Dokter Ajaib Primadona Desa의 모든 챕터: 챕터 21 - 챕터 30

1359 챕터

Bab 21

"Apa?" Ayu tercengang sekejap, lalu bertanya dengan kegirangan, "Tirta, kamu benar-benar sudah sembuh?""Tentu saja, kalau nggak percaya kamu periksa saja."Ayu langsung memalingkan pandangannya dengan wajah yang memerah."Syukurlah kalau sudah sembuh. Dengan begitu, kamu bisa cari wanita lain kelak atau bersama Nabila. Kamu mau menikah juga Bibi nggak akan menghalangimu,'' balas Ayu."Nggak, aku nggak mau cari wanita lain. Aku ...." Tirta menatap Ayu dengan lekat-lekat, tetapi Ayu langsung memalingkan wajahnya dan memarahinya, "Jangan bicara sembarangan. Mana mungkin pria dewasa nggak cari istri. Mengenai penyakitmu yang sudah sembuh ini, kelak Bibi akan bantu kamu untuk lebih memperhatikannya lagi."Perkataan Ayu ini juga untuk mengingatkan dirinya sendiri. Meskipun mulutnya menolak, sebenarnya hatinya merasa agak cemburu.Melihat suasana hati Ayu yang tiba-tiba memburuk, Tirta mengira Ayu takut Tirta menjauhinya setelah punya pacar nanti. Oleh karena itu, dia menghibur Ayu, "Bibi te
더 보기

Bab 22

Pukul satu atau dua siang adalah masa-masa paling panas. Tirta berlari keluar rumah di bawah sinar matahari yang terik, tapi malah tidak merasa kepanasan sama sekali. Di sekitar toko kecil itu ada pohon willow dan ladang jagung. Saat itu, Tirta bersembunyi di belakang pohon willow dan menarik Nabila ke ladang jagung.Saat tiba di sini, Tirta tiba-tiba teringat kembali dengan bokong Nabila yang sintal dan adegan saat dia melihat tubuh Nabila."Gadis itu lumayan juga. Kalau aku bisa menikahinya dan memeluknya sambil tidur setiap hari, pasti akan sangat nyaman rasanya." Setelah bernostalgia sejenak, Tirta benar-benar melihat Nabila yang berjalan ke arahnya. Akan tetapi, di sampingnya ada seorang pemuda yang tinggi dan kurus, serta memakai kacamata.Pria itu berpakaian rapi dan terlihat sangat alim dengan kacamatanya. Nabila dan pemuda itu berbicara dengan asyik dan sesekali terdengar suara tawa yang nyaring. Sementara itu, sorot mata pria itu terlihat sangat bergairah menatap Nabila."Nab
더 보기

Bab 23

"Argh!" teriak pria itu. Perawakan pria itu lumayan tinggi dan tegap, tapi tak disangka dia langsung terbang begitu ditendang Tirta. Apalagi semua ini terjadi di hadapan Nabila, sehingga membuatnya semakin merasa malu.Pria itu langsung memakinya, "Beraninya kamu memukulku? Apa kamu tahu siapa aku ini?""Aku nggak tahu siapa kamu, tapi aku ini ayahmu! Akan kuhabisi kamu, anak sialan!" Tirta duduk di atas tubuh pria itu dan langsung menghajarnya habis-habisan. Hanya dalam sekejap, pria itu telah dipukul hingga babak belur dan terus merintih kesakitan."Tirta, hentikan! Kenapa kamu memukul orang?!" teriak Nabila dengan panik sambil buru-buru menahan Tirta."Jangan sentuh aku. Kamu sakit hati karena aku memukulnya? Kenapa kamu membelanya sampai seperti itu?" bentak Tirta yang sedang dalam emosi. Tirta bisa melihat bahwa pria itu jelas-jelas menyukai Nabila. Jika tidak, reaksi Tirta juga tidak akan sebesar ini!"Sakit hati apanya?" Nabila terkejut karena dibentak oleh Tirta hingga menetesk
더 보기

