Semua Bab Dokter Ajaib Primadona Desa: Bab 41 - Bab 50

1001 Bab

Bab 41

Sejujurnya, Tirta tidak ingin memedulikan Agus yang tidak berpendirian. Namun, dia terpaksa menanggapi karena menghargai Nabila, "Itu hanya masalah sepele. Aku nggak akan menyalahkanmu. Pak Agus, sebaiknya kamu pulang saja."Agus menyergah seraya mengernyit, "Aku lagi bicara dengan Agatha! Untuk apa kamu ikut campur? Minggir kamu!"Agatha menimpali dengan tegas, "Pak Agus, Tirta itu teman baikku. Aku harap kamu bisa menghormatinya."Agus tidak menyangka Agatha sangat protektif kepada Tirta. Tubuh Agus berkeringat dingin, dia berucap, "Oh ... iya, aku memang salah ...."Nabila yang kesal menegur, "Ayah, jangan membuatku malu lagi! Cepat pulang!"Agus juga merasa malu. Dia berpesan kepada Nabila sebelum pergi, "Kamu jangan pulang dulu. Aku harap kamu bisa berteman dekat dengan Agatha."Seketika, hanya tersisa Tirta, Agatha, dan Nabila di alun-alun desa yang luas. Melihat Agus sudah pergi, Nabila segera berpesan kepada Tirta, "Tirta, untung saja hari ini Agatha membantumu. Kamu harus meng
Baca selengkapnya

Bab 42

Tirta menggaruk kepalanya dan berkata, "Oh, ya? Seharusnya bukan ...." Tentu saja, Tirta tahu Agatha marah. Namun, Nabila ada di sampingnya. Tentu saja Tirta tidak berani membujuk Agatha. Tirta pun merasa cemas saat melihat mobil Agatha sudah melaju pergi.Nabila mencubit lengan Tirta dan menegur, "Kamu ini benar-benar bodoh. Agatha pasti marah karena kamu nggak setia kawan.""Ha? Masa Agatha marah karena itu?" sahut Tirta yang kebingungan.Nabila menanggapi, "Tentu saja. Agatha sudah membantumu dan membeli bahan obatmu dengan harga tinggi. Tapi, kamu malah menyetujui permintaan Agatha dengan terpaksa. Mana mungkin dia nggak marah? Apa mungkin dia marah karena aku?"Tirta menimpali, "Benar. Pasti aku yang membuatnya marah. Kalau begitu ... aku harus minta maaf kepadanya?"Nabila membalas, "Iya. Kebetulan aku sudah lapar, aku mau pulang dulu. Jangan lupa minta maaf kepada Agatha." Kemudian, Nabila pun pulang.Sementara itu, Tirta segera mengejar mobil Agatha sembari berteriak, "Agatha,
Baca selengkapnya

Bab 43

Namun, ketika tangan Tirta mulai bergerak ke bawah, Agatha langsung mendorong Tirta dan menolak, "Kamu nggak boleh menyentuhku lagi! Kamu sudah punya pacar. Kelak, kamu harus jaga sikapmu saat bertemu denganku."Agatha mengembuskan napas, lalu segera merapikan bajunya. Kulit Agatha sangat mulus. Agatha menggerak-gerakkan tangannya yang mati rasa, lalu menjalankan mobilnya dan berujar, "Aku antar kamu pulang dulu. Setelah itu, aku harus kembali."Tirta yang merasa tidak rela bertanya, "Besok kamu datang lagi, nggak?" Dibandingkan dengan Nabila, Tirta merasa Agatha lebih gampang dibujuk. Jadi, Tirta berharap dia bisa sering bertemu Agatha.Agatha berpikir sejenak, lalu menyahut, "Besok belum tentu aku ada waktu. Mungkin lusa aku bisa datang. Kalau 2 hari ini kamu nggak sibuk, bantu aku kumpulkan lebih banyak bahan obat. Aku akan mengambilnya lusa nanti."Tirta mengangguk dan membalas, "Oke. Nanti kamu langsung cari aku di klinik saja."....Nabila hendak naik ke lantai atas untuk beristi
Baca selengkapnya

