All Chapters of Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir: Chapter 21 - Chapter 30

84 Chapters

21. Terhasut

**“Siapa yang mengaku dirinya dokter, Binar?”Hati Binar benar-benar mencelos mendengar pertanyaan itu. Ia menunduk dan meremas-remas jemarinya dengan gelisah. Iris hitamnya berkejaran ke sana kemari, mencoba memilih kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan sang suami.“Binar, kamu nggak dengar aku tanya apa?”Perempuan dua puluh lima tahun itu tersentak kaget begitu mendapat pertanyaan dengan nada agak keras. Ia kian bergeming ketakutan karenanya.“Binar, jawab!”“Itu … Mas Gio.” Terjawab juga, akhirnya. “Mas Gio yang waktu itu bertemu dengan kita malam-malam di supermarket.”Kerutan dalam menghiasi dahi William. Sekelebat ingatan menyapa benaknya, membuatnya membentuk seraut wajah dalam ingatan. Laki-laki yang menyapa istri keduanya dengan ramah malam itu.“Bagaimana bisa kamu bertemu dengan dia, ha?”“I-itu … Mas Gio adalah dokter yang menggantikan Dokter Ardi. Dokter Ardi pulang lebih cepat karena nggak enak badan, Tuan.”“Dia dokter?”“Saya juga baru tahu kemarin.”“Dan kenapa
Read more

22. Dia Bergerak!

**‘Binar, bagaimana keadaanmu? Apakah kamu baik-baik saja? Kamu nggak datang dalam jadwal check-up rutin kemarin.’Untuk kesekian kalinya, Binar mengabaikan pesan masuk di ponselnya dari nomor yang cukup sering menghubunginya belakangan ini. Dengan tidak nyaman perempuan itu memilih opsi hapus pada pesan yang sengaja tidak ia baca, kemudian berpura-pura tidak pernah menerimanya.Beberapa minggu berlalu, dan Gio sepertinya semakin gencar menunjukkan perhatian kepada perempuan itu. Sekalipun Binar selalu berusaha menampik dan sengaja tidak membalas, tapi usaha dokter muda itu gigih sekali.“Maaf, Mas Gio. Tapi untuk saat ini, aku nggak memiliki kapasitas untuk menjalin hubungan dengan siapapun,” tuturnya lirih. “Meskipun pada akhirnya ini akan berakhir, tapi saat ini aku adalah istri sah Tuan William. Aku nggak mau mengkhianati dia.”Binar ragu-ragu menekan pilihan blokir atau tidak pada nomor Gio itu, sebelum akhirnya memilih membiarkannya saja. Sepertinya agak berlebihan jika ia memi
Read more

23. Shock Therapy

**PRANG!William dan Binar yang sedang berada di dalam kamar sontak menoleh kala suara keras terdengar dari arah luar. Kedua orang itu terperanjat saat mendapati Rachel duduk bersimpuh di atas lantai sembari memegangi kepalanya. Serpihan kaca bekas pecahan gelas tampak berserakan di sekitarnya.“Mbak Rachel!” seru Binar kaget. “Mbak Rachel nggak apa-apa? Astaga, gelasnya pecah!”“Rachel! Astaga!” William terburu-buru beranjak mendekati sang istri pertama. Ia meraih bahu perempuan itu dan membantunya berdiri, menyingkir dari serpihan kaca. “Ada apa, Rachel?”“Kepalaku pusing,” desis sang nyonya rumah dengan dramatis, sembari memejamkan mata. “Tolong, Willy ….”“Kenapa tiba-tiba begini?”“Aku nggak tahu, kepalaku tiba-tiba saja pusing. Rasanya aku mau pingsan.”William sigap mengangkat tubuh istri pertamanya dan membawanya naik ke lantai atas. Tanpa menoleh sama sekali kepada Binar yang berdiri dengan cemas di belakangnya. Perempuan itu terdiam, menatap nanar kepada dua orang yang seka
Read more

