan kemeja berwarna putih ke tubuh Niko. “ini cocok sekali untuk Bapak. Cocok dipakai untuk acara apapun.”Alis Tessa semakin berkerut saat mendengar ini, “Jadi?”Nita menoleh pada Tessa dengan murah senyum, “Mbak silahkan lihat-lihat dulu nggak apa-apa. Kalau bingung milihnya, jangan sungkan minta bantuanku.”Tessa seketika menghembus napas panjang, rupanya dia telah salah paham. Tapi senyum di bibirnya
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 86. Prinsip Niko

Niko sengaja ingin mempermalukan Tessa di hadapan umum untuk memberikan efek jera.“Aku sudah beristri. Jangan menggodaku! Mungkin di luar sana ada lelaki hidung belang yang mau menerima jasamu,” seru Niko.Mata Tessa membulat dan mulutnya menganga lebar. Rasa kesal, marah, dan malu bercampur jadi satu. Orang-orang semakin banyak memperhatikannya.Tessa menatap Niko dengan mata tajamnya. Bibir tebalnya bergerak pelan, seperti akan mengatakan sesuatu.Saat ini, terdengar sorakan dari pengunjung untuk Tessa. Para wanita bahkan mulai melemparkan kalimat hinaan.“Wanita nggak tahu malu! Bisa-bisanya dia menjajakan diri di tempat umum.”“Percuma cantik sih kalau milih jadi pelacur. Jadi cewek kok murahan banget. Itunya pasti sudah disodok ribuan batang.”“Awas ibu-ibu. Jauhkan suaminya dari wanita penggoda. Ini nih yang suka merusak rumah tangga orang.”Rahang Tessa mengeras. Giginya bergemelatuk. Wajahnya menegang, tatapannya menyiratkan amarahnya.“Sembarangan kalian! Aku–” Baru saja di
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 87. Bukti Masih Belum Cukup Kuat

“Es krim-nya enak?” tanya Niko.“Enak.” Echa mendekatkan tubuhnya di telinga Niko. “tapi enakan punyamu.”Niko menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang mendadak terasa kering. Dia merasa darah di sekejur tubuhnya menderu-deru.Echa terkekeh pelan melihat ekspresi Niko ini.Niko pun membisikkan sesuatu di telinga Echa, “Kita makan dulu, abis itu kita bertempur di rumah.” Dengan malu-malu istrinya menganggukkan kepala. Mereka pun menuju salah satu tempat makan yang ada di lantai itu juga.Saat mereka makan bersama, mereka saling bertatapan mesra hingga seseorang menepuk pelan pundak Echa dari arah belakang.“Echa?” sapa seorang wanita.“Susi?” sapa Echa. Dia tampak senang bertemu temannya itu. “sudah lama aku nggak bertemu denganmu. Kapan balik dari Amerika?”“Aku baru balik seminggu yang lalu. Sekalian mau tetap tinggal di sini,” jawab Susi sambil menarik kursi di sebelah Echa, kemudian dia menatap pada Niko yang duduk di depan. “Kamu Niko, ‘kan?”Niko hanya mengangguk.“Iya
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 88. 150 Ribu Untuk Hesti

Melihat Mamanya menatap Niko dengan senyuman penuh arti, Echa pun memperingatkan, “Jangan nyeleneh, Ma. Nggak usah nyuruh Mas Niko yang aneh-aneh lagi.”“Apasih, Echa. Kamu itu loh kalau ke Mama kok pikirannya negatif melulu,” sanggah Hesti. “heran Mama. Apa jangan-jangan otakmu–” “Udah, Ma,” potong Echa. “ada keperluan apa Mama datang ke sini?”“Kamu nggak mau mempersilahkan Mama masuk dulu?” tanya Hesti–kesal. “capek loh Mama nungguin dari tadi.”Echa menarik napasnya dalam-dalam, “Mama jawab dulu keperluan Mama.”“Mama ke sini mau minta uang. Uang Mama sudah habis,” keluh Hesti.Echa mengambil uang dari dalam dompetnya, “Ini, Ma.” dia menyodorkan 3 lembar 50 ribu-an.“150 ribu? Uang apaan ini. Masak cuma ngasih segini doang. Dibelikan jajan nggak cukup ini.” Hesti jelas menolak pemberian Echa yang terlalu sedikit.Echa tidak kaget. “Uang Echa tinggal 200 ribu, Ma. Echa cuma ngambil 50-nya,” ucap Echa.“Kamu kok pelit banget sih sama Mama sendiri. Kebangetan sih kamu, Echa. Minima
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 89. Anaknya atau Sapi Perah?

Lagi, terdengar suara ketukan pintu. Echa meremas-remas tangannya–emosi. Kali ini dia enggan membukakan pintu.“Echa!” teriak Hesti dari luar. “katanya suamimu punya 300 ribu. Di transfer ya ke rekening Mama. Malam ini juga.”Echa tak menjawab. Dia hanya menahan kesedihan dalam hati.“Mama pulang. Awas loh, beneran ditransfer.”Echa berhambur ke pelukan Niko. Dia memeluk suaminya dengan erat.“Aku nggak habis pikir dengan Mama. Kenapa dia sangat membencimu, Mas?” Echa berusaha menahan tangisnya.Niko merengkuh tubuh istrinya. Dia mengelus punggungnya dengan lembut, “Tidak usah dipikirkan. Aku biasa aja.”Tak ingin istrinya berlarut-larut memikirkan ini, Niko membisikkan sesuatu, “Katanya mau bertempur?”Perlahan senyuman merekah terbit di bibir Echa, “Mau bertempur pakai strategi apa?”“Pakai semua strategi yang ada,” jawab Niko, dan keduanya saling melemparkan senyuman menggoda.***Pagi hari yang cerah, tapi suasananya tidak secerah harinya. Bagaimana tidak, Hesti kembali datang men
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 90. Mengambil Keputusan Yang Salah

“Echa, ngapain kamu pungut lagi sampah itu?” Hesti melarangnya. “Nggak jijik kamu?”Echa mengangkat pandangannya. Dia menatap Hesti dengan wajah marah, “Aku capek ngadepin Mama.” Air mata tumpah dari kedua sudut matanya. “Mama pulang, Echa nggak mau lihat Mama lagi.” berulang kali dia sekuat tenaga menahan emosinya.“Ya mana uangnya buat ongkos? Mana uangnya buat Mama makan?” Masih detik ini, Hesti sedikitpun tidak merasa bersalah.Echa berdiri sambil menghapus air matanya. Dia menghela napas dalam-dalam.“Gini ya, Ma. Kalau Mama nggak mau pulang, dengan terpaksa Echa manggil satpam di perumahan ini untuk ngusir Mama.”“Echa?” Hesti terperanjat. “kamu mau–”“Maaf, Ma. Echa sudah capek,” potong Echa terlihat begitu frustasi. “Mama, jangan temui Echa lagi. Anggap saja Echa sudah mati.”Hesti terdiam sejenak, merasa kalimat ini adalah sebuah ancaman yang nyata.“Aku punya uang 100 ribu,” sahut Niko sambil melangkah masuk ke ruang tengah dan menghampiri Hesti.“Ini cukup untuk ongkos dan
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status