Bab 44

Di dalam mimpinya, Tirta sangat tinggi, tampan, dan menawan. Nabila menyampaikan sebuah kabar baik kepada Tirta dengan gembira."Benarkah? Bagus sekali. Nabila, ayo kita lanjut tidur," ucap Tirta yang hendak melucuti pakaian Nabila. Kemudian, dia menambahkan dengan suara menggoda, "Nabila, apa kamu suka tidur denganku?""Aku ... suka .... Aku ingin tidur bersamamu setiap hari ...," balas Nabila sambil menunduk dengan malu diiringi dengan suara desahan.....Setelah mengantar Tirta ke desa, Agatha langsung pergi."Agatha, sering-seringlah kemari kalau punya waktu," tutur Tirta seraya melambaikan tangan. Setelah melihat Agatha pergi menjauh, dia berjalan menuju ke rumahnya.Ketika melewati rumah Melati, Tirta tiba-tiba mendengar suara mertua Melati yang sedang memarahinya. Tirta seketika menghentikan langkahnya."Kami pergi selama dua hari. Begitu kami pulang, bukannya menyambut kami, kamu malah tidur? Baju nggak dicuci, ladang sayur nggak disiram, rumah juga nggak dirapikan. Apa kamu me
Baca selengkapnya

Bab 45

"Kenapa kamu kemari?" tanya Damar dengan dingin. Mereka sangat kaget saat mendengar teriakan Tirta.Melihat kedatangan Tirta, Melati tidak berani bersuara. Dia hanya bisa diam-diam memberi isyarat untuk meminta Tirta segera pergi. Dia khawatir Tirta akan mendapatkan masalah jika ketahuan.Namun, Tirta sudah tersulut amarah. Bagaimana mungkin dia pergi? Dia menghampiri Damar dan Gendis, lalu bertanya dengan marah, "Apa kesalahan yang Kak Melati perbuat sehingga kalian memperlakukannya dengan kejam? Kalian mau melepas celananya di depan umum. Apa kalian nggak menganggapnya sebagai manusia?""Minggir! Ini adalah urusan keluarga kami. Jangan ikut campur!" sergah Damar."Benar! Dia nggak bersikap sebagai menantu yang baik dan diam-diam main serong dengan pria lain. Kami adalah mertuanya, wajar kalau kami memukul dan memarahinya. Apa urusannya denganmu?" timpal Gendis sembari meludahi Tirta."Omong kosong! Apa kalian melihatnya berselingkuh dengan pria lain?" tanya Tirta dengan lantang seray
Baca selengkapnya

Bab 46

"Nggak berani? Oh, aku lupa, bijimu sudah lama hancur. Kamu nggak bisa disebut lelaki lagi," ejek  Damar sambil tertawa terbahak-bahak. Dia tidak tahu saja, Tirta yang diledeknya itulah yang telah meniduri Melati hingga kelimpungan."Sialan, tunggu saja kalian!" ujar Tirta.Emosi Tirta sudah tidak tertahankan saat melihat betapa buruknya Damar dan istrinya memperlakukan Melati. Dia lantas mengeluarkan ponsel jadulnya dan menelepon polisi. Polisi yang menerima laporan pun segera bergegas ke sini."Bedebah! Ka ... kamu benar-benar menelepon polisi?" tanya Damar yang mulai merasa ciut."Untuk apa takut? Kalaupun polisi datang, mereka nggak bisa menangkap kita. Kita mertuanya Melati, nggak salah kalau kita memukulnya," ujar Gendis, sama sekali tidak terlihat panik."Cih, lihat saja, kalian berdua pasti menangis sebentar lagi! Jangan takut, Kak Melati. Aku akan menegakkan keadilan buatmu. Nggak lama lagi mereka bakal menyesal!" kata Tirta dengan nada kesal. Dia menarik Melati dan melindungi
Baca selengkapnya

Bab 47

Beberapa orang polisi bergegas maju untuk menyeret Damar beserta istrinya ke mobil patroli."Ja ... jangan tangkap kami ...," mohon Damar. Tubuh rentanya seketika gemetar ketakutan. Seangkuh apa pun dirinya, dia tidak mungkin berani melawan polisi."Kalian menangkap orang yang salah! Bocah inilah yang berniat buruk pada menantuku. Kami cuma nggak terima dengan sikapnya, makanya kami menyerangnya! Kalian bahkan nggak bisa membedakan yang benar dan salah. Kalian seharusnya malu dengan seragam di tubuh kalian!" ratap Gendis dengan keras kepala. Dia terus membuat-buat alasan, seakan-akan telah diperlakukan dengan sangat tidak adil.Sayangnya, pemimpin para polisi ini sama sekali tidak tertipu. Dia langsung memperingatkan dengan suara berat, "Nggak usah cari-cari alasan! Kalau kamu nggak terima, tunggulah sampai kita tiba di kantor polisi. Kalau kalian memang nggak bersalah, kami tentu akan membersihkan nama kalian.""Bawa mereka pergi!" perintah polisi wanita itu lagi."Nggak mau! Lepaskan
Baca selengkapnya

