Share

Bab 273

Author: Hazel
last update Last Updated: 2024-08-08 18:00:00
"Perahu itu terlalu kecil, paling maksimal cuma bisa muat dua orang," kata salah seorang polisi veteran bernama Harris.

"Ini adalah perahu bekas yang digunakan oleh mantan kepala desa kami dulu untuk menangkap ikan. Sejak dia meninggal, nggak ada lagi yang pakai perahu ini. Bisa muat dua orang saja sudah patut disyukuri."

Tirta melihat perahu itu bahkan sudah berlubang. Dia benar-benar curiga perahu itu akan langsung tenggelam begitu memasuki danau.

"Dua orang juga nggak masalah. Tirta, kamu ikut aku turun!" ujar Susanti sambil mengernyit dan menarik Tirta ke arah perahu kayu tersebut.

"Bu Susanti, tunggu dulu! Fenomena siphon sebesar ini mungkin bisa makan korban nyawa. Kamu sama sekali nggak ada perlengkapan, bahkan tabung oksigen saja nggak ada. Siapa tahu apa yang bakal muncul di bawah sana? Bahaya sekali kalau pergi begitu saja!"

"Kamu masih muda, nggak perlu berkorban sebesar ini. Kalau nggak, biar aku saja yang turun sama Tirta!" ujar Harris mencegahnya.

"Ya, Bu Susanti. Ini ter
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Maman Suryaman
nunggu nanti malam jam 11 an
goodnovel comment avatar
brahm manurung
ngarang ceritanya terlalu berlebihan, diluar logika dan kenyataan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 274

    "Tapi kamu harus pikirkan dengan baik. Kita ini hanya berdua, mereka ada belasan orang. Kemungkinan juga semuanya bawa senjata.""Kamu nggak mengira mereka akan langsung menyerah hanya dengan kamu mengatakan kamu ini polisi, 'kan? Aku bukan takut, aku cuma bicara kenyataan saja," ucap Tirta."Lalu ... mau bagaimana kita sekarang?" tanya Susanti yang mulai ketakutan."Bisa bagaimana lagi? Nekat saja. Ikuti aku, jangan sampai terpisah sedikit pun. Aku akan melindungimu." Ekspresi Tirta saat ini sangat serius. Dia tidak lagi terlihat bercanda seperti biasanya."Kamu lindungi aku .... Ya, kalau begitu kamu harus lindungi aku dengan baik. Terima kasih, Tirta. Setelah kasus ini selesai nanti, aku akan traktir kamu makan." Susanti merasa terharu mendengarnya, sehingga dia langsung memeluk Tirta tanpa sadar.Susanti merasa bahwa Tirta bisa saja tidak mengambil risiko ini jika bukan karena dia yang memaksa Tirta. Namun, Tirta tetap tidak pergi bahkan setelah menyadari betapa berbahayanya misi i

    Last Updated : 2024-08-08
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 275

    Aliran air yang dingin menyapu tubuh Susanti. Hawa dingin yang kuat, rasa takut yang menyelimuti dirinya membuat Susanti menangis tak terkendali. Karena ketakutan, Susanti sama sekali tidak berani membuka matanya dan hanya bisa meronta-ronta dengan tak berdaya.Apa yang harus dilakukan? Apakah ini akhir dari hidupnya?Waduk yang luas ini tidak terlihat ujungnya. Bahkan perenang andal sekalipun tidak akan bisa selamat jika terjatuh ke dalam air. Di saat Susanti merasa putus asa, tiba-tiba dia merasakan sepasang tangan yang kuat mengangkatnya. Tangan itu memegang pinggulnya yang berisi dan mengangkatnya ke permukaan air."Uhuk uhuk ...." Begitu membuka mata, Susanti melihat Tirta yang terombang-ambing di hadapannya."Tirta .... Huhuhu .... Aku benar-benar takut!" Setelah terjatuh ke air, Susanti langsung memegang Tirta dengan erat."Kak, aku benar-benar salut padamu. Kalaupun kamu dendam sama aku, nggak perlu sampai merusak perahu kita! Jangankan mau tangkap pencuri makam, sekarang kita

    Last Updated : 2024-08-09
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 276

