Home / Urban / Suami Super Kaya / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Suami Super Kaya: Chapter 61 - Chapter 70

100 Chapters

Bab 61. Rumah Teman

Hesti mempertahan senyumannya sambil berpikir keras mencari jawaban yang memuaskan untuk Berry.“Pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak.” Hesti berupaya meyakinkan Berry. “dan Echa nggak pernah tidur sama lelaki busuk itu.”Sejujurnya Hesti tidak yakin dengan perkataannya sendiri setelah kemarin mata kepalanya sendiri melihat lelaki miskin itu berduaan dengan Echa di kamar.Sekilas sudut bibir Berry terangkat, “Apa Tante yakin? Bukannya si curut itu tidak mau melepaskan Echa?” tanyanya kemudian.Hesti terdiam sejenak sebelum senyum di bibirnya terbit, “Itu bukan pekerjaan sulit. Bagaimanapun caranya Tante akan menyingkirkan sampah itu dari kehidupan anakku. Kalau perlu Tante akan membunuhnya.” Berikutnya kalimat pujian Hesti lontarkan pada Berry, “ Cuma nak Berry menantu idaman Tante. Cuma nak Berry yang bisa memberikan kebahagiaan untuk keluarga ini.”Berry tersenyum elegan, menyukai cara Hesti memberikan pujian yang kentara jelas ingin menyatukan dirinya dengan Echa.Namun, Ber
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 62. Sepupu Yang Iri

Echa menganga di tempat–syock mendengar ultimatum dari pihak bank.“Maaf, bukannya jatuh temponya masih minggu depan?” Echa mempertanyakan. “Suka tidak suka, besok kami akan datang menyita rumah kalian untuk melunasi hutang-hutang kalian!” Selesai mengatakan itu, sambungan telepon terputus.Echa berdiri lesu di depan tembok. Dia masih baru bekerja, dan mustahil memiliki uang miliaran rupiah dalam waktu dekat untuk melunasi hutang-hutang orang tuanya. Terlebih lagi, meskipun Papanya sudah menjalani operasi, Papanya masih harus membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan itu memerlukan biaya tambahan.“Oh, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?” gumam Echa sambil menatap langit-langit kamar. Dia terlihat begitu frustasi. “siapa yang bisa membantuku? Tolong berikan petunjuk.”Niko yang sedari tadi mengintip dari celah pintu, tak tahan untuk menghampiri istrinya, “Sayang.”Echa menoleh–terkejut, “Mas Niko?”Echa menatap Niko dengan memaksakan diri tersenyum, “Mas belum makan, ‘kan? Abis ini Ec
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 63. Godaan Tessa

Niko menghiraukan orang yang menyapanya itu, yang tidak lain adalah Tessa.“Aku juga bosan ada di dalam,” ucap Tessa.Niko menjauh saat Tessa hendak duduk di sampingnya.Tessa tersenyum. Senyumannya begitu menggoda, “Kamu belum makan? Gimana kalau kita cari makan di luar?”“Tidak.” Ekspresi Niko begitu datar. “aku sedang menunggu istriku. Pergilah, aku ingin sendiri.”“Hemmm istri? Kamu sangat mencintainya?” tanya Tessa sambil kembali mendekatkan dirinya kepada Niko.“Ya.” Ekspresi Niko yang sedingin es itu justru membuat Tessa semakin tertarik dan penasaran ingin merebut Lelaki itu dari Echa. Ketampanan lelaki itu benar-benar melelehkan hatinya.“Terus bagaimana dengan Echa? Apa dia membalas cintamu? Pasti jawabannya tidak. Kamu tahu sendiri, ‘kan? Dia cuma memanfaatkanmu demi kepentingannya sendiri.” Niko tertawa dalam hati mendengar Tessa berusaha mengadu domba dan meretakkan rumah tangganya. Melihat lelaki itu tak merespon, Tessa kembali memanas-manasinya, “Habis manis sepah di
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 64. Berry Menawarkan Bantuan

