Share

Bab 648

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 18:00:01
"Ya, Pak Bima. Bukannya dia muridmu? Kenapa kamu malah bilang gurumu?" Para pemuda yang mengikuti Aaris pun bertanya dengan kebingungan, apalagi saat melihat Bima marah besar.

"Tirta memang guruku! Berani sekali kalian ingin mematahkan kakinya di hadapanku! Keterlaluan!" Bima mendengus dan melayangkan tamparan ke wajah Aaris beberapa kali lagi. Aaris tidak bisa melawan sedikit pun.

Kemudian, Bima menarik beberapa pemuda yang mengikuti Aaris. Mereka dihujani pukulan bertubi-tubi.

Sebelum Aaris dan lainnya tersadar dari keterkejutan, Bima menatap Aaris dan membentak, "Kamu bilang mau panggil kakekmu kemari, 'kan? Panggil saja! Aku bukan siapa-siapa, tapi aku nggak bakal membiarkan orang menghina guruku! Aku mau lihat gimana kakekmu bakal menyikapi masalah ini!"

Ketika melihat sikap Bima yang angkuh, Aaris sangat murka. Dia memegang wajahnya yang bengkak sambil menunjuk Tirta dan Bima. "Oke, kalian tunggu saja! Kalian tunggu di sini!"

Saat ini, ada banyak tamu yang berdatangan. Keributan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 649

    Bima segera berkata kepada Tirta dengan lirih, "Guru, maafkan kecerobohanku. Kalau terjadi masalah, biar aku yang tanggung. Kamu bawa Bu Nabila pergi saja."Ketika melihat Bima cemas seperti ini, Tirta menggeleng dan menyahut dengan sungguh-sungguh, "Kamu muridku. Masalah ini disebabkan olehku. Kalau aku mencampakkanmu, aku nggak pantas disebut gurumu.""Te ... terima kasih, Guru!" Bima merasa terharu mendengarnya. Saat ini, sosok Tirta yang tidak termasuk kekar seketika terlihat sangat mulia di mata Bima."Tirta, keturunan Pak Saba membela Aaris. Apa kita bisa pergi dengan selamat?" tanya Nabila yang tanpa sadar menggenggam tangan Tirta dengan makin erat karena terlalu cemas. Kedua matanya mengejap."Huh! Sekarang kalian sudah takut, 'kan? Bukannya kalian sangat sombong tadi? Kalau takut, cepat berlutut. Kemudian, aku bakal tampar wajah kalian sampai hancur!" Saat melihat Nabila ketakutan, Aaris menjadi makin percaya diri.Setelah masuk ke aula utama tadi, Aaris baru tahu kakeknya men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 650

    Sejak awal, kesan orang-orang terhadap Tirta memang sudah buruk. Setelah mendengar ucapan Tabir, mereka pun langsung percaya. Orang-orang menunjuk Tirta dan membentak."Dasar bocah! Masih muda, tapi sudah pintar bohong! Kamu terlalu menjijikkan!""Kamu kira kami semua bodoh?""Mau kamu jelasin sampai mulutmu kering, kami nggak bakal percaya!"Tentunya, yang berteriak paling keras adalah teman-teman Aaris. Para wanita sontak menatap Tirta dengan tatapan penuh kebencian."Ini pertama kalinya aku melihat orang yang begitu menjengkelkan!""Cih!"Aaris merasa lega melihat respons orang-orang. Dia tidak menyangka orang-orang akan memercayai kebohongannya.Jadi, Aaris menatap Tirta sambil tersenyum dingin dan bangga. Tidak ada gunanya Tirta mengatakan kebenaran. Tidak akan ada yang percaya padanya! Tirta akan mendapat ganjarannya hari ini!"Tirta nggak bohong kok! Kenapa kalian nggak percaya padanya? Aaris ini memang ingin ...." Saking paniknya, Nabila hampir menangis."Diam! Kamu pacarnya, p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 651

    "Kak Nabila, kamu sembunyi dulu di belakang. Jaga dirimu, nggak usah khawatirkan aku!" ucap Tirta kepada Nabila melihat situasi seperti ini. Dengan kecepatan tinggi, dia menerobos ke dalam kerumunan dengan ekspresi marah."Hahaha ... dasar bodoh! Kamu kira bisa hadapi orang sebanyak ini dengan tangan kosong? Ayo hajar saja. Lebih bagus lagi kalau hajar sampai mati di tempat!" seru Aaris seraya tertawa dingin saat melihat Tirta menerobos ke kerumunan.Pandangan itu melampaui kerumunan, jatuh pada sosok Nabila yang canggung di sudut ruangan. Wajahnya tampak penuh keserakahan. Namun, tubuh Tirta saat ini sudah sekuat baja. Bahkan tanpa mengerahkan seluruh kekuatannya sekalipun, kemampuannya jauh melampaui para antek kecil ini.Bagaikan harimau yang menerobos para kawanan domba, semua lawannya langsung berjatuhan dan terluka parah. Senjata mereka sama sekali tidak ampuh melawan Tirta.Hanya dalam beberapa saat, belasan orang tampak sudah tersungkur di bawah pukulan Tirta. Sementara itu, Bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 652

