Home / Urban / Suami Super Kaya / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Suami Super Kaya: Chapter 71 - Chapter 80

100 Chapters

Bab 71. Menentang Perintah Suami

Pesan terkirim. Sialnya lagi, daya baterai ponsel miliknya habis hingga mati.Ting!Di dalam mobil, Echa membuka pesan dari suaminya.‘Mas?’ Echa menatap layar ponsel dengan mata membulat.[JANGAN!]Pesan terakhir disertai emoticon marah dari suaminya itu sangat mengejutkan. Lantas dia pun langsung menghubungi Niko, tetapi nomor suaminya itu nonaktif.Echa menggelengkan kepala tak percaya. Dia tak menyangka Niko seegois ini.“Ada apa?” tanya Hesti yang duduk di sebelah Echa.“Nggak ada apa-apa,” kilah Echa sambil memaksakan senyuman.Namun, dengan cepat tangan Hesti mengambil ponsel milik Echa.“Ma, kembaliin hp Echa.” Echa berusaha merebut ponsel miliknya.Hesti menghiraukan dan membuka benda pipih itu. Ternyata dugaannya benar, perubahan ekspresi anaknya disebabkan oleh pesan dari Niko.“Tuh, ‘kan! Laki-laki ini memang brengsek! Berani sekali dia ngancam anakku seperti ini!” kesal Hesti. Dan tak lama kemudian dia tiba-tiba mengernyit.“Echa, jadi selama ini kamu sering ngebantah Mam
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 72. Mengawasi Istrinya

“Mas, maaf aku telah salah paham padamu. Tapi untuk masalah yang satu ini, maaf aku juga tidak bisa menurutimu, mas, ” tegas Echa.“Apa Mas menyusulku untuk membawaku pulang?” tanya Echa. “iya, Mas. Aku akan pulang, tapi setelah urusan kami selesai.”“Aku menunggumu di sini,” jawab Niko.“Terima kasih, Mas.”Dengan menahan rasa kecewanya dalam hati, Echa kembali menghampiri Mamanya. Sementara, Niko mengawasinya dari kejauhan, memastikan istrinya tidak disentuh oleh Berry.***Setelah memastikan Fikram mendapatkan pertolongan pertama, Hesti tiba-tiba berjalan sendirian menghampiri Niko yang masih terduduk di kursi tunggu.“Niko, belikan aku nasi goreng sana,” ketus Hesti sambil melemparkan uang dua puluh ribuan. “cepat, aku lapar.”“Baik, Ma,” jawab Niko sambil memainkan ponsel.“Loh, cepetan! Malah main hp. Nggak ada otak kamu, ya?” sempat-sempatnya Hesti berkata kasar.Niko menunjukkan layar ponsel miliknya, “Aku sudah memesankan Mama nasi goreng terenak di Onfood.”“Lama! Beli di se
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 73. Echa Mual

“Hueek!” Echa menunduk di atas closet yang terbuka. Niko mendekati dari belakang dan mengusap tengkuk beserta punggungnya.“Sayang, kamu kenapa?” tanya Niko lembut.“Paling aku masuk angin, Mas … Ah, lupa. Aku belum makan dari tadi siang. Mungkin ini penyebabnya,” jawab Echa, lalu membasuh mulutnya.“Duh, habis ini makan, ya.”“Iya, Mas.”“Sepertinya kamu nggak demam,” ucap Niko sambil memegang kening istrinya. “terus perutmu kembung, nggak?”Echa menggeleng pelan, “Nggak, Mas.”Niko berlanjut menekan area ulu hati sang istri, “Sakit?” dan istrinya menggeleng.“Kalau inimu?” Tangan Niko beralih memegang gunung kembar milik istrinya.“Aww …. Hish tanganmu nakal.” Echa tersenyum. Dia membalikkan badan dan menatap suaminya penuh cinta.“Nyeri nggak?”“Sedikit nyeri sih.” Dia melihat Niko mengatupkan mulutnya, melihat raut tampan yang terlihat bingung.Niko mengeryit. Yang terjadi pada Echa saat ini bukan gejala dari sakit maag dan masuk angin, tapi menunjukkan tanda-tanda kehamilan.“Ada
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 74. Pengorbanan Suaminya

