Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 621 - Chapter 630

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 621 - Chapter 630

945 Chapters

Bab 621

Seketika, ekspresi Lukman dan istrinya langsung berubah menjadi terkejut, sekaligus marah."Anakku sudah terluka begini, kenapa kalian masih memborgolnya?" bentak Lukman terhadap beberapa polisi tersebut."Pak Lukman, ini ... Bapak lihat saja sendiri," jawab seorang polisi paruh baya sambil menghela napas."Aku lihat sendiri? Mau lihat apanya?" Lukman mengerutkan alisnya dengan kebingungan."Mahanta! Ada apa denganmu? Siapa yang mukul kamu sampai begini? Ibu akan cari orang untuk balaskan dendammu!" Pada saat ini, Naraya berlari ke hadapan Mahanta dan menggenggam tangannya dengan erat sambil berlinang air mata."Dada ... aku mau dada besar!" seru Mahanta. Dia sama sekali tidak memedulikan ucapan Naraya, melainkan hanya memelototi dadanya sambil meneteskan air liur. Dia tampak benar-benar bodoh dan linglung. Jika bukan karena diborgol, mungkin dia sudah mencoba meraih tangan ke arah ibunya."Mahanta, kamu ngomong apaan? Aku ini ibumu, kamu nggak kenal aku lagi?" Naraya tiba-tiba merasa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 622

"Tirta, apa yang mau kamu bilang? Katakan saja, nggak apa-apa. Lagi pula, lauknya masih belum disajikan," tanya Nabila dengan penasaran."Ya, Tirta, katakan saja langsung. Kita semua sekeluarga, nggak ada yang perlu dirahasiakan," pungkas Betari sambil terkekeh-kekeh."Baiklah, kalau begitu aku terus terang saja. Bukankah Kak Nabila sudah mau kembali ke kuliah dalam waktu dekat?" Tirta mulai menjelaskan pemikirannya, "Aku mau belikan sebuah rumah untuknya di kota. Dengan begitu, ke depannya dia akan lebih mudah ke kampus dan nggak usah bolak-balik pulang ke desa lagi.""Kalau Paman dan Bibi khawatir Kak Nabila tinggal seorang diri di kota dan nggak ada yang rawat dia, aku bisa belikan satu rumah lagi di sebelahnya untuk kalian."Sebenarnya, ini adalah cara yang terpikirkan oleh Tirta untuk membuat Nabila tidak kembali ke desa. Dengan begitu, Nabila tidak akan tahu tentang masalahnya dan Melati."Wah, sebenarnya Paman memang sudah berniat untuk belikan dia rumah dari dulu. Sayangnya, ke
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 623

"Mau dari mana aku dapat uang?" sergah Agus."Apa maksudmu? Kamu ngeluh karena aku nggak kerja ...?" Baru saja Betari hendak mengatakan sesuatu lagi, Tirta telah melambaikan tangannya dan menyela."Pertimbangan Paman memang ada benarnya, tapi Paman dan Bibi sudah lelah bekerja selama ini. Begini saja, Paman nggak usah jadi kepala desa lagi. Biar aku saja yang berikan biaya hidupnya setiap bulan. Kalian hidup nyaman saja di kota."Meskipun Nabila tidak pulang, jika Agus bersikeras ingin pulang ke desa, masalah Tirta dengan Melati pasti akan ketahuan. Tirta tentu tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, jadi dia memutuskan untuk menggunakan uang untuk menyelesaikan masalah.Mendengar hal itu, mata Agus langsung berbinar penuh semangat. Dia bertanya dengan penuh antusias, "Haha, Tirta, kamu benar-benar perhatian sama Paman. Jadi, rencananya kamu mau kasih Paman berapa banyak?""Sebenarnya, Paman nggak butuh banyak. Yang penting cukup buat hidup nyaman saja," lanjutnya."Nggak termasuk banya
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 624