    "Ngomong sembarangan apa kamu? Yang kukatakan itu semua kenyataan. Jangan kira kamu bisa memutarbalikkan fakta hanya karena kamu jago bela diri!"Tabir tidak menyangka Tirta akan sehebat itu. Menghadapi tudingan Tirta, dia merasa ketakutan hingga terhuyung mundur beberapa langkah. Sementara itu, Aaris dan beberapa pemuda lainnya juga semakin ketakutan.Melihat Tirta yang berjalan mendekat, mereka hampir saja mengompol di celana!"Oh ya? Kelihatannya kamu nggak bakal jera sebelum diberi pelajaran. Kalau begitu, biar cucumu saja yang jelaskan pada semua orang!"Tirta memang bukan tipe orang yang mudah diperlakukan semena-mena. Setelah difitnah dan ditekan oleh Aaris dan Tabir, dia tidak akan membiarkan mereka lepas begitu saja! Dia berniat membongkar wajah asli mereka di depan semua orang supaya mereka mendapat pelajaran.Di saat Tirta baru saja hendak menggunakan jarum hipnotis pada Aaris, muncul seorang gadis berwajah tegas yang mengadang di hadapannya."Besar sekali nyalimu! Berani-be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 653

    Selain itu, pakaiannya juga dipenuhi dengan noda darah yang membuatnya tampak sangat menyedihkan. Jelas sekali, tuduhannya terhadap Tirta tadi telah terbantahkan. Tuduhan sengaja melukai orang itu lebih tepat jika ditujukan pada Aaris dan Tabir.Di saat Shinta masih merasa malu menghadapi pertanyaan dari Tirta, Tirta kembali melanjutkan, "Nona, kutanyakan satu hal lagi padamu.""Kalaupun memang benar aku ingin memaksa mereka mengakui bahwa mereka telah memfitnahku, kenapa saat mereka memanggil orang untuk menyerang, Nona nggak berusaha menghentikannya? Tapi waktu aku bertindak, Anda justru ingin memanggil orang untuk menangkapku?""Bisakah Nona memberiku penjelasan yang masuk akal?" lanjut Tirta.Shinta tidak menyangka bahwa Tirta mampu membaca pikirannya dengan begitu jelas. Namun, untuk pertanyaan kedua Tirta, dia akhirnya menemukan alasan dan menjelaskan."Itu karena masalah ini ditimbulkan olehmu. Kamu yang bersalah duluan, makanya aku nggak menghalangi keluarga Tabir. Kalau memang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 654

    "Bu, cara apa yang mau digunakan Guru? Bukannya akupunktur itu untuk pengobatan? Apa bisa digunakan untuk interogasi?" tanya Bima dengan panik saat melihat Nabila berseru."Kali ini tebakanmu benar. Jarum perak mungkin cuma bisa digunakan sebagai pengobatan di tangan orang lain. Tapi kalau di tangan Tirta, fungsinya jadi sangat besar! Kamu lihat saja sendiri. Nanti Aaris bakal mengungkapkan kebenarannya sendiri!" bisik Nabila dengan percaya diri saat melihat sosok Tirta dari belakang."Baik, Bu. Aku akan perhatikan dengan baik."Mendengar hal itu, Bima terpaksa menahan rasa penasarannya dan melihat ke arah Tirta."Bukannya mau interogasi? Kenapa kamu bawa jarum perak? Memangnya mau ngobatin orang?" Puluhan tamu di tempat itu merasa kebingungan melihat Tirta, termasuk Shinta.Pada saat ini, Aaris dan Tabir malah tampak santai saat melihat Tirta mendekati mereka."Dasar bodoh. Aku salut sama keberanianmu berani mengajukan persyaratan yang nggak bisa direalisasikan ini di hadapan Bu Shint

