All Chapters of Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir: Chapter 31 - Chapter 40

100 Chapters

31. Bergerak

**Rachel membatalkan niatnya untuk menuju ruang tengah rumah di mana meja makan berada siang ini, setelah ia melihat Binar juga berada di tempat yang sama. Perempuan itu sengaja membalikkan badan tepat di hadapan yang lebih muda, sehingga tampak jelas bahwa ia menghindar. Dan karenanya, Binar merasa begitu bersalah.“Memang itu tujuanku. Biar kamu tahu diri.” Rachel menyeringai di balik bahu sembari melangkah menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. “Aku sungguh muak dengan keberadaanmu di rumah ini.”Perempuan itu lantas meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja rias. Senyum asimetris kembali tersemat menghiasi bibirnya ketika ia melihat pesan masuk di sana.“Kalau ada uang saja mereka bisa bergerak cepat,” gerutunya sementara ia membuka beberapa foto yang dikirimkan oleh orang-orang yang ia bayar untuk ini. Seketika atensinya teralihkan kepada sosok di dalam layar ponsel.“Wah, dia memang salah satu dokter di rumah sakit kepercayaan William.” Nada suara itu mengandung keka
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

32. Jangan Jatuh Cinta

**Gio terbelalak setelah mendengar penuturan Rachel yang blak-blakan tanpa ditutup-tutupi. Dan lebih dari itu, apa yang perempuan itu sudah katakan? Ia bilang Binar merusak rumah tangganya?“Sebenarnya ini bukanlah urusan saya. Tapi sependek yang saya tahu, kalian berdua sudah setuju terkait keputusan William menikahi Binar itu? Kenapa sekarang anda malah menuduh Binar merusak rumah tangga? Aneh sekali.”Rachel merasa informasi terkait Gio yang ia dapatkan dari orang kepercayaannya memang akurat, saat ia melihat bagaimana raut wajah pria ini sekarang. Gio terlihat tidak terima saat Rachel mengatakan hal negatif tentang Binar kepadanya. Gio memang sudah cukup lama menaruh hati kepada istri kedua William Aarav tersebut.Namun, pria rupawan itu belum sempat bergerak terlalu jauh, sebab beberapa waktu terakhir ini Binar menghilang tanpa kabar.Pria itu menggeleng, kemudian. “Maaf, tapi sebenarnya masalah rumah tangga kalian bukanlah urusan saya. Saya permisi.”“Sayang sekali. Kalau mema
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

33. Pernyataan Gio

**Binar menoleh kepada jam yang menggantung pada dinding ruang tengah. Sekarang masih pukul setengah sembilan pagi, yang berarti ia masih punya waktu sangat panjang sampai nanti malam ketika William kembali pulang ke rumah. “Apakah aku harus menemui Mas Gio, terkait sama permintaannya tempo hari?” Perempuan itu menimbang-nimbang kemungkinan. “Bagaimana kalau Tuan William tahu dan akhirnya memarahiku? Dia sudah pernah bilang kalau aku nggak boleh ketemu sama laki-laki lain. Nah, tapi bagaimana juga kalau Mas Gio mau menyampaikan sesuatu yang penting tentang kehamilanku?”Binar teringat pesan dari Dokter Ardi beberapa hari yang lalu, yang mengatakan bahwa sang dokter belakangan sedang dalam keadaan kesehatan yang kurang baik. Jadi kemungkinan jadwal check up bulanan akan sering berubah.“Mungkin Dokter Ardi sudah melimpahkan beberapa tanggung jawab sama Mas Gio. Yah, itu bisa saja, kan? Mereka kan rekan sejawat.”Binar berusaha menanamkan pemikiran positif dalam benaknya. Ia menganggu
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