“Mas?” Echa kesal sekaligus ingin tertawa mendengar candaan Niko. “ngelawak mululu.”‘Aku tidak bercanda, Echa.’ Niko menjawab dalam hati.Di titik ini, ponsel milik Echa berdering. Dia merogohnya dan mendapati Hesti yang menghubunginya.“Ya, Ma?” Echa mengangkat telepon itu. “Echa, kamu ada di mana sih? Pulang! Mama stres, barusan pihak bank menelpon Mama.” Suara Hesti terdengar panik.Echa menarik napasnya dalam-dalam, “Iya, Ma. Echa juga ditelpon. Ini Echa lagi di rumahnya keluarga Marni buat minjem uang, tapi Echa nggak mendapatkan apa-apa.”“Pulang, Echa. Ini masalah serius. Mama nggak kuat, rasanya ingin bunuh diri.”“Iya, Ma. Echa pulang.”“Ingat, ya. Jangan bawa laki-laki sampah itu ke rumah.”“Tapi, Ma–”“Turuti permintaan Mama. Jangan membantah, kita lagi menghadapi situasi yang sangat genting!”“Baik, Ma.” usai telepon terputus, Echa langsung menghembus napas kasar.Echa menatap netra suaminya dalam-dalam. Entah apa yang ingin dia ucapnya–bingung.“Kamu mau ke rumah Mama?”
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Bab 65. Dilema

“Aku mau kamu,” jawab Berry dan seketika Echa melotot. “maksudku aku mau kamu bekerja di perusahaanku, STAR Group. Gajimu aku beri 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan di tempat kerjamu, WARA Corp.”“Adduh baik banget sih kamu, nak Berry. Sekarang malah mau ngasih Echa kerjaan yang gajinya lebih besar,” puji Hesti–girang.Sayangnya Echa tidak sebodoh itu. Dia tahu ini hanya akalan licik Berry agar lebih leluasa mendekatinya dan melakukan aksi bejatnya.“Maaf, Berry. Aku nggak bisa. Aku harus menghargai kontrak kerja yang diberikan WARA Corp kepadaku.” Echa menolak secara halus. “kamu pasti paham, hal ini sangat-sangat tidak etis.”“Echa.” Hesti memberi isyarat kepada Echa dengan mata melotot. Dia takut sikap anaknya itu bisa membuat Berry berubah pikiran.Berry menyimpan rasa kesalnya di hati mendengar Echa masih menolak penawaran sederhananya.“Kamu mau hutang orang tuamu dilunasi, ‘kan?” tanya Berry sambil mengeluarkan kartu bank dan meletakkan di atas meja. “Di dalamnya ada 3 mili
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Bab 66. Tak Asal Bicara

“Lancang sekali kamu bilang begitu!” untuk kesekian kalinya Hesti berteriak keras. “anakku nggak akan ikut denganmu!”Tapi kenyataannya, Echa bangkit menghampiri suaminya dan mengaitkan tangannya ke tangan Niko.“Mas Niko benar. Aku istrinya, dan aku akan ikut dengannya.” “Echa?” mata Hesti membelalak. “Echa, kemari!” Hesti takut tindakan bodoh anaknya itu bisa memperburuk suasana hati Berry. Benar saja, Berry panas-sepanasnya melihat kedekatan pasangan suami-istri itu.“Echa!” seru Berry dan semua orang menoleh ke arahnya. “aku tanya sekali lagi! Kamu mau menerima bantuanku atau tidak?! Penawaranku nggak akan datang dua kali!”Hesti yang takut pun membujuk Echa, “Please, kali ini aja dengerin Mama. Jangan ragu-ragu menerima bantuan dari nak Berry.”Echa menoleh pada Niko. Sebagai seorang istri, dia harus minta pendapat dan persetujuan suaminya.“Mas–” Baru saja Echa ingin menjelaskan terlebih dahulu, suara Niko memotongnya.“Aku sudah tahu,” ucap Niko sambil melirik ke arah Berry. “
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Bab 67. Niko Menerima Tantangan

“Baik. Aku terima tantanganmu.” Niko menerimanya tanpa ada keraguan sedikitpun.Tindakan Niko ini membuat semua orang tercengang. Mereka tidak salah dengar, ‘kan? Siapa yang mengira lelaki itu akan menerima tantangan ini.Apa lelaki itu tersambar petir?“Mas?” mulut Echa ternganga. “Kamu ngomong apa? Jangan dibuat main-mainan.” Echa mengingatkan. Dia merasa ada sesuatu yang salah pada suaminya. Mungkin suaminya itu sedang keadaan emosi sehingga menutup akal pikirannya.Berry awalnya tak terlalu berekspektasi lebih karena tujuannya hanya ingin membungkam Niko yang bermulut besar, tetapi setelah mendengar lelaki itu menerima tantangan ini, tentu dia sangat kegirangan. Hesti pun demikian. Pasalnya Niko bukan hanya mendapatkan malu, tetapi juga akan bercerai dari Echa. Melihat tatapan kedua orang itu yang tak enak, Echa cepat-cepat menyadarkan suaminya kembali, “Mas, aku tahu selera humormu sangat tinggi. Tapi nggak semua hal bisa dibuat candaan. Mas tarik ya omongannya.”Sebelum Niko m
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

