Semua Bab Dokter Ajaib Primadona Desa: Bab 271 - Bab 280

957 Bab

Bab 271

Yohan dipukul hingga berputar beberapa kali di tempat. Bahkan giginya juga copot beberapa buah."Be ... beraninya kamu memukulku! Aku ini anggota parlemen Negara Martim! Perbuatanmu ini akan dikecam!" teriak Yohan sambil menggertakkan gigi setelah menenangkan dirinya.Sementara itu, kedua sopir dari mobil lainnya langsung turun dari mobil setelah melihat Yohan dipukul. "Cari tahu nomor pemimpin mereka. Kita harus dapat penjelasan untuk masalah ini!" perintah Jenny kepada seorang pria asing di belakangnya.Susanti dan beberapa orang lainnya sangat jelas bahwa tindakan mereka ini hanya untuk mengulur waktu, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa."Aku bukan anggota kepolisian, nggak ada yang bisa mengatur aku! Kalian mau penjelasan, 'kan? Kuberi penjelasan sekarang juga!" Tirta langsung maju dan menampar wajah Jenny.Wajah Jenny yang tadinya tampak cantik, kini terlihat bekas tamparan yang jelas dan darah yang mengalir dari sudut bibirnya."Berani-beraninya kamu memukulku?" Jenny memel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-08
Baca selengkapnya

Bab 272

Troy dan Niko marah besar. Pada saat bersamaan, mereka juga merasa kagum terhadap cara yang digunakan Tirta."Jenny, ada apa denganmu? Kenapa kamu mengkhianati Nona? Kamu benar-benar menyia-nyiakan kepercayaan Nona!" teriak Yohan dan kedua pria lainnya dengan terkejut. Meski tidak tahu alasannya, mereka bisa menebak bahwa hal ini pasti berkaitan dengan Tirta."Diam! Kalau berani berisik lagi, aku akan tusukkan jarum pada kalian juga biar kalian tahu rasa!" bentak Tirta."Kamu ...." Yohan dan beberapa orang lainnya tidak berani lagi meremehkan Tirta. Mereka terpaksa diam."Troy, Niko, kalian jaga mereka di sini, sekalian tanyakan semua kasus tentang Black Gloves. Tirta, ikut aku ke Desa Persik dengan pasukan lainnya! Mungkin saja kita masih sempat mencegah mereka!"Susanti mengambil keputusan dengan cepat dan menyerahkan ponselnya kepada Niko. Setelah itu, dia menarik Tirta ke mobil polisi dan melaju cepat."Ayo kita ikut!" Sekitar 30-an orang anggota polisi lainnya juga naik ke mobil d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-08
Baca selengkapnya

Bab 273

"Perahu itu terlalu kecil, paling maksimal cuma bisa muat dua orang," kata salah seorang polisi veteran bernama Harris."Ini adalah perahu bekas yang digunakan oleh mantan kepala desa kami dulu untuk menangkap ikan. Sejak dia meninggal, nggak ada lagi yang pakai perahu ini. Bisa muat dua orang saja sudah patut disyukuri."Tirta melihat perahu itu bahkan sudah berlubang. Dia benar-benar curiga perahu itu akan langsung tenggelam begitu memasuki danau."Dua orang juga nggak masalah. Tirta, kamu ikut aku turun!" ujar Susanti sambil mengernyit dan menarik Tirta ke arah perahu kayu tersebut."Bu Susanti, tunggu dulu! Fenomena siphon sebesar ini mungkin bisa makan korban nyawa. Kamu sama sekali nggak ada perlengkapan, bahkan tabung oksigen saja nggak ada. Siapa tahu apa yang bakal muncul di bawah sana? Bahaya sekali kalau pergi begitu saja!""Kamu masih muda, nggak perlu berkorban sebesar ini. Kalau nggak, biar aku saja yang turun sama Tirta!" ujar Harris mencegahnya."Ya, Bu Susanti. Ini ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-08
Baca selengkapnya