“Mas kok bisa ada di sini? Tadi ‘kan masih di bawah?” tanya Echa.“Oh aku tadi naik lift Eksekutif,” jawab Niko jujur.“Loh, ‘kan.” Echa heran.“Ehem …” Danang berdehem pelan untuk menarik perhatian suami-istri itu. “aku bertemu suamimu di bawah. Jadi sekalian kami naik satu lift.”Echa mengangguk-angguk, “Oh, gitu.”“Duduklah. Bukankah ada yang mau dibicarakan?” tanya Danang.“Oh, Iya, Pak.” Seketika Echa melangkahkan kakinya. Dia memilih duduk tepat di samping suaminya.Echa menoleh ke samping saat Niko tiba-tiba berdiri, “Mas mau ke mana?” “Urusanku sudah selesai. Sekarang giliranmu. Good luck,” jawab Niko dengan senyuman kecil, kemudian dia beralih menatap Danang. “terima kasih, Pak.”“Sama-sama.”Echa sedikit kesal melihat Niko keluar dari ruangan, padahal dia berharap sang suami menemani dirinya untuk menghadap Danang.“Jadi, gimana? Ada keperluan apa kamu menemuiku?” tanya Danang.DEG!Pertama, Echa menerbitkan senyuman dan mencoba bersikap senormal mungkin, “Pak, maaf sebelum
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

Bab 75. Yang Membayar Hutang Bank

Niko dan Echa memutuskan pergi ke rumah orang tuanya untuk bertemu dengan pihak bank Bunapin.Baru menginjakkan kaki di sana, Niko langsung disambut dengan nada tinggi sang mertua, “Sampah nggak tahu diri! Ngapain kamu ikut-ikutan ke sini! Keluar, sana! Ini bukan urusanmu!” Detik ini Hesti masih belum mengetahui bahwa hutang-hutangnya sudah dilunasi oleh menantu yang dihina-hinanya.“Mas Niko suamiku, Ma. Urusanku juga menjadi urusannya,” sahut Echa sambil melirik seorang lelaki yang sudah duduk nyaman di sofa. “kenapa Mama lebih menghormati orang asing dibandingkan menantu Mama sendiri?” sindirnya.“Echa, jaga mulutmu!” Hesti memarahi anaknya dengan suara pelan. “jangan bikin dia tersinggung.”Laki-laki itu tak lain adalah Berry. Dia bersandar santai di punggung sofa. Kakinya terlipat. Tangannya datar di atas paha. Raut wajahnya puas bak atlet yang sebentar lagi akan menerima medali juara dunia. Menganggap dirinya sudah berhasil membuat Echa tak berkutik menerima tawarannya.“Echa,
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 76. Pengorbanan Menantu Yang Tak Dianggap

“Kamu menantangku?” tanya Berry sambil mengeluarkan ponsel miliknya, bermaksud untuk menakut-nakuti Niko.“Aku tidak bilang begitu. Tapi jika kamu ingin melaporkan, silahkan. Sekalian gandeng wartawan,” jawab Niko–santai.“Sudah dengar, ‘kan?” Echa menyambung. “selagi suamiku tidak salah, suamiku tidak takut.”Berry menciut. Pasalnya jika menggandeng wartawan, nama baik STAR Group bisa terseret jika laporannya tidak terbukti.Hesti mengernyit melihat ekspresi Echa. Sepertinya anaknya itu tahu segalanya.“Echa, jelaskan sama Mama. Sampah ini dapat uang miliaran rupiah dari mana? Bukannya keuntungan investasinya sudah ludes?”Echa sejenak menoleh pada suaminya dengan tatapan penuh cinta, sudah saatnya Mamanya menerima Niko sebagai menantu satu-satunya di keluarga ini.“Mama heran ‘kan melihat orang yang sering Mama remehkan ternyata bisa membantu kita?” tanya Echa dan Hesti hanya terdiam. “Ma, sebenarnya mulai hari ini Niko diterima kerja sebagai asisten direktur WARA Corp,” ungkapnya d
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 77. Bersitegang

“Mama jahat! Mama nggak punya hati!” pekik Echa dengan wajah berlinang air mata. “lebih baik Echa pergi dari sini! Echa nggak mau ketemu Mama lagi!”“Apaan sih?” Hesti juga berdiri–kesal. “Mama ngelakuin ini semua demi kebahagiaan kamu! Yang bisa ngebahagiain kamu itu–”“Bukan demi kebahagiaan Echa, tapi demi keuntungan Mama sendiri,” potong Echa.“Echa kamu mulai berani melawan Mama?!” suara Hesti meninggi. Kali ini dia benar-benar marah.“Ini bukan kedurhakaan, Ma. Taat dan berbakti kepada orang tua ada batasannya,” balas Echa. “jika orang tuanya bersikap sewenang-wenang terhadap anaknya, apalagi mengajarkan hal keburukan, haruskah anaknya berbakti? Mama harus instrospeksi diri.”“Echa, kamu!” Hesti yang emosi bergerak maju dan mengarahkan tangan kanannya ke wajah Echa. “anak durhaka!”Niko selalu melindungi Echa. Dia menangkap tangan Hesti di udara, “Jangan, Ma.”“Jangan ikut campur, Sampah! Echa, anakku!” mata tajam Hesti menghunjam Niko. “Echa, istriku,” balas Niko sambil melepa
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 78. Bagaikan Tebu

