Share

40. Buah Simalakama

**

Rachel hanya bisa menjawab pertanyaan suaminya dengan gelengan lemah. Air mata masih terus meluncur menuruni kedua pipinya, seiring isak yang kini kian keras. Pemandangan di hadapannya ini sungguh membuat dadanya sesak tak terkira.

“Padahal aku ada di sini ….” Perempuan jelita itu bergumam tercekat. “Apakah kamu sama sekali nggak bisa menghargaiku sebagai seorang istri?”

“Bukan beg–”

“Setidaknya tunggulah sampai aku nggak ada di rumah. Apakah terlalu sulit untukmu menahannya? Sehebat itukah dia menggodamu?”

Kali ini William yang tercekat. Harus ia akui, memang benar demikian. Ya, Binar memang semenggoda itu belakangan ini. Namun haruskah ia katakan itu kepada Rachel?

“Maafkan aku. Aku sama sekali nggak bermaksud begitu.” Pria itu mendekati sang istri pertama. Bermaksud membujuknya agar tidak kian memperpanjang masalah ini.

Namun sepertinya Rachel pikir masalah ini tidaklah sesederhana itu. Perempuan itu menolak uluran tangan prianya sebelum kemudian berlalu pergi dari sana, membawa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status