34. Permainan Rachel

**Apa alasan Binar selalu menolak Gio?Perempuan itu menggeleng sembari berusaha tersenyum. Benaknya mendadak dipenuhi bayangan tentang sang adik tiri, Mutia.Mutia yang jelas-jelas juga menyukai Gio, semenjak mereka bertiga beranjak remaja. Seperti sebuah keharusan dalam keluarganya, Binar wajib mengalah atas segala sesuatu kepada Mutia.“Nggak ada, Mas. Aku menolakmu karena aku nggak memiliki rasa kepadamu. Bukankah jahat kalau aku nggak suka denganmu, tapi aku paksakan menerima pernyataan kamu?”“Nggak, kamu bohong! Aku sangat tahu, kamu juga memiliki perasaan yang sama kepadaku.” Gio bersikeras. Wajahnya terlihat keruh ketika menatap lekat kepada perempuan di hadapannya. “Aku mengenalmu, Binar. Aku tahu kamu memiliki perasaan kepadaku sejak kita masih remaja dulu. Aku nggak mungkin salah.”“Baiklah, baiklah.” Binar memilih mengalah untuk menghindari perdebatan yang berkepanjangan, pada akhirnya. “Katakanlah aku memang memiliki perasaan sama kamu. Tapi itu sudah bertahun-tahun yan
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

35. Memanas

**Waktu sudah hampir mendekati jam makan siang ketika William baru sempat menengok ponselnya. Meeting bersama beberapa kolega serta rencana pembangunan hotel baru, membuat waktunya tersita sedemikian rupa seharian ini.Pria itu sekarang duduk bersandar di kursi kerjanya seraya menggulir layar ponsel. hal pertama yang terlintas dalam benaknya adalah menghubungi sang istri kedua.Binar, yang sudah ia rindukan.“Apa yang sedang dia lakukan di rumah?” gumamnya sembari menekan tombol panggil pada layar ponsel. Namun kening presiden direktur Diamond Group itu berkerut saat hanya beberapa kali dengung nada sambung yang terdengar dari seberang sana.“Kenapa dia nggak angkat teleponku? Tumben banget, biasanya dia nggak pernah lama-lama mengangkat telepon.”Setelah mencoba beberapa kali dan hasilnya tetap nihil, pria itu akhirnya menyerah. “Mungkin saja dia lagi tidur. Pagi tadi kan aku memang suruh dia istirahat di rumah saja.”Senyum tersungging pada bibir William saat memikirkan betapa Bina
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

36. Remuk

**William terbelalak di ambang pintu, terlihat tidak mempercayai pandangannya sendiri atas apa yang baru saja dilihatnya. Binar sedang berpelukan dengan Gio di dalam ruangan itu. Lalu ketika pintu menjeblak terbuka dengan tiba-tiba, kedua orang itu tampak saling menjauhkan diri dengan sangat gugup. “Binar!” William menyebut dengan kemarahan dingin pada nada suaranya. “Aku menyuruhmu istirahat di rumah hari ini. Bagaimana bisa kamu berada di sini, bersama laki-laki itu? Jadi seperti ini yang kamu lakukan saat aku sedang tidak berada di rumah?”“T-Tuan William … saya tidak–”“Tidak apa? Tidak mendengarkan kata-kataku?”Binar terlihat nyaris menangis. Ia menggeleng, berusaha turun dari ranjang untuk menyusul sang suami yang masih diam di ambang pintu ruangan, namun Gio menghalanginya.“Jangan bangun dulu, Binar. Tekanan darah kamu sangat rendah, nanti kamu bisa pingsan lagi.”“Tapi, Tuan William–”“Mau apa?” Kembali William menyahut dengan ketus. “Alasan apa yang kamu mau katakan? Aku
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

37. Misi Gagal

**Apa lagi ini?William mengernyit sembari memandang sang istri pertama yang baru saja duduk di sampingnya. Ia tidak tahu bahwa Rachel juga sudah mengetahui masalah tentang Binar. Entah dari mana perempuan itu tahu.“Apa maksudmu? Ada apa dengan bayi yang dikandung BInar?” tanya William datar. Ia tidak bermaksud sengaja bersikap dingin, namun saat ini ia benar-benar sedang berada dalam mood yang buruk.“Dia memiliki hubungan dengan seorang laki-laki lain.”“Maksudmu Gio? Rekan kerja Dokter Ardi itu, kan?”Kedua manik gelap Rachel melebar segera. “Ternyata kamu sudah tahu? Seorang temanku yang memberitahu hal ini. Kebetulan dia adalah salah satu pasien Gio.”“Ya, aku sudah tahu. Mereka hanya kawan lama, kok.” William menjawab sambil lalu, kemudian. Ia tidak berniat untuk membahas masalah ini dengan Rachel, sebab kepalanya terasa pusing sekali. William tidak ingin mengingat apa yang sudah ia lihat di rumah sakit tadi.“Kamu yakin mereka hanya kawan lama?” Namun satu yang lain terus men
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

