Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 641 - Chapter 650

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 641 - Chapter 650

945 Chapters

Bab 641

"Guru! Aku nggak nyangka bakal bertemu denganmu pagi-pagi begini! Kamu mau ke mana?"Ternyata itu adalah Bima yang sudah lama tidak dijumpai Tirta. Hingga sekarang, Bima masih ingin berguru kepada Tirta.Bima sudah berusia 40 atau 50 tahun. Kepalanya bahkan sudah mulai botak. Namun, dia malah memanggil Tirta guru dan ekspresinya dipenuhi sanjungan. Tingkahnya ini memang lucu, sampai membuat Nabila tertawa."Haha. Tirta, siapa orang ini? Kenapa kelihatannya familier?""Bima, murid yang kuterima hari itu."Tirta juga menatap Bima dengan aneh dan tidak bisa menahan senyumannya saat melihat kelakuan Bima."Ya, ya. Kamu masih muda dan cantik. Kamu pasti pacar Guru, 'kan? Berarti aku harus panggil Ibu." Bima tidak lupa menyanjung Nabila saking senangnya."Ibu? Lucu sekali! Aku masih muda lho!" Nabila merangkul lengan Tirta sambil tergelak. Dia hampir kehilangan keseimbangannya."Gimana latihan titik akupunktur yang kuajari? Apa ada yang kamu nggak ngerti?" Karena mereka bertemu di sini, apal
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 642

"Sepertinya Tabir ini memang ahli kaligrafi dan seni lukis yang sangat hebat. Ya sudah. Kalau kamu ingin lihat, kita ke sana saja." Tirta menjadi tertarik setelah mendengarnya. Selain itu, dia tidak mungkin mengecewakan Nabila."Haha. Ayo, aku bawa kalian ke sana." Karena Tirta telah menyetujuinya, Bima pun menuntun jalan dengan senang hati.Bima juga naik mobil kemari. Hanya saja, dia punya sopir dan tidak berkemudi sendiri seperti Tirta. Bima mengajak Tirta naik mobilnya, tetapi Tirta menolak.Sekitar setengah jam kemudian, Bima dan lainnya tiba di depan sebuah rumah kuno seluas ratusan meter persegi. Pintu masuknya bercat merah dan terdapat dua patung singa berwibawa di kedua sisi.Sementara itu, di dinding halaman setinggi dua meter, terlihat lukisan pemandangan yang dilukis dengan tinta. Ini membuat nuansa rumah menjadi makin elegan.Tirta mencari tempat untuk memarkir mobilnya. Sesudah turun dari mobil, dia melihat antrean panjang di depan pintu. Dilihat dari penampilan mereka, p
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 643

"Aku awalnya ingin memberi mereka pelajaran setelah pesta ulang tahun kakekku lewat. Tapi, karena mereka berani datang kemari, mana mungkin aku mengampuni mereka begitu saja!"Ternyata, Aaris adalah cucu Tabir. Aaris menggertakkan gigi barunya sambil menatap Tirta dan Nabila dengan penuh kebencian."Ya. Nanti kita cari kesempatan untuk memberi mereka pelajaran. Berengsek! Kita nggak boleh membiarkan mereka lolos begitu saja!" pekik seorang pemuda yang tulang rusuknya patah karena ditendang Tirta."Aaris, lihat pria paruh baya di samping mereka. Sepertinya itu Bima dari Perguruan Gagak Hitam." Tiba-tiba, seorang pemuda di samping Aaris memperhatikan Bima. Dia terdengar agak takut saat berbicara."Benar. Mereka seharusnya murid baru Pak Bima." Kedua pengawal yang berjaga bisa menilai bahwa Aaris punya masalah dengan Tirta. Mereka buru-buru maju untuk memberi tahu identitas Tirta."Sialan! Rupanya dia murid Bima!" Bima sangat terkenal belakangan ini. Dia mengalahkan banyak pimpinan sekola
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 644