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 655

    Tabir yang merasa panik langsung mengadu pada Shinta, "Nona Shinta, kamu lihat sendiri, 'kan? Dia sama sekali nggak berniat untuk interogasi, melainkan mau mencelakai cucuku!""Nona Shinta, dia sudah mencelakai cucuku sampai begini, Anda harus menuntut keadilan untukku!"Melihat kondisi Aaris yang bagaikan telah lumpuh, Shinta juga beranggapan bahwa Tirta memang sedang mencelakainya. Dengan alis mengernyit, dia memarahi Tirta, "Sialan, keterlaluan sekali kamu! Seharusnya aku nggak percaya sama omong kosongmu tadi!""Cepat obati Pak Aaris sekarang juga. Kalau nggak, aku bakal kurung kamu seumur hidup di penjara!"Shinta merasa bahwa jika bukan karena dia yang menyetujui untuk membiarkan Tirta menginterogasi Aaris, Aaris juga tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Oleh karena itu, dalam hatinya merasa bersalah dan marah.Saat berbicara, dia mengangkat tangannya untuk menampar Tirta dengan keras.Plak! Tangan Shinta yang putih mulus itu langsung ditangkap Tirta di tengah udara."Nona Sh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 656

    Benar saja. Setelah mengetahui kebenarannya, Shinta merasa marah sekaligus malu hingga wajahnya tampak pucat. Perlu diketahui bahwa dia ini adalah cucu dari tangan kanan mantan penguasa negara dan dewa perang, Saba!Dari orang tua sampai saudara-saudara dan kerabatnya, semuanya memegang posisi dan kekuasaan penting di negara ini. Dengan status Shinta saat ini, mungkin hanya segelintir orang yang mampu disandingkan dengannya.Biasanya, orang akan bersikap hormat, segan, dan bahkan menyanjungnya saat bertemu. Namun, ternyata dia malah diperalat oleh Aaris dan Tabir dalam kejadian hari ini. Apalagi, semua ini dilakukan di hadapan banyak orang! Mana mungkin Shinta bisa menerima semua ini?Shinta bergegas maju ke hadapan Tabir untuk mempertanyakannya, "Pak Tabir, sia-sia saja aku melindungimu tadi. Nggak kusangka kamu malah membohongiku! Apa kamu nggak merasa bersalah sudah memanfaatkan kepercayaanku?"Menghadapi pertanyaan dari Shinta, wajah Tabir sontak memucat dan langkahnya menjadi limb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 871

    Ayu mengingatkan dengan suara lemah tapi tegas, "Satu jam saja ya. Setelah itu apa pun kondisimu, kamu nggak boleh ganggu kami lagi!"Tirta membalas, "Hehehe. Tenang saja, Bibi. Apa pun kondisiku, aku pasti akan bikin kalian puas kok!"Dengan sekali gerakan, Tirta memelesat masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu kayu itu rapat-rapat. Bagaimanapun, malam ini dia masih punya janji dengan Susanti. Namun sebelumnya, dia memutuskan untuk bersenang-senang bersama Ayu dan Melati dulu.....Tirta sedang asyik bersenang-senang di kamar mandi bersama Ayu dan Melati. Tubuh mereka makin erat dan begitu intens hingga sulit dipisahkan.Dalam kegelapan malam di luar, sesosok tubuh ramping terlihat mendekati klinik dengan bantuan cahaya redup dari layar ponsel. Namun saat melewati kamar mandi, suara-suara aneh terdengar dari dalam. Suara itu membuat langkahnya terhenti."Itu suara Ayu, Melati ... dan Tirta? Astaga ...." Orang itu ternyata adalah Farida. Dia baru saja lembur untuk mempercepat pro

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 870

    Mendengar suara Tirta yang tidak sabar, Ayu merasa kesal sekaligus lucu. Dia membalas, "Dasar bocah nakal, kenapa sih pikiranmu selalu tentang hal itu? Hari ini, Bibi lagi nggak enak badan. Jadi, jangan harap ya. Lain kali saja.""Lain kali kapan? Nggak bisa, harus malam ini. Aku sudah dua hari nggak sentuh Bibi, rasanya nggak tahan lagi!" seru Tirta. Dia segera mengaktifkan mata tembus pandangnya.Melihat dua tubuh indah yang bersinar putih bersih di balik pintu kamar mandi, Tirta hampir tidak bisa mengalihkan pandangannya. Bahkan, air liurnya hampir menetes."Hmph! Kalau gitu, kamu teruskan saja berandai-andai. Malam ini, Bibi benar-benar nggak tertarik!" ucap Ayu sambil tertawa. Dia sebenarnya sengaja meledek Tirta.Makin Ayu menolak, Tirta makin merasa tergoda. Dia pun beralih coba membujuk Melati, "Kak Melati, tolong buka pintu. Aku juga kangen sama kamu. Aku ingin memelukmu baik-baik!"Melati yang sedang di dalam kamar mandi mengikuti isyarat Ayu untuk terus meledek Tirta. Dia me

