"Jangan bicara sembarangan. Aku sudah lama nggak mengintip janda mandi," balas Tirta dengan wajah tersipu. Dulu dia masih kekanak-kanakan dan sering membawa Agatha untuk mengintip janda mandi. Akan tetapi, dia bahkan tidak bisa melihat dengan jelas. Sebenarnya saat itu Tirta hanya penasaran dengan wanita."Lho, sekarang kamu sudah tahu malu ya?" ejek Agatha saat melihat reaksi Tirta yang malu-malu. Seketika, hatinya juga ikut bergejolak."Sekarang aku sudah dewasa," balas Tirta sambil menggaruk kepalanya dan melihat dada Agatha dengan bingung. "Kenapa kamu sekarang jadi mirip sapi perah? Bukannya dulu cuma seukuran jeruk? Kamu ganjal sesuatu ya?" tanya Tirta lagi."Cih, kamu yang sapi perah! Kamu yang pakai ganjalan! Memangnya aku nggak boleh puber?" balas Agatha sambil memukul Tirta dengan kesal.Agatha memiliki sepasang mata yang bundar. Saat tersenyum, dia terlihat seperti sedang merayu Tirta. Hal ini membuat hati Tirta tergoda. "Aku nggak percaya. Kamu berani kupegang untuk membukt
"Jangan! Aku bisa nangis nih!" seru Tirta. Dia merasa ada hawa dingin yang berembus di bawah celananya."Hahaha, kamu sampai ketakutan begini ...." Sebelum menyelesaikan perkataannya, Agatha tiba-tiba melirik ke arah kejantanan Tirta yang tampak membesar."Kamu ... sudah sembuh? Sejak kapan?!" tanyanya dengan kaget."Kamu baru pulang, aku belum sempat cerita padamu," jawab Tirta sambil terkekeh-kekeh. "Gimana? Mau coba nggak?""Nggak! Minggir sana! Kalau sudah sembuh, jangan pernah harap bisa sentuh aku lagi!" teriak Agatha dengan tatapan waswas. Dia merasa Tirta seperti hendak menanggalkan semua pakaiannya dan melakukan perbuatan jahat pada dirinya. Kalau begitu, tentu saja tidak boleh!"Kamu juga tahu sendiri, aku hidup di desa ini nggak ada wanita lain. Hidupku jadi terasa membosankan. Kalau nggak, mana mungkin aku minta bantuan padamu? Itu karena aku merasa hubungan kita sudah sangat dekat." Tirta sengaja menunjukkan ekspresi yang sedih untuk menarik simpati Agatha."Tetap saja ngg
"Sialan, ulah siapa ini?" Tirta bergegas pulang ke rumah, tetapi tetap tidak melihat sosok Ayu di sana. Seketika, dia menjadi semakin panik. Tiba-tiba, Tirta teringat dengan perkataan Abbas tadi siang. Mereka mau meniduri bibi Tirta!"Abbas sialan. Kalau ini benar-benar ulahmu, akan kuhabisi kamu!" Tirta bergegas lari ke toko di depan desa dengan tatapan yang berapi-api. Setelah orang tuanya meninggal, Ayu adalah satu-satunya keluarga bagi Tirta. Jika sampai terjadi sesuatu pada Ayu, Tirta tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukannya. Perjalanan ke toko yang seharusnya memakan waktu belasan menit, kini ditempuh oleh Tirta dalam lima menit."Abbas sialan, keluar kamu! Di mana bibiku?!" teriak Tirta seraya menendang pintu toko itu hingga terbuka. Di dalamnya ada beberapa wanita paruh baya yang sontak terkejut. Tirta melihat ke sekeliling ruangan itu, tapi tidak menemukan sosok Abbas. Hal ini membuatnya semakin panik."Anak sialan, kamu salah makan obat ya? Berani-beraninya kamu ber