Bab 48

Tirta buru-buru memberi penjelasan."Kamu dokter?" Polisi wanita itu seketika terkejut saat menyadarinya. Apakah benar-benar ada dokter semuda ini? Selain itu, pria ini bahkan bisa menebak masalah yang berusaha ditutupinya selama ini hanya dengan sekali pandang?"Ya, aku ini dokter tradisional terhebat di desa kami. Aku bisa menyembuhkan penyakit apa pun. Kakak mau coba nggak?" tanya Tirta dengan penuh persuasif. Tirta memang pernah membaca tentang cara pengobatan penyakit ini di buku medis kuno sebelumnya. Tidak buruk juga kalau dia bisa mengobati polisi wanita ini dan mendekatkan hubungan mereka."Nggak usah!" Polisi wanita itu tadinya ingin mencobanya. Namun saat mendengar bahwa Tirta adalah dokter di kampung, dia langsung berubah pikiran."Hehe .... Aku berani jamin, nggak ada orang lain yang bisa menyembuhkan penyakit ini selain aku. Kalau kamu berubah pikiran nanti, kamu bisa datang ke Desa Persik untuk mencariku."Tirta juga tidak terlalu peduli dengan hal ini. Dia hanya membaha
Baca selengkapnya

Bab 49

"Apa yang Ibu katakan itu sungguhan?" Saat mendengar ucapan Susanti, Melati langsung tertegun dan meneteskan air mata. Kalau tahu begini jadinya, Melati pasti sudah melarikan diri sedari awal. Mana mungkin dia masih tetap menetap di rumah itu dan disiksa oleh mereka berdua."Tentu saja!" jawab Susanti sambil mengangguk."Syukurlah Kak Melati, kamu nggak usah ditindas lagi kelak!" timpal Tirta dengan senang hati. Jika Melati tidak menikah, berarti Tirta juga tidak termasuk sedang berselingkuh dengannya. Mereka hanya termasuk menjalin hubungan yang biasa. Selain itu, karena Melati telah menyerahkan pertama kalinya kepada Tirta, Tirta juga telah menganggap Melati sebagai kekasihnya."Bu, kami sudah menyerahkan maskawin saat itu. Kenapa dia bukan menantu keluarga kami?" Damar seketika menjadi panik."Iya. Kalau nggak, biarkan saja dia buat surat nikah dengan anakku lagi. Bisa, 'kan?" tanya Gendis dengan panik."Huh! Putramu saja sudah meninggal, mau bagaimana urus akta nikah?" Ucapan Tirta
Baca selengkapnya

Bab 50

"Tirta, kamu ini benar-benar hebat! Kakak cinta banget sama kamu!"....Setelah berjalan sejam lebih, mereka akhirnya telah kembali ke desa. Saat itu, langit juga sudah mulai gelap. Melati membereskan pakaiannya dan bersiap-siap untuk tinggal di rumah Tirta. Oleh karena itu, dia menyuruh Tirta untuk pulang dan menunggunya di rumah.Meskipun gembira, Tirta merasa agak bingung. Bagaimana kalau Nabila tiba-tiba datang di malam hari dan melihatnya sedang tidur bersama Melati? Selain itu, Ayu juga berada di sebelah kamarnya. Meski semalam dia tidak mendengar apa pun, bukan berarti tidak akan ketahuan selamanya.Tirta benar-benar bingung. Punya banyak kekasih juga sebuah hal yang merepotkan. Tirta memutuskan untuk menyuruh Melati tidur di kamar Ayu terlebih dahulu agar tidak kepergok oleh Nabila jika wanita itu datang. Setelah larut malam dan Nabila sudah pergi, dia baru akan meniduri Melati diam-diam.Setelah menyusun rencana seperti itu, Tirta pun masuk ke rumahnya. Tak disangka, dia mala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
101
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status