Bab 24

Tirta menoleh melihat Agus, bukankah pemuda yang berdiri di sampingnya itu adalah pria yang dipukulnya tadi? Selain itu, dinilai dari sikap Agus, pria itu sepertinya memiliki kedudukan yang tinggi."Dasar pengecut, malah manggil orang?" Tirta malas berdebat dengan Agus. Dia hanya berbisik pada Nabila dan menyuruhnya untuk datang nanti malam, lalu melarikan diri."Sialan! Cepat sekali larinya bocah tengik itu!" Saat Agus dan pemuda itu berhasil menyusul, Tirta malah sudah tidak terlihat lagi."Huh! Untung saja dia cepat kabur. Kalau nggak, aku pasti akan menghabisinya!" ancam pemuda itu."Apa yang dia bilang padamu tadi? Kenapa kamu menangis? Si bocah tengik itu lagi-lagi mengganggumu?" tanya Agus pada Nabila."Nggak bilang apa-apa, dia cuma suruh aku minta maaf pada Malvin. Katanya dia mengaku salah," jawab Nabila sambil menghindari tatapan Agus dan meremas jarinya dengan gugup."Sekarang baru tahu salah? Sudah terlambat! Suruh dia sendiri yang minta maaf padaku!" Mendengar ucapan Nabi
더 보기

Bab 25

"Jangan bicara sembarangan. Aku sudah lama nggak mengintip janda mandi," balas Tirta dengan wajah tersipu. Dulu dia masih kekanak-kanakan dan sering membawa Agatha untuk mengintip janda mandi. Akan tetapi, dia bahkan tidak bisa melihat dengan jelas. Sebenarnya saat itu Tirta hanya penasaran dengan wanita."Lho, sekarang kamu sudah tahu malu ya?" ejek Agatha saat melihat reaksi Tirta yang malu-malu. Seketika, hatinya juga ikut bergejolak."Sekarang aku sudah dewasa," balas Tirta sambil menggaruk kepalanya dan melihat dada Agatha dengan bingung. "Kenapa kamu sekarang jadi mirip sapi perah? Bukannya dulu cuma seukuran jeruk? Kamu ganjal sesuatu ya?" tanya Tirta lagi."Cih, kamu yang sapi perah! Kamu yang pakai ganjalan! Memangnya aku nggak boleh puber?" balas Agatha sambil memukul Tirta dengan kesal.Agatha memiliki sepasang mata yang bundar. Saat tersenyum, dia terlihat seperti sedang merayu Tirta. Hal ini membuat hati Tirta tergoda. "Aku nggak percaya. Kamu berani kupegang untuk membukt
더 보기

Bab 26

"Jangan! Aku bisa nangis nih!" seru Tirta. Dia merasa ada hawa dingin yang berembus di bawah celananya."Hahaha, kamu sampai ketakutan begini ...." Sebelum menyelesaikan perkataannya, Agatha tiba-tiba melirik ke arah kejantanan Tirta yang tampak membesar."Kamu ... sudah sembuh? Sejak kapan?!" tanyanya dengan kaget."Kamu baru pulang, aku belum sempat cerita padamu," jawab Tirta sambil terkekeh-kekeh. "Gimana? Mau coba nggak?""Nggak! Minggir sana! Kalau sudah sembuh, jangan pernah harap bisa sentuh aku lagi!" teriak Agatha dengan tatapan waswas. Dia merasa Tirta seperti hendak menanggalkan semua pakaiannya dan melakukan perbuatan jahat pada dirinya. Kalau begitu, tentu saja tidak boleh!"Kamu juga tahu sendiri, aku hidup di desa ini nggak ada wanita lain. Hidupku jadi terasa membosankan. Kalau nggak, mana mungkin aku minta bantuan padamu? Itu karena aku merasa hubungan kita sudah sangat dekat." Tirta sengaja menunjukkan ekspresi yang sedih untuk menarik simpati Agatha."Tetap saja ngg
더 보기

Bab 27

"Sialan, ulah siapa ini?" Tirta bergegas pulang ke rumah, tetapi tetap tidak melihat sosok Ayu di sana. Seketika, dia menjadi semakin panik. Tiba-tiba, Tirta teringat dengan perkataan Abbas tadi siang. Mereka mau meniduri bibi Tirta!"Abbas sialan. Kalau ini benar-benar ulahmu, akan kuhabisi kamu!" Tirta bergegas lari ke toko di depan desa dengan tatapan yang berapi-api. Setelah orang tuanya meninggal, Ayu adalah satu-satunya keluarga bagi Tirta. Jika sampai terjadi sesuatu pada Ayu, Tirta tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukannya. Perjalanan ke toko yang seharusnya memakan waktu belasan menit, kini ditempuh oleh Tirta dalam lima menit."Abbas sialan, keluar kamu! Di mana bibiku?!" teriak Tirta seraya menendang pintu toko itu hingga terbuka. Di dalamnya ada beberapa wanita paruh baya yang sontak terkejut. Tirta melihat ke sekeliling ruangan itu, tapi tidak menemukan sosok Abbas. Hal ini membuatnya semakin panik."Anak sialan, kamu salah makan obat ya? Berani-beraninya kamu ber
더 보기