"Tiduri dia! Harus tiduri dia sampai puas! Kalau nggak, sia-sia kita dipukul pagi ini!" Orang yang sedang berbicara adalah Abbas dan Enes. Lantaran masih kesal karena dipukul Tirta tadi pagi, mereka menculik Ayu dan ingin membalas dendam padanya!"Jangan mendekat ...." Pada saat ini, Ayu benar-benar ketakutan. Dia tidak ingin disentuh oleh pria-pria busuk ini. Sebab, dia tidak akan bisa berhadapan dengan Tirta nantinya jika sampai dinodai!"Kita ini sama-sama penduduk desa. Kalau Tirta melakukan kesalahan pada kalian, aku mewakilinya minta maaf. Nggak perlu sampai begitu.""Apa gunanya minta maaf? Lebih baik tiduri kamu!" seru Abbas sambil terkekeh-kekeh. Dia sudah membayangkan adegan nikmat saat meniduri Ayu."Ya, jangan harap Tirta akan datang menolongmu. Jangan-jangan dia sudah sedang dimakan harimau sekarang!" kata Enes sambil menatap Ayu dengan tatapan berbinar. Saat pergi ke klinik tadi, mereka tidak melihat sosok Tirta sama sekali, sehingga mereka beranggapan bahwa dia pasti sud
"Tirta, hati-hati! Jangan gegabah!" teriak Ayu dengan cemas. Dia tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi. Namun, dia khawatir Tirta tidak bisa melawan Enes dan yang lainnya sekaligus."Bibi tenang saja. Kalau mereka berani menyentuhmu, aku akan membuat mereka menanggung akibatnya!" balas Tirta yang sedang di puncak emosinya."Kamu mau berlagak? Aku nggak semudah itu ditindas! Kalau nggak kuhabisi kamu hari ini, jangan panggil aku Enes!" teriak Enes sambil mengangkat kursi dan hendak menghajarnya ke kepala Tirta."Berengsek!" maki Tirta. Dia melayangkan tinjunya untuk menyambut serangan Enes.Brak! Kursi di tangan Enes langsung hancur dan berserakan ke mana-mana. Sementara itu, tinju Tirta masih terus mengarah ke pundak Enes. Seiring dengan suara derakan, Enes merasakan bahwa pundaknya telah hancur dan dia berteriak dengan histeris."Cih, dasar sampah!" maki Tirta. Dampak yang paling mengerikan dari tinjunya ini adalah bisa membuat Enes lumpuh selamanya dan hidupnya akan jadi sangat
Fenny telah bertekad untuk bercerai. Dia meludahi Abbas, lalu pergi tanpa menoleh sama sekali. Saat berpapasan dengan Tirta, Fenny menghentikan langkahnya dan berkata, "Maafkan aku, Tirta. Aku salah paham padamu tadi. Kalau bukan karena kamu, aku masih nggak tahu wujud asli si bajingan itu. Kalau kamu butuh bantuan kelak, hubungi saja aku. Anggap saja aku berutang budi padamu."Tirta mengangguk sekilas dan tidak berkomentar apa pun."Berengsek! Semua ini gara-gara kamu! Aku nggak akan mengampunimu!" teriak Abbas dengan murka saat melihat Fenny tidak mau lagi kembali padanya."Semua itu ulahmu sendiri. Kalau kamu nggak menculik bibiku, mana mungkin kamu akan berakhir seperti ini?" Tirta mendengus sekilas, lalu berbalik dan pergi bersama Ayu.Lagi pula saat ini Abbas tidak ada bedanya lagi dengan orang lumpuh. Sekujur tubuhnya telah banyak tulang yang patah. Tirta juga tidak perlu khawatir dia bisa berbuat macam-macam lagi."Tirta, kenapa kamu bisa menyinggung mereka?" tanya Ayu dengan k
Nabila berucap sembari menangis, "Tirta, kenapa kamu memukulku? Kamu memang nggak berperasaan ...."Nabila baru berani diam-diam datang setelah orang tuanya tidur. Siapa sangka, Nabila malah dipukul Tirta. Dia pun langsung menangis."Kak Nabila, aku pikir kamu itu pencuri. Aku nggak menyangka ternyata kamu yang datang. Kalau tahu, mana mungkin aku tega memukulmu?" bujuk Tirta sambil mengusap kepala Nabila.Untung saja, belakangan ini Tirta mempelajari teknik pijat. Tak lama kemudian, Nabila