Bab 274

"Tapi kamu harus pikirkan dengan baik. Kita ini hanya berdua, mereka ada belasan orang. Kemungkinan juga semuanya bawa senjata.""Kamu nggak mengira mereka akan langsung menyerah hanya dengan kamu mengatakan kamu ini polisi, 'kan? Aku bukan takut, aku cuma bicara kenyataan saja," ucap Tirta."Lalu ... mau bagaimana kita sekarang?" tanya Susanti yang mulai ketakutan."Bisa bagaimana lagi? Nekat saja. Ikuti aku, jangan sampai terpisah sedikit pun. Aku akan melindungimu." Ekspresi Tirta saat ini sangat serius. Dia tidak lagi terlihat bercanda seperti biasanya."Kamu lindungi aku .... Ya, kalau begitu kamu harus lindungi aku dengan baik. Terima kasih, Tirta. Setelah kasus ini selesai nanti, aku akan traktir kamu makan." Susanti merasa terharu mendengarnya, sehingga dia langsung memeluk Tirta tanpa sadar.Susanti merasa bahwa Tirta bisa saja tidak mengambil risiko ini jika bukan karena dia yang memaksa Tirta. Namun, Tirta tetap tidak pergi bahkan setelah menyadari betapa berbahayanya misi i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-08
Baca selengkapnya

Bab 275

Aliran air yang dingin menyapu tubuh Susanti. Hawa dingin yang kuat, rasa takut yang menyelimuti dirinya membuat Susanti menangis tak terkendali. Karena ketakutan, Susanti sama sekali tidak berani membuka matanya dan hanya bisa meronta-ronta dengan tak berdaya.Apa yang harus dilakukan? Apakah ini akhir dari hidupnya?Waduk yang luas ini tidak terlihat ujungnya. Bahkan perenang andal sekalipun tidak akan bisa selamat jika terjatuh ke dalam air. Di saat Susanti merasa putus asa, tiba-tiba dia merasakan sepasang tangan yang kuat mengangkatnya. Tangan itu memegang pinggulnya yang berisi dan mengangkatnya ke permukaan air."Uhuk uhuk ...." Begitu membuka mata, Susanti melihat Tirta yang terombang-ambing di hadapannya."Tirta .... Huhuhu .... Aku benar-benar takut!" Setelah terjatuh ke air, Susanti langsung memegang Tirta dengan erat."Kak, aku benar-benar salut padamu. Kalaupun kamu dendam sama aku, nggak perlu sampai merusak perahu kita! Jangankan mau tangkap pencuri makam, sekarang kita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-09
Baca selengkapnya

Bab 276

Meskipun aliran air di waduk menjadi sangat kacau karena fenomena siphon, Tirta sama sekali tidak terpengaruh. Hanya dalam waktu singkat, dia sudah menempuh jarak sekitar 7 sampai 8 meter."Sialan, besar sekali lubangnya! Pantas saja tekanannya begitu kuat!" gumam Tirta.Ketika Tirta mendekati area fenomena siphon, situasi di sana benar-benar kacau. Tirta dan Susanti seperti semut kecil yang tidak berdaya saat menghadapi lubang hitam dengan diameter 10 meter itu.Tirta sudah terbiasa dengan aliran air ini sehingga tidak begitu takut lagi. Di sisi lain, Susanti ketakutan hingga wajahnya memucat dan tubuhnya gemetar. Siapa pun yang mengalami kejadian seperti ini pasti akan merasa sesak!"Peluk aku dengan erat. Aku akan masuk!" instruksi Tirta sambil memeluk Susanti. Kemudian, mereka pun diisap oleh pusaran dan masuk ke lubang hitam itu.Supaya Susanti tidak kehabisan napas, Tirta hanya bisa memberinya napas buatan lewat mulut. Saat berikutnya, keduanya disapu oleh arus deras dan masuk ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-09
Baca selengkapnya

Bab 277

Tirta belum masuk, tetapi sudah melihat mayat yang baru mati. Jelas, ini bukan pertanda baik. Seketika, Tirta pun merasakan firasat buruk.Pintu masuk gua yang gelap gulita membuat suasana menjadi makin menegangkan. Apalagi gua ini benar-benar hening hingga suara napas dan suara air mengalir terdengar sangat jelas. Jika mental seseorang tidak kuat, mungkin mereka sudah terduduk lemas di tanah."Ada yang mati? Anggota Black Gloves nggak mungkin saling membunuh. Apa mungkin ada sesuatu yang menakutkan di dalam sana?" tanya Susanti yang terpikir akan kemungkinan ini. Sebagai polisi, Susanti sudah sering melihat jasad. Itu sebabnya, dia tidak panik mendengar Tirta menyebut jasad."Tebakanmu masuk akal. Biasanya di makam kuno begini ada mekanisme yang berbahaya. Kita akan tahu setelah memeriksa jenazahnya," ujar Tirta. Kemudian, dia menurunkan Susanti dan mendekati jenazah itu untuk memeriksa.Setelah mengetahui penyebab kematian orang ini, Tirta kira-kira bisa tahu hal berbahaya apa yang a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-09
Baca selengkapnya