    Meskipun aliran air di waduk menjadi sangat kacau karena fenomena siphon, Tirta sama sekali tidak terpengaruh. Hanya dalam waktu singkat, dia sudah menempuh jarak sekitar 7 sampai 8 meter."Sialan, besar sekali lubangnya! Pantas saja tekanannya begitu kuat!" gumam Tirta.Ketika Tirta mendekati area fenomena siphon, situasi di sana benar-benar kacau. Tirta dan Susanti seperti semut kecil yang tidak berdaya saat menghadapi lubang hitam dengan diameter 10 meter itu.Tirta sudah terbiasa dengan aliran air ini sehingga tidak begitu takut lagi. Di sisi lain, Susanti ketakutan hingga wajahnya memucat dan tubuhnya gemetar. Siapa pun yang mengalami kejadian seperti ini pasti akan merasa sesak!"Peluk aku dengan erat. Aku akan masuk!" instruksi Tirta sambil memeluk Susanti. Kemudian, mereka pun diisap oleh pusaran dan masuk ke lubang hitam itu.Supaya Susanti tidak kehabisan napas, Tirta hanya bisa memberinya napas buatan lewat mulut. Saat berikutnya, keduanya disapu oleh arus deras dan masuk ma

    Last Updated : 2024-08-09
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 277

    Tirta belum masuk, tetapi sudah melihat mayat yang baru mati. Jelas, ini bukan pertanda baik. Seketika, Tirta pun merasakan firasat buruk.Pintu masuk gua yang gelap gulita membuat suasana menjadi makin menegangkan. Apalagi gua ini benar-benar hening hingga suara napas dan suara air mengalir terdengar sangat jelas. Jika mental seseorang tidak kuat, mungkin mereka sudah terduduk lemas di tanah."Ada yang mati? Anggota Black Gloves nggak mungkin saling membunuh. Apa mungkin ada sesuatu yang menakutkan di dalam sana?" tanya Susanti yang terpikir akan kemungkinan ini. Sebagai polisi, Susanti sudah sering melihat jasad. Itu sebabnya, dia tidak panik mendengar Tirta menyebut jasad."Tebakanmu masuk akal. Biasanya di makam kuno begini ada mekanisme yang berbahaya. Kita akan tahu setelah memeriksa jenazahnya," ujar Tirta. Kemudian, dia menurunkan Susanti dan mendekati jenazah itu untuk memeriksa.Setelah mengetahui penyebab kematian orang ini, Tirta kira-kira bisa tahu hal berbahaya apa yang a

    Last Updated : 2024-08-09
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 278

    "Aku juga nggak bisa memastikan itu beracun atau nggak. Tapi, biasanya cerita di novel begitu," timpal Tirta sambil menggaruk kepalanya."Eee ... rupanya kamu punya waktu untuk baca novel ...." Susanti merasa agak malu. Meskipun demikian, dia tetap menutup mulut dan hidungnya."Lihat, ada sesuatu di dinding!" seru Tirta mendadak. Kemudian, dia langsung berlari ke depan.Dinding yang awalnya kosong tiba-tiba memunculkan sebuah lukisan indah. Terlihat banyak pria dan wanita di lukisan itu. Semuanya berlutut kepada seorang wanita cantik bertanduk naga dengan ekspresi tulus dan terobsesi.Di samping wanita itu, terlihat seekor harimau putih yang ganas dan seekor burung merah yang terbang di atas mereka.Jika dilihat dengan saksama, wanita itu berdiri di atas platform. Terlihat juga beberapa ekor duyung yang diikat sedang berlutut kepadanya, seolah-olah akan diberi hukuman.Tirta juga melihat seekor ular besar berwarna merah melilit pilar besar yang ada di platform. Semua yang ada di lukisa

    Last Updated : 2024-08-09
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 279