tidak merasa kesakitan lagi. Namun, Nabila tetap merasa sedih. Biarpun Tirta terus membujuknya, Nabila tetap tidak memedulikan Tirta.Tirta yang panik berjanji, "Kak Nabila, aku memang salah. Tapi, aku jamin kejadian seperti ini nggak akan terulang lagi. Asalkan kamu memaafkanku, kelak aku akan menuruti semua keinginanmu. Oke?"Nabila langsung berhenti menangis dan menimpali, "Benaran? Kalau besok Malvin sengaja mempersulitmu, kamu nggak boleh memukulnya lagi."Tirta menyetujui permintaan Nabila tan
Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di benak Tirta. Dia bertanya, "Kak Nabila, apa kamu bisa duduk di kakiku waktu mengajariku membaca?"Nabila yang curiga bertanya balik, "Ha? Kenapa aku harus duduk di kakimu?"Tirta berbohong, "Sekarang aku sedikit mengantuk. Aku takut nggak bisa ingat waktu kamu mengajariku membaca. Kalau kamu duduk di kakiku, aku bisa lebih sadar. Lagi pula, kalau kamu sangat dekat denganku, aku bisa mendengar lebih jelas.""Benaran?" tanya Nabila yang tidak memercayai ucapan Tirta.Tirta menyahut, "Benar. Kak Nabila, kamu begitu baik kepadaku. Mana mungkin aku membohongimu? Masa aku begitu keterlaluan?"Meskipun Nabila memberontak, Tirta tetap menggendong Nabila dan mendudukkan Nabila di kakinya. Saat bokong Nabila menempel di kakinya, Tirta merasa sangat nyaman. Hasratnya pun bergelora.Nabila memperingatkan, "Tirta ... jangan macam-macam! Kalau nggak, aku akan langsung keluar! Kelak aku nggak akan memedulikanmu lagi!"Nabila merasa tidak nyaman duduk di kaki Tirta.
Wajahnya langsung memerah, merasa malu sekaligus marah. Filda mengumpulkan keberanian, lalu kembali melangkah ke arah belakang.Kali ini, dia memang tidak kembali ke tempat Farida dan para pekerja, tetapi dia tersesat."Jangan-jangan aku benar-benar mengalami fenomena terjebak di jalur hantu? Saat masuk tadi, semuanya baik-baik saja. Kenapa sekarang malah nggak bisa keluar? Aku harus meminta Kakak datang menjemputku!"Filda gemetar ketakutan. Dia mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon kakaknya, pemilik bibit pohon buah.Tiin! Tiin! Tiba-tiba, dari kejauhan, cahaya lampu yang menyilaukan menerangi tempat itu!Criiit! Suara rem yang tajam terdengar. Sebuah Mercedes-Maybach berhenti tepat di depan Filda.“Bukankah kamu adik pemilik bibit pohon buah? Malam-malam bukannya tidur, kenapa malah berada di sini?" Tirta membuka pintu mobil dan turun. Begitu melihat Filda, dia langsung ingat siapa gadis itu dan bertanya dengan penasaran."Kamu ... kamu Tirta? Syukurlah! Tirta, kamu datang tep
Mendengar perkataan Filda, banyak pekerja di bawah Farida yang merasa sangat marah!Mereka segera maju dan mengadangnya, tidak membiarkannya pergi!"Berhenti di situ!""Kamu ini gadis muda yang cantik, tapi kenapa caramu bicara dan bertindak sangat buruk?""Saat kakakmu menjual bibit pohon buah kepada Bos, dia sudah janji akan mengirimmu untuk membantu kami mengelola kebun secara gratis!""Kak Farida sangat baik, dia bahkan memberimu bayaran 1 miliar sebagai tambahan!""Kami juga nggak menyuruhmu menanam sendiri, cuma minta sedikit arahan. Lagian, kamu baru kerja setengah hari!""Masa kamu mau ambil uangnya, lalu langsung pergi begitu saja?""Mau pergi? Tinggalkan uangnya dulu! Kalau nggak, jangan salahkan kami kalau bertindak kasar!"Melihat puluhan pekerja yang marah dan tampak garang, Filda secara refleks mundur beberapa langkah karena takut.Namun, dia segera menenangkan diri, lalu mendengus dingin dan berkata, "Percuma kalian bilang begitu, aku nggak pernah bilang aku nggak mau me