Bab 278

"Aku juga nggak bisa memastikan itu beracun atau nggak. Tapi, biasanya cerita di novel begitu," timpal Tirta sambil menggaruk kepalanya."Eee ... rupanya kamu punya waktu untuk baca novel ...." Susanti merasa agak malu. Meskipun demikian, dia tetap menutup mulut dan hidungnya."Lihat, ada sesuatu di dinding!" seru Tirta mendadak. Kemudian, dia langsung berlari ke depan.Dinding yang awalnya kosong tiba-tiba memunculkan sebuah lukisan indah. Terlihat banyak pria dan wanita di lukisan itu. Semuanya berlutut kepada seorang wanita cantik bertanduk naga dengan ekspresi tulus dan terobsesi.Di samping wanita itu, terlihat seekor harimau putih yang ganas dan seekor burung merah yang terbang di atas mereka.Jika dilihat dengan saksama, wanita itu berdiri di atas platform. Terlihat juga beberapa ekor duyung yang diikat sedang berlutut kepadanya, seolah-olah akan diberi hukuman.Tirta juga melihat seekor ular besar berwarna merah melilit pilar besar yang ada di platform. Semua yang ada di lukisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-09
Baca selengkapnya

Bab 279

"Di sini nggak ada peti mati ataupun harta karun. Ini lebih mirip ... altar?" Tirta tertegun sejenak melihat pemandangan di depan. Setelah merenung sesaat, dia baru terpikir akan kata yang tepat.Keduanya terus maju. Tanah di depan menjadi makin rendah. Terlihat ratusan anak tangga yang terhubung ke lapangan bawah tanah. Lapangan itu seukuran dengan lapangan sepak bola.Dilihat dari atas, lapangan itu seperti delapan diagram. Setiap sudutnya memiliki pintu batu yang tertutup rapat. Sementara itu, terlihat pola ikan yin dan yang di bagian tengahnya."Tirta, lihat. Kedua pilar itu persis dengan yang ada di lukisan!" seru Susanti dengan terkejut. Tirta memandang ke arah yang ditunjuk Susanti. Memang terlihat 2 pilar batu besar yang berhadapan. Ini persis dengan pilar yang dililit oleh ular cecak di lukisan."Bukannya ini makam kuno seorang pangeran? Kenapa dekorasinya seperti ini ...." Tirta sungguh kebingungan. Yang jelas, dia merasa makam kuno ini tidak biasa. Tempat ini berbeda dari ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-10
Baca selengkapnya

Bab 280

Tirta menggunakan pisau untuk mengambil sesuatu yang berwarna merah. Benda itu berkilauan dan ukurannya sebesar telapak tangan."Itu ... sisik ular?" tanya Susanti dengan terkejut. Meskipun dilumuri darah, Susanti tetap tahu benda apa itu."Benar. Aku nggak nyangka seekor ular bisa mendatangkan bencana sebesar ini," sahut Tirta dengan ngeri. Ini sungguh di luar nalar."Sisiknya saja seukuran telapak tangan? Berarti tubuh ular itu setidaknya sepanjang puluhan meter! Apa mungkin ada monster berusia ribuan tahun di makam kuno ini?" Setelah memikirkan ini, raut wajah Susanti menjadi makin takut."Seharusnya begitu. Aku sudah menebaknya sejak tadi, tapi belum berani memastikannya. Setelah melihat sisik ini, aku jadi makin yakin. Ular cecak yang menggigitmu tadi mungkin keturunan ular ini," ujar Tirta dengan ekspresi serius."Jasad di pintu masuk makam itu seharusnya juga dibunuh oleh ular cecak ini," tambah Tirta.Sebelumnya, Susanti mengatakan makam ini seharusnya memiliki sejarah lebih da
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2627282930
...
96
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status