"Ya, benar juga. Lihat saja, aku memang sudah pikun. Kalau begitu, Paman yang minum sendiri saja." Agus merasa dirinya seolah-olah sedang bermimpi.Nasi sudah menjadi bubur, Nabila juga tidak bisa banyak berkomentar lagi. Hanya saja, dalam hatinya tak kuasa berpikir bahwa Tirta benar-benar memperlakukannya sangat baik. Berpacaran dengan Tirta adalah keputusan yang benar.Setelah selesai makan, Tirta memanggil pelayan dan mencari tahu tentang beberapa lokasi tempat tinggal di sekitar kampus Nabila. Kemudian, mereka pun bergegas ke tempat itu dengan mengendarai mobil."Gedung Prima, tempat ini cukup bagus ya. Ayo, Kak Nabila, kita masuk dan lihat-lihat," kata Tirta sambil berjalan bersama Nabila dan yang lainnya setelah setengah jam berkendara. Mereka berhenti di area parkir sebuah kompleks perumahan mewah yang asri dan penuh dengan gedung-gedung tinggi.Tirta dan rombongan kemudian berjalan menuju kantor penjualan."Selamat datang, ada yang bisa kami bantu? Apakah Anda sedang mencari ti
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 625

Dari seberang telepon, terdengar suara yang kebingungan, "Ada masalah, Pak Lukman?""Aku mengerti. Segera kirim orang untuk kepung mereka. Jangan biarkan mereka kabur sebelum aku tiba!" ujar Lukman tegas, lalu langsung menutup telepon.Di kantor penjualan, meskipun merasa bingung, mereka tetap tidak berani melanggar perintah Lukman."Pak Lukman, apa kami butuh mengirimkan orang untuk membantu Bapak?" Melihat Lukman bangkit dari tempat duduknya, petugas patroli paruh baya itu mencoba menawarkan bantuan dengan nada menjilat."Nggak perlu, biar aku sendiri yang tangani masalah ini. Apa pun yang terjadi, anggap saja kalian nggak pernah tahu," jawab Lukman dengan nada tegas, lalu meninggalkan kantor patroli dengan cepat."Kelihatannya, anak muda yang bernama Tirta itu benar-benar dalam masalah besar. Terserah dia mau cari masalah sama siapa saja, tapi kenapa harus dengan anaknya Lukman? Lukman dulu orang dari dunia mafia!"Petugas patroli paruh baya itu menghela napas karena merasa simpati
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 626

Sementara semua ini terjadi, Tirta masih belum mengetahui apa yang sedang berlangsung di luar. Saat ini, dia bersama Nabila dan keluarganya sedang melihat-lihat sebuah rumah yang sudah direnovasi dengan dipandu oleh Herlina.Rumah tersebut memiliki tiga kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi. Luasnya sekitar 140 meter persegi, dengan balkon besar di ujung ruang tamu yang memberikan pemandangan indah.Hal yang paling menarik perhatian adalah rumah ini sudah dilengkapi dengan perabotan dan peralatan elektronik, sehingga pembeli tidak perlu membeli apa pun lagi.Bahkan, Nabila yang awalnya enggan membiarkan Tirta membeli rumah, akhirnya merasa kagum dengan tempat ini."Wah, lihat TV besar ini! Lebih besar dari meja di rumah kami!""Lihat sofa dan ranjang besar ini, nyaman sekali! Bak mandi ini juga bisa masuk dua orang!""Rumah ini benar-benar cantik dan mewah!"Betari dan Agus terus-menerus melontarkan pujian sambil berjalan ke sana kemari mengagumi setiap sudutny
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 627

Mendengar hal itu, Tirta langsung mengingat kembali apa yang dikatakan Nabila sebelumnya. Dia bertanya kepada kepala petugas keamanan, "Bos kalian namanya Lukman dan anaknya Mahanta, ya?""Betul, kamu kenal bos kami?" tanya kepala keamanan dengan sedikit bingung."Nggak kenal dan nggak perlu kenal. Kalau aku mau pergi, kalian nggak akan bisa menghentikanku. Tapi, kalau bos kalian mau selesaikan urusan ini, suruh dia cepat datang. Jangan buang waktuku."Tirta sudah bisa menebak bahwa dia pasti tidak sengaja membeli rumah di bawah kepemilikan ayah Mahanta. Berhubung hal ini melibatkan Lukman, Tirta langsung memutuskan untuk tidak melanjutkan pembelian, meskipun rumah itu memang sangat bagus. Setelah urusan dengan Lukman selesai, dia berniat membawa Nabila dan keluarganya untuk mencari rumah di tempat lain."Kamu ini sombong sekali! Bos kami sedang dalam perjalanan, sebentar lagi dia sampai. Tunggu saja!" jawab kepala keamanan dengan nada meremehkan sambil menatap Tirta dari atas ke bawah
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 628