Ketika mendengar ejekan orang-orang di sekitar, Nabila dan Bima langsung maju. Meskipun pertanyaan Tirta memang konyol, mereka tidak ingin Tirta diperolok-olok.Tirta melambaikan tangan dan berkata dengan santai, "Biarkan saja mereka tertawa. Lagian, ejekan mereka nggak bakal membuatku rugi. Tapi, sebenarnya ini tulisan apa? Aku benaran nggak ngerti.""Artinya musim semi. Tulisannya memang agak berantakan. Wajar kalau kamu nggak bisa baca. Tirta, gimana kalau kita pulang saja? Lagian, nggak ada yang menarik di sini." Nabila awalnya sangat menyukai karya Tabir. Namun, setelah melihat Tirta diejek, dia menjadi tidak suka lagi. Dia pun menarik Tirta untuk membawanya pergi.Bima hendak menghalangi, tetapi merasa tidak tega melihat Tirta ditertawakan. Asalkan Tirta berniat pulang, Bima akan mengikutinya."Kita sudah datang, untuk apa buru-buru pergi? Aku memang nggak ngerti, tapi lihat-lihat bukan masalah kok. Kalau aku benaran dapat kaligrafi ini, boleh juga digantung di rumahku." Tirta ma
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 645

Semua hadirin terkejut dengan situasi ini. Seorang pria tua berusia 70-an tahun menatap gadis itu, lalu menatap pria paruh baya itu. Kemudian, dia melihat seorang pria tua yang usianya sudah hampir 100 tahun duduk di belakang mereka.Saking antusiasnya, janggut pria tua itu sampai bergetar. Dia berseru, "Aku pernah lihat foto Pak Saba! Bukan cuma keturunan Pak Saba yang datang, tapi Pak Saba sendiri juga ada di sini! Kalian lihat pria tua beruban yang duduk di kursi itu! Itu Pak Saba! Sepertinya kita nggak bakal dapat hasil karya Pak Tabir hari ini!"Semua orang mengikuti arah pandang pria tua itu. Setelah melihat Saba, orang-orang mengangguk dan berkata."Ya! Itu Pak Saba! Aku nggak nyangka Pak Saba akan datang ke acara ulang tahun Pak Tabir hari ini!""Kita beruntung sekali!""Kami nggak bakal berebutan dengan Pak Saba lagi! Hasil karya Pak Tabir untuk Pak Saba saja!"Ketika melihat para tamu mengalah kepada mereka, gadis dan pria paruh baya itu pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Mer
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 646

"Diam! Kamu masih berani bilang nggak bohong? Kamu palingan lebih besar dua atau tiga tahun dariku. Mana mungkin menguasai ilmu medis! Jangan sembarangan bicara ya! Kak, beri bocah itu pelajaran!"Gadis itu tidak percaya. Sambil menatap Tirta dengan dingin, dia menginstruksi pria paruh baya di belakangnya."Tenang saja, Nona. Aku pasti akan memberinya pelajaran!" Begitu mendengarnya, pria paruh baya bernama Lutfi langsung maju dan hendak memberi Tirta pelajaran."Mampus! Siapa suruh dia mengutuk Pak Saba sembarangan!" Orang-orang di sekitar merasa Tirta pantas diberi pelajaran."Berhenti! Kita bicarakan baik-baik kalau ada masalah! Nggak usah main tangan begini!" Bima buru-buru mengadang di depan Tirta untuk melindunginya saat melihat Lutfi hendak mengambil tindakan. Meskipun agak takut, Bima tidak mundur.Tindakan Bima ini membuat Tirta cukup tersentuh. Orang di belakang Lutfi adalah Saba, tetapi Bima masih melindunginya. Bisa dilihat bahwa Bima tulus padanya. Saat ini, Tirta pun meng
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 647

Saat ini, seorang pria tua beruban berjalan keluar dari belakang aula. Pria tua ini tidak lain adalah Tabir, ahli kaligrafi dan seni lukis.Tabir sedang beristirahat di belakang tadi. Ketika mendengar Saba datang, dia segera menghampiri. Setelah melihat Saba, dia buru-buru menyapanya."Pak Tabir, nggak usah sungkan begini. Aku juga sudah tua. Nggak perlu disambut. Lanjutkan saja kerjaanmu. Anggap aku nggak ada di sini," sahut Saba dengan tenang.Meskipun Saba berkata demikian, Tabir tidak mungkin mengabaikan kedatangannya. Tabir segera menyuruh pelayan menyajikan teh terbaik, lalu menyuruh pelayan melayani Saba. Bahkan, Tabir juga menuliskan kaligrafi untuk Saba.Dengan begitu, orang-orang melupakan masalah Tirta....."Hei! Kalian! Berhenti! Kalian sudah datang ke rumahku, tapi mau kabur begitu saja? Jangan harap!" pekik seseorang.Begitu Tirta, Nabila, dan Bima datang ke halaman, mereka langsung diadang oleh Aaris dan lainnya. Aaris telah memanggil puluhan bawahannya, makanya terliha
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 648