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 869

    Setelah melepaskan sepatu, kaus kaki, dan pakaian luar, Arum naik ke ranjang dan bersiap untuk istirahat."Baiklah, kita langsung tidur saja. Ranjangnya nggak terlalu besar, kita berdua harus agak berdesakan. Maaf ya kalau ini merepotkanmu," ucap Yanti sambil mematikan lampu dan berbaring di samping Arum.....Sementara itu, Tirta sudah mengantar Nia kembali ke Desa Kosali dan kini sedang dalam perjalanan kembali ke kliniknya.Hanya dalam beberapa menit, Tirta sudah sampai di klinik. Saat turun dari mobil, dia membawa beberapa buku rahasia seni bela diri yang diberikan Lutfi dan berniat mempelajarinya saat ada waktu luang.Di klinik, Ayu dan Melati sedang mencoba menenangkan beberapa anak harimau yang terus saja menangis keras. Namun, kedua harimau besar tidak terlihat di sekitar.Meski Ayu dan Melati sudah mencoba berbagai cara, mereka tetap tidak bisa membuat anak-anak harimau itu tenang."Bibi, Kak Melati, kalian pergi mandi saja. Biarkan aku yang urus anak-anak harimau ini," ucap T

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 868

    Arum merasa sangat canggung. Dia berucap, "Aduh ... Bu Yanti, mana mungkin aku bisa membantumu memeriksa hal seperti ini ...."Arum baru saja hendak menyarankan bahwa jika memang ada sesuatu yang aneh, biasanya akan terasa atau terlihat jelas. Namun, Yanti tidak memberinya kesempatan untuk melanjutkan bicara. Segera, Yanti melepas semua pakaiannya.Pemandangan itu membuat wajah Arum memerah. Dia segera memalingkan pandangannya karena merasa tidak nyaman.Yanti memberi tahu, "Arum, kita ini sama-sama wanita. Jadi, kamu nggak perlu merasa canggung. Kalau kamu nggak membantuku periksa, aku benar-benar nggak tahu harus minta tolong pada siapa lagi.""Kalau nggak bisa memastikan apa yang terjadi, malam ini aku nggak akan bisa tidur dengan tenang," ucap Yanti sambil memegang tangan Arum dengan penuh harap.Mendengar kata-kata tersebut, Arum tidak punya alasan lagi untuk menolak. Selain itu, dia juga ingin memastikan apakah Tirta benar-benar melakukan sesuatu yang tidak pantas kepada Yanti. K

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 867

    Tirta menyalakan mobil dan mengantar Nia meninggalkan klinik."Wah, ini mobil Mercedes Maybach ya? Aku dengar harganya bisa sampai beberapa miliar. Tirta, aku benar-benar nggak sangka, ternyata kamu ini orang kaya yang diam-diam menyembunyikan kekayaanmu!" seru Nia dengan kagum sambil duduk di kursi belakang.Tirta membalas sambil tersenyum, "Aku bukan orang kaya seperti yang kamu bayangkan. Tapi kalau kamu bekerja dengan baik dan nanti kebun buah kita berkembang besar, kamu juga bisa beli mobil seperti ini."Nia menjulurkan lidahnya sambil membalas, "Benarkah? Kamu ini benar-benar jago bercanda. Bisa duduk di mobil seperti ini saja, aku sudah merasa cukup puas. Sepertinya, seumur hidupku aku nggak akan mampu membeli mobil seperti ini.""Jangan terlalu pesimis. Apa pun bisa terjadi kalau kita berusaha," jawab Tirta santai, lalu tidak melanjutkan pembicaraan.....Sementara itu, Arum baru saja tiba di rumah Yanti. Sebelum sempat mengucapkan apa pun, Yanti langsung menariknya ke kamar da