Anak buah Lukman yang setia dan patuh, tidak ragu-ragu sedikit pun saat mendengar perintah dari bos mereka. Dalam sekejap, salah satu dari mereka telah maju dan hendak mendorong Agus ke samping."Paman, sebaiknya Paman, Nabila, dan Bibi masuk ke kamar untuk berlindung dulu. Nanti akan kupanggil kalian kalau sudah beres," kata Tirta sambil menarik Agus kembali."Oke, Tirta, hati-hati. Kami sembunyi dulu," jawab Agus dengan ketakutan. Dia tidak ingin mengambil risiko lagi dan buru-buru membawa Nabila serta Betari ke dalam ruangan untuk bersembunyi.Kini, belasan anak buah Lukman telah mengepung Tirta. Setengah dari mereka bahkan membawa pisau yang tajam dan berkilauan, membuat siapa pun yang melihatnya merasa gentar."Herlina, cepat keluar, ini bukan urusanmu!" Satu-satunya orang yang tidak ada kaitannya di sana adalah Herlina. Kepala keamanan lantas menariknya keluar dari ruangan."Hei, bocah! Berani-beraninya kamu mukul anak bos kami sampai jadi idiot. Sudah siap mati?" tanya salah sat
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 629

Sambil berbicara, Tirta menekan kepala Lukman ke lantai dengan kakinya saat pria itu berusaha bangkit."Kamu ... kamu mau apa?" Tanpa sadar, Lukman menelan ludah dengan gugup. Meskipun dia sudah melewati banyak situasi berbahaya dalam hidupnya, entah mengapa dia merasa ketakutan saat menghadapi Tirta yang jauh lebih muda darinya. Rasa takut ini membuatnya merasa sangat malu dan marah!"Apa mauku? Aku mukul anakmu sampai terluka parah dan kamu datang untuk membunuhku. Jadi, untuk membela diri, sepertinya wajar kalau aku membuatmu menjadi idiot ... atau mungkin membunuhmu. Pak Lukman, menurutmu mana yang lebih cocok?" tanya Tirta sambil memicingkan matanya.Lukman telah membawa anak buahnya untuk membunuh Tirta secara terang-terangan. Tentu saja Tirta tidak berniat membiarkannya pergi begitu saja."Anak muda, jangan gegabah! Sebenarnya, pikirkan lagi baik-baik. Bagaimanapun, kamu yang duluan melukai anakku. Wajar saja kalau aku bawa orang untuk membuat perhitungan denganmu. Kalau kamu me
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 630

Mendengar hal itu, Lukman mengira dirinya salah dengar. Mengapa Tirta bisa membunuh seseorang di depan mata kepala kepolisian tanpa ditahan? Siapa sebenarnya bocah ini? Apa dia benar-benar sehebat itu?"Pak Mauri, kamu ini polisi yang adil dan baik. Kenapa kamu malah nggak mengambil tindakan apa pun melihat orang ini melakukan tindakan kriminal di hadapanmu? Apa kamu nggak takut posisimu akan terancam kalau aku menyebarkan kejadian ini?" tanya Lukman yang merasa tidak puas."Hehe, Lukman, kamu ini benar-benar nggak tahu malu ya. Jelas-jelas kamu yang mengancam Tirta duluan. Jangankan aku, bahkan Pak Saad sekalipun nggak akan melindungimu kalau dia datang. Kalau nggak percaya, kamu suruh saja dia datang sekarang juga," ujar Mauri sambil tersenyum sinis."Apa?" Mendengar jawaban Mauri yang begitu yakin, Lukman akhirnya paham dia telah menyinggung orang yang tangguh.Lukman terpaksa memohon lagi terhadap Tirta, "Nak, aku memang bersalah untuk kejadian sebelumnya, tapi aku sudah tahu kesal
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more
PREV
1
...
6162636465
...
95
DMCA.com Protection Status