“Minta maaf? Bahkan aku ingin melemparkannya ke sarang buaya,” balas Echa sambil menatap Berry dengan tatapan berani.Lagi-lagi Hesti tercengang. Wajahnya berkeringat dingin, “Echa, sadar! Jangan teruskan kegilaanmu!”Berry mengepalkan tangannya kuat-kuat, “Sepertinya kamu perlu dikasih pelajaran Echa.” Berry melangkah maju menghampiri Echa dengan wajah merah padam, tapi langkahnya mendadak terhenti kala melihat seorang laki-laki yang berdiri di samping Echa tampak menatapnya dengan aura dingin yang begitu mengerikan.“Satu helai saja kamu menyentuh istriku, aku tidak jamin kamu bisa pulang malam ini,” ucap Niko–dingin.Tak mau kalah, Berry mengintimidasi lelaki itu, “Kamu tahu siapa aku, ‘kan? Jika kamu ingin selamat, jangan ikut campur. Kalau perlu serahkan istrimu kepadaku!”Niko menjawabnya dengan tatapan mematikan, dan itu sudah cukup membuat Berry gentar.Di titik ini, Echa memasang senyuman sopan, lalu mengangkat ponsel di tangannya, “Semua omonganmu terekam di sini.”seketika
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 79. Permintaan Mertuanya

“Mama?” Mata Echa terfokus pada layar ponsel. Dia seketika kesal.Dia kemudian mengangkat telepon itu, “Apa lagi, Ma?” “Mama ada di perumahan Grand Asri. Cepat keluar. Yang mana rumah temannya?”Echa menghembus napas-kesal, “Ngapain sih, Ma? Apa yang perlu dibicarakan lagi? Sudah kubilang aku nggak akan menerima tawaran Berry.”“Mama nggak perlu sama kamu. Mama ingin bicara 4 mata dengan suami sampahmu itu. ”“Apa yang mau–”“Jangan banyak ngomong. Di mana rumahnya?”“Aku tinggal di rumah no 23, sebelah timur,” jawab Echa dengan nada malas.Tak lama kemudian, Niko berjalan ke arah pintu rumahnya yang diketuk berulang kali. Saat pintu terbuka, dia melihat Hesti berdiri dengan tatapan kebencian. Dia menjulurkan tangannya kepada sang mertua tapi tidak dihiraukan sama sekali.Bahkan Hesti tiba-tiba menepis tangan Niko sambil berkata, “Nggak usah sok ramah.”“Ma, ada apa Mama malam-malam ke sini?” tanya Echa sambil berjalan mendekat. Nada bicaranya kentara jelas tidak suka dengan kedatang
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Bab 80. Kompetitor Bermain Curang

Echa mencoba melupakan kejadian buruk kemarin malam. Hari ini dia dan suaminya berangkat kerja bersama dengan penuh semangat.Sesampai di WARA Corp, mereka bertemu dengan Yono dan Dito yang sedang memegang sebuah maps cokelat.“Rapi banget pakai jas dan dasi segala. Mau melamar kerja? Haha percuma nggak bakalan diterima,” ejek Dito.“Aku saranin ngelamar di posisi ob aja biar peluang diterimanya lebih besar,” sambung Yono dengan tatapan meremehkan. Kemudian kedua orang itu tertawa keras.Niko menghiraukan, tapi tidak dengan Echa. Dia sangat gatal untuk membungkam mulut mereka.“Oh, ya? Teman yang kalian remehkan ini nggak perlu melamar kerja lagi. Teman kalian yang hina-hina ini sudah menjadi asisten direktur WARA Corp.”Dito dan Yono terdiam sejenak, tapi seperkian detik berlalu tawa mereka kembali terdengar keras.“Aduhhh Kak Echa ini bisa aja. Jangan segitunya dong ngebela suaminya,” ejek Dito.“Staff akuntan masih logis. La ini asisten direktur, ya nggak logis sama sekali. Terlalu
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status