38. Berbaikan

**William duduk berhadapan dengan Binar di dalam kamarnya. Sementara sang tuan memandang lurus ke arah istrinya, yang lebih muda menunduk dalam-dalam tanpa bisa mengucap sepatah kata pun.Sepasang suami istri itu baru saja sampai di rumah setelah sebelumnya William menjemput Binar dari rumah sakit. Terlihat raut keruh pada wajah pria berusia tiga puluh lima tahun itu, namun kentara sekali ia berusaha menyembunyikannya.“Katakan padaku, bagaimana kamu bisa sampai di rumah sakit itu, Binar?” William membuka suara setelah beberapa saat keduanya hanya saling terdiam. “Aku menyuruh kamu istirahat seharian ini, kan? Kenapa kamu malah berakhir dirawat, terlebih-lebih lagi bersama laki-laki itu?”Binar mengangkat wajah pelan-pelan. Sepasang netra sendunya memandang takut-takut ke arah suaminya yang tampan. Ia bertekad akan bicara jujur saja meskipun rasanya hampir pingsan saking takutnya.“Ma-maafkan saya, Tuan. Saya nggak bermaksud melanggar kata-kata anda. Hanya saja … tadi … tadi ….”“Tad
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

39. Berbagi Hasrat

**Kedua mata Binar melebar, dengan alarm tanda bahaya yang seketika berbunyi keras di dalam kepala. Perempuan itu menelan saliva, merasa takut namun entah bagaimana juga seperti tidak sabar menunggu apa yang akan suaminya lakukan selanjutnya.“Tu-Tuan, saya bilang ini masih sore. Dan ada Mbak Rachel di rumah, kan?”“Ck!”William bangkit dari tempat duduknya di hadapan Binar. Pada awalnya, Binar mengira sang tuan marah dan tidak jadi melanjutkan aktivitas mereka. Namun ternyata pria itu hanya berdiri untuk mengunci pintu kamar. Maka semakin ciut sajalah nyali Binar kini.“Sudah. Pintunya sudah terkunci, jadi nggak ada yang perlu kamu khawatirkan lagi.”“Maksud saya–”Perempuan itu tidak punya waktu untuk beradu argumen. William sudah kembali datang dan meraihnya lagi ke dalam dekapan. Dalam waktu singkat saja, kamar yang rapi dan harum itu sudah dipenuhi suara decak basah dua bibir yang saling berpagutan.Binar merasa pusing. Entah hanya perasaannya saja, atau sang suami belakangan in
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

40. Buah Simalakama

**Rachel hanya bisa menjawab pertanyaan suaminya dengan gelengan lemah. Air mata masih terus meluncur menuruni kedua pipinya, seiring isak yang kini kian keras. Pemandangan di hadapannya ini sungguh membuat dadanya sesak tak terkira.“Padahal aku ada di sini ….” Perempuan jelita itu bergumam tercekat. “Apakah kamu sama sekali nggak bisa menghargaiku sebagai seorang istri?”“Bukan beg–”“Setidaknya tunggulah sampai aku nggak ada di rumah. Apakah terlalu sulit untukmu menahannya? Sehebat itukah dia menggodamu?”Kali ini William yang tercekat. Harus ia akui, memang benar demikian. Ya, Binar memang semenggoda itu belakangan ini. Namun haruskah ia katakan itu kepada Rachel?“Maafkan aku. Aku sama sekali nggak bermaksud begitu.” Pria itu mendekati sang istri pertama. Bermaksud membujuknya agar tidak kian memperpanjang masalah ini.Namun sepertinya Rachel pikir masalah ini tidaklah sesederhana itu. Perempuan itu menolak uluran tangan prianya sebelum kemudian berlalu pergi dari sana, membawa
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status