    "Di sini nggak ada peti mati ataupun harta karun. Ini lebih mirip ... altar?" Tirta tertegun sejenak melihat pemandangan di depan. Setelah merenung sesaat, dia baru terpikir akan kata yang tepat.Keduanya terus maju. Tanah di depan menjadi makin rendah. Terlihat ratusan anak tangga yang terhubung ke lapangan bawah tanah. Lapangan itu seukuran dengan lapangan sepak bola.Dilihat dari atas, lapangan itu seperti delapan diagram. Setiap sudutnya memiliki pintu batu yang tertutup rapat. Sementara itu, terlihat pola ikan yin dan yang di bagian tengahnya."Tirta, lihat. Kedua pilar itu persis dengan yang ada di lukisan!" seru Susanti dengan terkejut. Tirta memandang ke arah yang ditunjuk Susanti. Memang terlihat 2 pilar batu besar yang berhadapan. Ini persis dengan pilar yang dililit oleh ular cecak di lukisan."Bukannya ini makam kuno seorang pangeran? Kenapa dekorasinya seperti ini ...." Tirta sungguh kebingungan. Yang jelas, dia merasa makam kuno ini tidak biasa. Tempat ini berbeda dari ba

    Last Updated : 2024-08-10
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 280

    Tirta menggunakan pisau untuk mengambil sesuatu yang berwarna merah. Benda itu berkilauan dan ukurannya sebesar telapak tangan."Itu ... sisik ular?" tanya Susanti dengan terkejut. Meskipun dilumuri darah, Susanti tetap tahu benda apa itu."Benar. Aku nggak nyangka seekor ular bisa mendatangkan bencana sebesar ini," sahut Tirta dengan ngeri. Ini sungguh di luar nalar."Sisiknya saja seukuran telapak tangan? Berarti tubuh ular itu setidaknya sepanjang puluhan meter! Apa mungkin ada monster berusia ribuan tahun di makam kuno ini?" Setelah memikirkan ini, raut wajah Susanti menjadi makin takut."Seharusnya begitu. Aku sudah menebaknya sejak tadi, tapi belum berani memastikannya. Setelah melihat sisik ini, aku jadi makin yakin. Ular cecak yang menggigitmu tadi mungkin keturunan ular ini," ujar Tirta dengan ekspresi serius."Jasad di pintu masuk makam itu seharusnya juga dibunuh oleh ular cecak ini," tambah Tirta.Sebelumnya, Susanti mengatakan makam ini seharusnya memiliki sejarah lebih da

    Last Updated : 2024-08-10
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 281

    "Se ... sejak kapan jalan ini ditutup? Kita nggak bisa pulang lagi?" Susanti pun menyadari mereka berada dalam situasi terpuruk.Celah di pola ikan yin dan yang menjadi makin lebar hingga akhirnya terlihat lubang hitam besar yang menakutkan.Suara gemeresik terus terdengar, seolah-olah ada benda besar dan berat yang bergesekan dengan tanah. Bau busuk di sini pun menjadi makin kuat hingga membuat kepala mereka agak pusing."Tirta, apa yang ada di dalam sana?" tanya Susanti dengan suara bergetar dan menggenggam tangan Tirta dengan erat. Dia benar-benar ketakutan sekarang."Ada ular besar. Kita cari jalan keluar. Kalau diincar ular itu, kita bakal mati!" sahut Tirta. Jantungnya berdetak kencang. Dia terus membawa Susanti berlari. Siapa pun akan panik menghadapi monster aneh seperti ini.Meskipun begitu, akal sehat Tirta memberitahunya untuk tidak panik dan takut di situasi seperti ini. Jika tidak, dia hanya akan mati lebih cepat. Dia harus tenang!Tidak semua anggota Black Gloves mati di

    Last Updated : 2024-08-10

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 949

    "Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 948

    "Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 947

    Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 946

    "Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 945

    Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 944

    "Kak Tirta, yang kamu tulis ini benar? Benaran ada efek seperti itu?" Setelah melihat resep untuk pembesaran bokong dengan teliti, ekspresi Shinta penuh kegembiraan.Dengan resep pembesaran payudara dan bokong ini, dia akan menjadi wanita sempurna di masa depan!"Tentu saja benar, untuk apa aku menipumu?" sahut Tirta mengangguk."Tirta, aku tentu percaya dengan keahlian medismu, bahkan kamu bisa dibilang setara dengan dewa. Tapi, apa benaran khasiatnya sebagus itu? Orang mati bisa dibangkitkan kembali?" tanya Saba yang semakin terkejut setelah melihat resep itu."Itu juga benar. Selama nggak ada kerusakan otak, jantung hancur, atau berusia lebih dari 100 tahun, resep ini bisa menyelamatkan mereka. Kalau kamu nggak butuh, keluarga atau temanmu juga bisa menggunakannya. Cukup ikuti resep di atas untuk membuatnya," jelas Tirta."Oke, ini baru namanya kebal dari apa pun! Kalau digunakan di kemiliteran, ini akan sangat berguna! Tirta, terima kasih!" Ini pertama kalinya Saba menunjukkan eksp