24. Pemeriksaan

**“Apakah kamu nggak enak badan atau sesuatu? Kenapa kamu diam saja, Binar?” William bertanya dengan dahi berkerut saat keduanya sudah berada di dalam mobil, dalam perjalanan menuju rumah sakit.“Saya baik-baik saja.” Binar menjawab pendek.“Tapi kamu nggak kelihatan seperti itu.”“Nggak apa-apa, Tuan. Mungkin saya hanya agak lelah.”Di luar dugaan, setelah Binar berujar demikian, William lalu menepikan mobilnya ke bahu jalan dan menghentikannya di sana. Membuat yang lebih muda heran dan sedikit khawatir. Jangan-jangan pria rupawan itu akan menurunkannya begitu saja di pinggir jalan karena ia cemberut sejak tadi. Sungguh kekhawatiran yang konyol.“Tuan, kenapa kita berhenti?”“Sudah aku katakan, kamu nggak kelihatan seperti seseorang yang baik-baik saja.”Binar mengalihkan pandang kepada pria di sampingnya itu. Namun belum sempat ia mengucap kata dan bertanya apa maksud sang suami, pria itu sudah lebih dulu melepas seatbelt, kemudian mendekat dan menarik Binar dalam pelukan.Membuat
Read more

25. Going to Heaven

**Binar menatap dengan sedih mobil putih yang meluncur menjauhi halaman rumah. Ia menghela napas panjang, lantas menyingkir dari ambang pintu depan dengan nampan yang masih berada di tangan. Sebelumnya, perempuan itu lagi-lagi berinisiatif membawakan sarapan untuk Rachel. Kebetulan sang nyonya rumah sedang berada di kursi beranda depan, tengah bersiap-siap berangkat bekerja. Maka Binar berpikir ingin membawakan roti panggang dan teh untuknya. Namun apa yang terjadi, bukannya menerima, perempuan cantik itu justru berteriak kepada Binar, mengatakan bahwa ia tidak bisa sembarangan makan.“Berapa kali aku katakan kepadamu, tubuhku adalah investasiku! Aku harus menjaganya baik-baik! Kenapa nggak ngerti-ngerti juga?” Rachel berteriak demikian sembari melangkah pergi.“Aku hanya nggak ingin Mbak Rachel telat makan,” desahnya sembari membawa kembali nampan sarapannya dengan putus asa.Di tengah jalan, ia berpapasan dengan sang tuan.“Binar? Mau dibawa ke mana itu?”“Oh, ini ….” Sedikit gugup
Read more

26. Sebuah Permintaan

**“Ini untukmu, Binar.”Kedua manik hitam Binar seketika melebar kaget saat William meletakkan sebuah kotak mungil di atas meja di hadapannya. Binar yang sedang membaca buku sore itu segera menutup dan meletakkan novelnya, lantas beralih kepada benda yang barusan ditinggalkan sang tuan. Memandanginya dengan excited.“Tuan, apa ini?”“Coba kamu buka sendiri.”Binar mengambil kotak beludru berwarna hitam itu, kemudian membukanya. Untuk kedua kali kedua netranya membola. “Ini anting? Oh, ini cantik sekali!”William tersenyum ketika melihat sang istri tampak senang dengan benda pemberiannya. Itu adalah sepasang anting yang indah dengan detail mutiara putih nan berkilauan. William pikir anting dengan model sederhana itu akan cocok dengan pembawaan Binar yang sederhana pula. Meski tentu saja, harganya sangat amat tidak sederhana.“Ini untuk saya, Tuan? Tapi kenapa?”“Karena aku lihat kamu nggak pakai anting.”Binar tersipu mendengar penuturan suaminya. Tidak mengira bahwa pria itu akan mem
Read more

27. Dinner

**William membukakan pintu untuk Binar dan menunggu hingga perempuan itu duduk dengan baik di tempatnya sebelum menutup kembali pintu mobilnya. Hanya hal kecil, namun entah mengapa Binar merasa tersentuh. Pasalnya, perhatian kecil itu terasa tulus sekali.Ia mengalihkan pandang dari sang suami yang sudah bersiap di balik kemudi, kemudian. Menyembunyikan rona merah yang sama sekali tidak mau pergi dari wajahnya sejak pria itu mengetuk pintu kamarnya beberapa saat yang lalu.“Kamu nggak masalah dengan tujuan kita kan, Binar?” tanya William sementara menginjak pedal gas hingga SUV hitamnya melaju meninggalkan halaman rumah.“Bukankah kita mau makan malam, Tuan? Memangnya kita ada tujuan lain?”“Maksudku, kamu nggak masalah kan, kita makan malam di mana?”“Oh, itu ….” Lagi-lagi Binar tersipu. “Iya, saya nggak masalah, Tuan.”William tersenyum puas. Tanpa pertanyaan lagi, ia mengarahkan mobilnya untuk menyusuri jalanan malam yang agak ramai. Binar benar-benar tidak menanyakan tujuan merek
Read more