"Ya, Pak Bima. Bukannya dia muridmu? Kenapa kamu malah bilang gurumu?" Para pemuda yang mengikuti Aaris pun bertanya dengan kebingungan, apalagi saat melihat Bima marah besar."Tirta memang guruku! Berani sekali kalian ingin mematahkan kakinya di hadapanku! Keterlaluan!" Bima mendengus dan melayangkan tamparan ke wajah Aaris beberapa kali lagi. Aaris tidak bisa melawan sedikit pun.Kemudian, Bima menarik beberapa pemuda yang mengikuti Aaris. Mereka dihujani pukulan bertubi-tubi.Sebelum Aaris dan lainnya tersadar dari keterkejutan, Bima menatap Aaris dan membentak, "Kamu bilang mau panggil kakekmu kemari, 'kan? Panggil saja! Aku bukan siapa-siapa, tapi aku nggak bakal membiarkan orang menghina guruku! Aku mau lihat gimana kakekmu bakal menyikapi masalah ini!"Ketika melihat sikap Bima yang angkuh, Aaris sangat murka. Dia memegang wajahnya yang bengkak sambil menunjuk Tirta dan Bima. "Oke, kalian tunggu saja! Kalian tunggu di sini!"Saat ini, ada banyak tamu yang berdatangan. Keributan
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 649

Bima segera berkata kepada Tirta dengan lirih, "Guru, maafkan kecerobohanku. Kalau terjadi masalah, biar aku yang tanggung. Kamu bawa Bu Nabila pergi saja."Ketika melihat Bima cemas seperti ini, Tirta menggeleng dan menyahut dengan sungguh-sungguh, "Kamu muridku. Masalah ini disebabkan olehku. Kalau aku mencampakkanmu, aku nggak pantas disebut gurumu.""Te ... terima kasih, Guru!" Bima merasa terharu mendengarnya. Saat ini, sosok Tirta yang tidak termasuk kekar seketika terlihat sangat mulia di mata Bima."Tirta, keturunan Pak Saba membela Aaris. Apa kita bisa pergi dengan selamat?" tanya Nabila yang tanpa sadar menggenggam tangan Tirta dengan makin erat karena terlalu cemas. Kedua matanya mengejap."Huh! Sekarang kalian sudah takut, 'kan? Bukannya kalian sangat sombong tadi? Kalau takut, cepat berlutut. Kemudian, aku bakal tampar wajah kalian sampai hancur!" Saat melihat Nabila ketakutan, Aaris menjadi makin percaya diri.Setelah masuk ke aula utama tadi, Aaris baru tahu kakeknya men
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 650

Sejak awal, kesan orang-orang terhadap Tirta memang sudah buruk. Setelah mendengar ucapan Tabir, mereka pun langsung percaya. Orang-orang menunjuk Tirta dan membentak."Dasar bocah! Masih muda, tapi sudah pintar bohong! Kamu terlalu menjijikkan!""Kamu kira kami semua bodoh?""Mau kamu jelasin sampai mulutmu kering, kami nggak bakal percaya!"Tentunya, yang berteriak paling keras adalah teman-teman Aaris. Para wanita sontak menatap Tirta dengan tatapan penuh kebencian."Ini pertama kalinya aku melihat orang yang begitu menjengkelkan!""Cih!"Aaris merasa lega melihat respons orang-orang. Dia tidak menyangka orang-orang akan memercayai kebohongannya.Jadi, Aaris menatap Tirta sambil tersenyum dingin dan bangga. Tidak ada gunanya Tirta mengatakan kebenaran. Tidak akan ada yang percaya padanya! Tirta akan mendapat ganjarannya hari ini!"Tirta nggak bohong kok! Kenapa kalian nggak percaya padanya? Aaris ini memang ingin ...." Saking paniknya, Nabila hampir menangis."Diam! Kamu pacarnya, p
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more
PREV
1
...
6364656667
...
95
DMCA.com Protection Status