"Jangan salahkan aku. Dengan tubuhmu sendiri, kamu akan membantai semua orang yang kamu cintai!"Itulah kata-kata terakhir yang dikatakan Genta kepada Tirta. Setelah suaranya menghilang, Genta tidak lagi memberikan tanda-tanda keberadaan."Sial ... wanita ini benar-benar kejam!"Tirta tahu bahwa kali ini dia benar-benar membuat Genta marah. Dia menggeleng dan tidak berani banyak mengeluh. Setelah memastikan bahwa tubuhnya tidak mengalami masalah, dia melanjutkan perjalanan menuju Desa Persik.Namun, keinginannya untuk menaklukkan Genta kini telah berakar kuat di dalam hatinya. Jika ada kesempatan di masa depan, dia pasti akan menidurinya!....Dalam gelapnya malam, Desa Persik diselimuti cahaya putih samar. Itu adalah lampu jalan yang dipasang oleh Farida saat Tirta tidak ada di sana.Bagaimanapun, saat ini adalah periode penting untuk menanam bibit pohon buah dan tanaman obat. Farida tidak berani bersikap lalai.Di bawah cahaya lampu jalan, Farida memimpin sekelompok pekerja untuk men
Tirta berpikir sejenak dan langsung bisa menebak bahwa momen mesranya barusan dengan Nabila pasti telah disaksikan dengan jelas oleh Genta.Pertama kali mungkin canggung, tetapi kedua kali sudah terbiasa. Kali ini, Tirta sudah tidak merasa malu lagi.Dia tidak percaya kalau Genta, seekor naga betina, bisa tetap tenang saat melihatnya dan Nabila bercinta.Tentu saja, Tirta hanya berandai-andai. Pikiran seperti itu hanya berani disimpan dalam hati. Kalau sampai Genta murka, dia mungkin bisa dihukum."Hais, Kak, aku memang bukan pria baik sejak dulu. Aku tahu Kak Nabila sangat mencintaiku, tapi bukankah Kak Arum, Kak Agatha, Susanti, dan Kak Melati juga mencintaiku sepenuh hati?""Sekarang aku sudah pulang, aku nggak bisa cuma mempertimbangkan perasaan Kak Nabila saja. Bukan karena aku nggak setia, tapi karena aku benar-benar nggak bisa membagi diri!"Tiba-tiba, Tirta teringat sesuatu dan sontak menepuk pahanya. "Eh, Kak! Dalam memori yang kamu wariskan padaku, bukankah dikatakan aku bisa
"Waktu luangmu benar-benar banyak ya ...." Nabila melirik jam yang tergantung di dinding, lalu tiba-tiba menghela napas."Ada apa, Kak Nabila?" tanya Tirta."Nggak ada apa-apa, aku cuma tiba-tiba merasa ... kamu sudah banyak berubah. Dulu, kamu cuma anak muda yang ceroboh dan polos.""Melihatku dari kejauhan saja kamu nggak berani, apalagi menatapku lebih lama. Bicara pun selalu terbata-bata.""Tapi ... setelah kamu diam-diam mengintipku mandi di sungai, kamu langsung berubah menjadi pria sejati.""Aku awalnya nggak berniat menjadi pacarmu, tapi karena kamu nekat dan pantang menyerah ... aku akhirnya malah tidur denganmu.""Setelah beberapa waktu, tiba-tiba kamu menjadi miliarder. Temanmu ada yang kepala kepolisian, wali kota, gubernur, bahkan kamu sampai bersumpah saudara dengan Pak Saba.""Sedangkan aku? Aku masih tetap gadis desa yang sama seperti dulu. Dibandingkan denganmu, aku sama sekali nggak berkembang. Aku merasa ... aku nggak pantas untukmu.""Tirta, kamu sudah sehebat ini.