28. Posesif

**Rahang William seketika mengeras ketika mendengar pengakuan Gio. Sepasang alis presisi milik pria itu bertaut, dengan sorot netra tajam mengarah kepada dokter muda nan tampan di hadapannya.“Kenapa Tuan William? Anda kelihatan kaget sekali.” Nah, Gio sendiri justru melontarkan kata-kata yang memperkeruh keadaan. “Saya nggak mengatakan sesuatu yang salah, kok. Saya memang orang yang dekat dengan Binar.”“Ya terlepas dengan apakah anda ini orang yang dekat dengan Binar atau nggak, tapi saat ini Binar adalah istri saya. Apakah pantas mengatakan sesuatu seperti itu kepada saya, yang adalah suaminya?”“Ah, anda mengakui bahwa anda suaminya? Saya pikir anda hanya menjadi suaminya untuk sebab-sebab tertentu.”“Apa maksudnya itu?”Gio kembali melayangkan seringai, membuat William sebal sekali. Presdir Diamond Group itu masih melayangkan pandangan tidak bersahabat hingga beberapa saat kemudian. Ia sudah akan menanyakan lagi apa maksud Gio berkata seperti itu, sampai ia tidak sadar bahwa san
Read more

29. Insiden Pagi Hari

**“Selamat pagi, Binar.”Kedua netra Binar membola seketika. Ia sangat terkejut sebab ketika membuka mata pagi ini, hal pertama yang ia lihat adalah senyum William Aarav yang sanggup membuat hatinya meleleh. Binar sungguh berpikir dirinya masih bermimpi.“T-Tuan? Apa yang Tuan lakukan di dalam kamar saya?”“Hm? Apa kamu lupa? Kita tidur bersama semalam.”Tanpa peringatan apapun, kedua pipi Binar seketika bersemu merah. Perempuan itu reflek menarik selimut dan menutupi tubuhnya hingga sebatas dada. Membuat heran satu yang lain.“Kenapa kamu tutupi segala? Aku juga sudah tahu semuanya, dari ujung rambut hingga ujung kakimu.”Oh, sial sekali. Binar merasa wajahnya benar-benar terbakar. Ia berharap bisa membenamkan diri ke dalam ranjangnya dan tidak muncul lagi hingga minggu depan. Nah, namun ternyata sang tuan justru terkekeh.“Bangunlah, jangan malu-malu begitu. Cuci muka dan sarapan, hm? Aku akan menunggumu di ruang tengah.”“Apakah ini sudah siang, Tuan?”“Setengah sembilan pagi. Kam
Read more

30. Playing Victim (2)

**Binar bermaksud menarik dirinya dan menjauh dari William setelah melihat dan mendengar betapa murka sang nyonya rumah saat itu, namun sang suami menahan tubuhnya. Membiarkannya tetap dalam pelukan, meskipun di luar kamar, kini Rachel menatapnya dengan mata terbelalak penuh emosi.“Willy? Kenapa kamu memeluk dia seperti itu? Untuk apa kamu lakukan itu?” Wanita jelita itu terdengar seperti nyaris menangis saat mengatakannya. Ia menghentakkan kaki dengan tidak sabar.“Binar sedang sedih, Rachel. Hanya pelukan nggak ada salahnya, kan?”“Nggak ada salahnya, kamu bilang? Kamu memeluk perempuan lain di depan kedua mataku, dan kamu pikir itu nggak salah?”William sudah hampir kembali melayangkan argumen, namun Binar berhasil menarik dirinya menjauh terlebih dahulu.“Saya nggak apa-apa, Tuan. Tuan bisa meninggalkan saya sekarang–”“Nggak usah sok suci, kamu! Jujur saja, kamu juga senang kan mencuri kesempatan dalam kesempitan seperti itu? Aku tahu, kamu itu perempuan seperti apa!”Binar ter
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status