Bab 68. Niko Memenangi Tantangan

“Niko, ka-kamu siapa sebenarnya?” tanya Hesti.“Kenapa kamu bisa menyuruh bank Bunapin sesuai perintahmu?”Semua orang menatap Niko curiga. Meskipun mereka melihat dengan mata kepala sendiri Niko bisa membuktikan ucapannya, mereka masih bersikeras menganggap Niko adalah mantan seorang pembantu biasa.Lelaki itu tidak mungkin memiliki koneksi orang-orang hebat untuk melakukan sesuai dengan keinginannya.“Oh, temanku kebetulan kerja di sana. Jadi aku minta bantuannya untuk meringankan hutang-hutang keluarga ini,” jawab Niko santai.Hesti bernapas lega. Bukan hanya itu, tapi sangat benci.“Dugaanku benar. Seorang pembantu tetaplah seorang pembantu. Nggak malu, kamu? Teman kamu sudah punya pekerjaan mapan di bank Bunapin. Lah, kamu? Boro-boro punya pekerjaan, beli baju saja setahun sekali.”‘Teman?’ Sementara Berry tidak percaya begitu saja. Pasalnya kalau hanya didasari ikatan pertemanan tidak mungkin bisa mengubah peraturan bank. Apalagi dia sudah bermain mata dengan petinggi bank.Past
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

Bab 69. Terkena Psikomatis

“Hallo, kami dari rumah sakit ingin memberitahu bahwa kondisi kesehatan Pak Fikram kembali menurun. Kami berharap pihak keluarga dapat datang ke rumah sakit segera,” jelas seseorang dari seberang telepon.“Apa?!” pekik Hesti–terkejut. “baik, aku akan segera ke sana.”“Papa?” raut wajah Echa begitu cemas. Dia menoleh pada suaminya. “Mas, anterin aku rumah sakit.”Echa menghampiri Hesti untuk meminta ponsel miliknya, “Ma, aku ke sana duluan sama Mas Niko.”“Nggak. Kamu bareng Mama saja,” larang Hesti.“Aku akan mengantarkan kalian.” Berry mencoba memanfaatkan situasi, tapi yang bersangkutan sama sekali tidak tertarik.“Maaf, Ma, aku bareng Mas Niko saja,” balas Echa sambil berbalik pergi.“Echa! Mama bilang bareng Mama!” Hesti berteriak memanggil anaknya.Echa menghiraukan teriakan Hesti. Tanpa menunggu dia keluar rumah dan berangkat duluan ke rumah sakit.Lima belas menit kemudian, Niko dan Echa sudah berada di depan ruangan Fikram di rawat.“Dok, Papa kenapa? Ginjal Papa kembali berma
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

Bab 70. Perdebatan Suami-Istri

“Aku boleh …” Echa tampak ragu-ragu mengatakannya. Sejenak dia melirik ke arah Hesti dan Berry yang tersenyum padanya. “aku mau bicara berdua denganmu, Mas.”“Apa yang perlu dibicarakan lagi dengan orang ini, Echa?” kesal Hesti. “Kamu sayang Papamu, ‘kan?”“Maaf, Ma. Sebentar.” Echa segera menarik tangan Niko menjauh dari mereka.Tangan Niko langsung meremas jemari Echa yang lentik, berusaha menenangkan istrinya yang tampak gelisah, “Sabar, ya.” Echa menghembus napas pelan, “Iya, Mas. Tapi aku sangat takut,” katanya sambil menatap suaminya penuh arti. “menurutmu apa aku harus menerima tawaran Berry?”“Jangan, Echa.” Niko dengan cepat menggelengkan kepala. “Berry bukanlah orang baik. Niatnya penuh dusta.”“Aku tahu, Mas. Tapi aku nggak punya pilihan lain. Lagian syaratnya cuma memintaku kerja di perusahaannya. Aku janji akan berhati-hati. Aku nggak akan menerima makanan atau sesuatu dari Berry. Aku juga nggak akan mau diajak pergi berdua dengannya, walaupun itu berhubungan dengan peke
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status