"Ah ... jangan, Tirta, cepat lepaskan aku! Kita baru saja bertemu, aku masih punya banyak pertanyaan untukmu!"Nabila berkata tidak, tetapi sebenarnya sejak melihat Tirta ... tubuhnya sudah panas dan tak tertahankan!"Nggak masalah, sama sekali nggak mengganggu. Tanyakan saja, aku akan dengar. Aku janji nggak akan menyela!"Tirta sama sekali tidak peduli dengan permohonan Nabila. Dia menendang pintu kamar tidur hingga terbuka, lalu meletakkan Nabila di atas ranjang yang empuk."Uh ... dasar menyebalkan, kamu selalu saja menindasku! Tunggu saja, jangan kira hanya karena kamu masih muda dan kuat, kamu bisa semena-mena padaku!""Nanti kalau kamu sudah 30 atau 40 tahun, aku akan membuatmu nggak bisa turun dari tempat tidur!" Nabila yang merasa malu dan kesal pun menggigit Tirta."Hehe, urusan nanti kita bicarakan nanti! Sekarang aku bisa membuatmu nggak bisa turun dari tempat tidur!"....Tirta bertarung habis-habisan dengan Nabila di ranjang selama 3 jam. Sudah lama Nabila tidak merasakan
"Nggak boleh sampai batal datang ya. Kalau nggak, aku nggak akan merindukanmu lagi lain kali." Usai bicara, Nabila langsung mematikan teleponnya."Huf ...." Tirta menghela napas, matanya bersinar penuh tekad, lalu diam-diam membuat keputusan dalam hatinya. "Malam ini aku mau cari Kak Nabila, Kak Arum, dan Kak Melati untuk kultivasi ganda. Aku nggak mau pulang lagi!"Saat Tirta keluar dari kamar mandi, Bella masih belum bangun. Setelah mengambil ponselnya, Tirta pun keluar dari kamar. Kemudian, dia mengetuk pintu kamar Ayu."Tirta, kamu nggak temani Bella di kamarnya? Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Ayu dengan wajah tersipu sambil meremas ujung bajunya ketika melihat Tirta."Bibi, tadi Pak Mauri bilang ada masalah penting yang membutuhkan bantuanku. Aku harus segera ke sana. Didengar dari nada bicara Pak Mauri, sepertinya aku bakal sibuk semalaman di sana. Bella lagi tidur. Bibi tolong bantu aku kabarin dia setelah dia bangun nanti."Tirta sudah menyiapkan alasan yang tepat sebelumny
Batu spiritual yang diperoleh Tirta dari Yusril pada siang hari juga entah sejak kapan sudah diserap oleh Genta. Tirta bahkan tidak sempat untuk melihatnya lebih lama.Karena merasa bosan, Tirta naik ke ranjang dan duduk bersila di samping Bella, lalu mulai melakukan latihan kultivasi diam-diam. Tirta telah melakukan kultivasi ganda dengan Bella selama dua jam tadi, sehingga energi dalam tubuhnya kini bertambah kuat secara signifikan.Tirta ingin mencoba, apakah dia bisa mencapai tingkat pembentukan energi tahap kedua dengan menyerap energi alam secara mandiri.Setengah jam kemudian.Tirta akhirnya menyerah. Dia pun melompat turun dari ranjang dan mengeluh, "Sialan, energi spiritual yang didapatkan dari latihan mandiri selama setengah jam malah lebih sedikit dari kultivasi ganda selama lima menit.""Lain kali aku nggak mau latihan sendiri lagi. Lebih baik kultivasi ganda saja. Selain nyaman, juga bisa menambah kekuatan."Melihat Bella yang terlelap di sampingnya, Tirta langsung mendapa
Kotak hitam kecil itu memiliki tekstur yang tidak sepenuhnya seperti kayu maupun batu. Beratnya terasa cukup padat, seolah-olah terbuat dari sepotong logam murni.Pada kedua sisinya, terdapat ukiran dua ekor ikan, satu hitam dan satu putih, yang melingkar membentuk simbol yin dan yang. Selain ukiran itu, tidak ada lagi tanda khusus pada permukaannya."Kotak sekecil ini, sepertinya nggak bisa menyimpan sesuatu yang terlalu besar. Tapi, didengar dari cara bicara Kakek Omran, isinya pasti sesuatu yang berharga. Jangan-jangan ini batu spiritual?"Dengan rasa penasaran, Tirta perlahan membuka kotak itu.Klik!Begitu kotak hitam terbuka, cahaya emas yang menyilaukan langsung terpancar keluar."Benda apa ini? Bisa memancarkan cahaya sendiri?" Bella yang berada di samping Tirta sontak terkejut. Cahaya yang menyilaukan itu membuatnya tidak bisa membuka matanya.Namun, sebelum dia sempat bereaksi lebih jauh, rasa pusing yang luar biasa menyerangnya. Kepalanya terasa berputar dan dalam sekejap, d