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 866

    "Tentu. Kalau punya waktu luang, aku juga bisa bantu kalian mengelola kebun buah. Mungkin aku bisa cari beberapa pekerja. Kalian cukup mengawasi mereka saja," ucap Tirta sambil tersenyum.Nia menambahkan dengan nada santai, "Benar. Lagian, kalian semua wanita-wanita cantik dan anggun. Pekerjaan berat seperti itu nggak perlu kalian lakukan sendiri."Komentarnya membuat Ayu dan Melati tertawa. Salah satu dari mereka berujar, "Aduh, dia benar-benar pintar omong!""Aku rasa, nggak perlu cari pekerja," tanggap Arum yang baru saja datang sambil membawa dua piring lauk terakhir. Dia melanjutkan, "Kami bertiga terlalu sering menganggur, sampai hampir sakit karena bosan. Melakukan sedikit pekerjaan fisik juga bagus untuk melatih tubuh.""Tapi, ada syaratnya ya. Kami harus jadi orang pertama yang mencicipi buah-buahan yang matang nanti!" tambah Arum sambil bercanda."Tentu saja itu bukan masalah!" balas Nia sambil tertawa lepas. Dia memang memiliki kepribadian yang ceria dan mudah akrab. Dalam w

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 865

    Pada akhirnya, Nia hanya bisa tersenyum pahit tanpa daya. Setelah berpikir sejenak, Tirta berucap, "Masalahnya cuma ini? Ayahmu terlalu pilih kasih pada anak laki-laki.""Kak Nia, kalau kamu benaran yakin bisa mengelola kebun buah dengan baik, aku bisa keluarkan uangnya untuk modal. Kita kerja sama saja. Di Desa Persik, masih banyak tanah kosong. Untuk menyewanya juga nggak terlalu mahal," lanjut Tirta.Sebenarnya, Tirta punya pemikiran praktis. Jika ada kebun buah di dekat Desa Persik, nanti Ayu dan yang lainnya tidak perlu repot-repot pergi ke kota kecil untuk membeli buah. Ini bisa sangat memudahkan.Nia ragu sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Ide itu sih bagus. Masalahnya kalau untung nanti, gimana kita bagi hasilnya?""Aku cuma mau jadi investor yang lepas tangan. Kalau ada untung, kamu ambil bagian terbesar. Aku cuma minta sedikit saja. Selain itu kalau nggak ada kesibukan, aku mau bawa bibiku dan yang lainnya ke kebun untuk makan buah segar. Itu saja sudah cukup," jawab Tirta d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 864

    Tirta bertanya dengan nada terkejut, "Waktu kecil aku menepuk pantatmu? Serius? Kok aku nggak ingat sama sekali?"Nia membalas, "Tentu saja kamu nggak ingat. Waktu itu, kamu baru 3 atau 4 tahun. Kamu masih pakai celana berlubang pula. Aku lebih tua sedikit darimu, jadi masih ingat kejadian itu.""Kalau dipikir-pikir, kita ini sebenarnya sudah kenal dari lama, 'kan?" jelas Nia yang menutup mulutnya sambil tertawa geli. Dada putihnya sedikit bergetar."Uhuk, uhuk ...." Tirta berdeham, lalu menggaruk kepalanya dengan sedikit canggung.Tirta melanjutkan, "Sepertinya memang ada kejadian seperti itu. Waktu kecil, aku suka nggak tahu aturan. Hampir semua anak perempuan yang datang ke klinik untuk suntik, pasti pernah aku tepuk pantatnya. Gara-gara kebiasaan buruk itu, aku sering kena marah dan dipukul orang tuaku.""Wajar saja kamu kena pukul. Oh ya, orang tuamu di mana sekarang? Kok aku nggak melihat mereka?" tanya Nia. Dia menghentikan tawanya dan terlihat sedikit serius."Orang tuaku menin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 863

    Tirta tetap menunjukkan ekspresi tenang dan santai ketika berucap, "Lagian kalau kamu tetap di luar, aku juga nggak bisa mengobatimu. Lebih baik kita masuk bareng.""Itu memang harimau, aku nggak mungkin salah lihat ...." Nia bersikeras dengan pendapatnya. Namun, dia tahu bahwa menerima perawatan Tirta di luar bukanlah pilihan. Jadi meskipun dengan hati berat, dia mengikuti Tirta dan Melati masuk ke dalam klinik.Ketika mereka masuk, Ayu keluar dari dapur karena mendengar suara mereka. Dia bertanya, "Tirta, mana bajumu? Wanita ini sudah aku suruh masuk dari tadi, tapi dia tetap nggak mau. Dia datang untuk mengobati penyakit apa sih? Apa Bibi perlu membantumu nanti?"Mendengar ucapan Ayu, wajah Nia langsung memerah. Jelas sekali dia tidak ingin orang lain tahu bahwa dia mencari Tirta untuk mengobati dadanya."Bajunya kotor, jadi aku buang. Nia cuma ada masalah kecil kok. Nggak perlu bantuan, Bibi. Aku bisa menyelesaikannya sendiri," jawab Tirta sambil menggeleng. Pria itu bisa memahami

DMCA.com Protection Status