Bab 28

"Tiduri dia! Harus tiduri dia sampai puas! Kalau nggak, sia-sia kita dipukul pagi ini!" Orang yang sedang berbicara adalah Abbas dan Enes. Lantaran masih kesal karena dipukul Tirta tadi pagi, mereka menculik Ayu dan ingin membalas dendam padanya!"Jangan mendekat ...." Pada saat ini, Ayu benar-benar ketakutan. Dia tidak ingin disentuh oleh pria-pria busuk ini. Sebab, dia tidak akan bisa berhadapan dengan Tirta nantinya jika sampai dinodai!"Kita ini sama-sama penduduk desa. Kalau Tirta melakukan kesalahan pada kalian, aku mewakilinya minta maaf. Nggak perlu sampai begitu.""Apa gunanya minta maaf? Lebih baik tiduri kamu!" seru Abbas sambil terkekeh-kekeh. Dia sudah membayangkan adegan nikmat saat meniduri Ayu."Ya, jangan harap Tirta akan datang menolongmu. Jangan-jangan dia sudah sedang dimakan harimau sekarang!" kata Enes sambil menatap Ayu dengan tatapan berbinar. Saat pergi ke klinik tadi, mereka tidak melihat sosok Tirta sama sekali, sehingga mereka beranggapan bahwa dia pasti sud
더 보기

Bab 29

"Tirta, hati-hati! Jangan gegabah!" teriak Ayu dengan cemas. Dia tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi. Namun, dia khawatir Tirta tidak bisa melawan Enes dan yang lainnya sekaligus."Bibi tenang saja. Kalau mereka berani menyentuhmu, aku akan membuat mereka menanggung akibatnya!" balas Tirta yang sedang di puncak emosinya."Kamu mau berlagak? Aku nggak semudah itu ditindas! Kalau nggak kuhabisi kamu hari ini, jangan panggil aku Enes!" teriak Enes sambil mengangkat kursi dan hendak menghajarnya ke kepala Tirta."Berengsek!" maki Tirta. Dia melayangkan tinjunya untuk menyambut serangan Enes.Brak! Kursi di tangan Enes langsung hancur dan berserakan ke mana-mana. Sementara itu, tinju Tirta masih terus mengarah ke pundak Enes. Seiring dengan suara derakan, Enes merasakan bahwa pundaknya telah hancur dan dia berteriak dengan histeris."Cih, dasar sampah!" maki Tirta. Dampak yang paling mengerikan dari tinjunya ini adalah bisa membuat Enes lumpuh selamanya dan hidupnya akan jadi sangat
더 보기

Bab 30

Fenny telah bertekad untuk bercerai. Dia meludahi Abbas, lalu pergi tanpa menoleh sama sekali. Saat berpapasan dengan Tirta, Fenny menghentikan langkahnya dan berkata, "Maafkan aku, Tirta. Aku salah paham padamu tadi. Kalau bukan karena kamu, aku masih nggak tahu wujud asli si bajingan itu. Kalau kamu butuh bantuan kelak, hubungi saja aku. Anggap saja aku berutang budi padamu."Tirta mengangguk sekilas dan tidak berkomentar apa pun."Berengsek! Semua ini gara-gara kamu! Aku nggak akan mengampunimu!" teriak Abbas dengan murka saat melihat Fenny tidak mau lagi kembali padanya."Semua itu ulahmu sendiri. Kalau kamu nggak menculik bibiku, mana mungkin kamu akan berakhir seperti ini?" Tirta mendengus sekilas, lalu berbalik dan pergi bersama Ayu.Lagi pula saat ini Abbas tidak ada bedanya lagi dengan orang lumpuh. Sekujur tubuhnya telah banyak tulang yang patah. Tirta juga tidak perlu khawatir dia bisa berbuat macam-macam lagi."Tirta, kenapa kamu bisa menyinggung mereka?" tanya Ayu dengan k
더 보기
이전
123456
...
136
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status