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 943

    "Kak Saba, hadiah ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya!" Mendengar itu, tangan Tirta sampai gemetaran. Dia hendak mengembalikan kotak hitam kecil itu.Meskipun belum pernah mendengar tentang Nagamas, dari namanya saja, Tirta bisa menebak bahwa yang tinggal di sana pasti orang-orang besar seperti Saba!Tirta merasa, sebagai orang biasa yang tidak memiliki jabatan atau kekuasaan, dirinya tidak layak tinggal di tempat seperti itu.Sementara itu, buku kecil biru itu seperti semacam surat pengampunan yang sangat berharga!Tirta merasa dirinya hanya mengobati penyakit orang, secara logika, dia tidak pantas menerima hadiah sebesar ini."Tirta, kenapa sungkan begitu sama aku? Vila itu sudah terdaftar atas namamu. Terima saja. Lagi pula, kalau aku mengundangmu untuk jalan-jalan ke ibu kota, kamu butuh tempat untuk tinggal, 'kan?" Saba melambaikan tangan dan tersenyum."Benar, barang-barang ini nggak ada artinya bagi kakek. Kak Tirta, terima saja. Kalau nggak, kamu nggak boleh mencar

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 942

    Tirta tersenyum dan berkata, "Ya sudah, besok kamu temani aku beli sayuran."Dengan mata yang berkilat, Tirta langsung menyetujui dengan cepat. Melihat Tirta setuju, Ayu merasa senang. Dia mulai memikirkan, apa yang harus dikenakan besok.....Setelah makan, sekitar setengah jam kemudian, Ayu membawa para wanita menyiram tanaman di kebun.Tirta dengan beberapa anak harimau di pelukannya, sedang duduk santai di depan pintu menikmati sinar matahari.Tiba-tiba, beberapa mobil jeep hitam berhenti perlahan di depan klinik. Pintu mobil terbuka. Shinta adalah yang pertama keluar dari mobil.Gadis itu berkata dengan girang kepada seorang pria tua di dalam mobil, "Kakek, ini tempat tinggal Tirta. Namanya Desa Persik. Ada gunung dan ada air, pemandangannya sangat indah.""Desa Persik ... bagus, bagus. Benar-benar tempat yang bagus untuk menenangkan diri. Pantas saja orang sehebat Tirta tinggal di sini." Saba turun dari mobil dan memandang sekitar.Di depan matanya, ada pegunungan hijau dan air y

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 941

    "Bi Ayu, aku sudah bawa Tirta kembali! Waktu aku sampai, dia sedang makan nasi kotak di vila!" Setelah kembali ke klinik, Arum melepaskan Tirta dan menepuk tangannya sambil berkata dengan tidak puas."Tirta, Arum sudah masak banyak makanan bergizi untukmu. Kenapa nggak dimakan dan malah pergi ke vila untuk makan nasi kotak?" tanya Ayu dengan bingung."Kenapa lagi?" Agatha tertawa dan menyela, "Karena dia nggak ingin makan kemaluan sapi!"Di sudut meja makan, Nia yang mendengar ini merasa agak malu."Tirta, terakhir kali kamu menghabiskan sepiring penuh kemaluan sapi dalam dua hingga tiga menit. Kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Arum dengan kesal. "Aku kira kamu suka makan itu, jadi aku masak dua batang kali ini!""Ya, Tirta, kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Melati dengan bingung."Aku ... hais, aku sebenarnya nggak butuh makan itu. Tubuhku sehat-sehat saja, makanan seperti itu berlebihan untukku," timpal Tirta dengan lesu."Kenapa berlebihan? Makanan itu sangat b

DMCA.com Protection Status