Share

Bab 276

Penulis: Hazel
Meskipun aliran air di waduk menjadi sangat kacau karena fenomena siphon, Tirta sama sekali tidak terpengaruh. Hanya dalam waktu singkat, dia sudah menempuh jarak sekitar 7 sampai 8 meter.

"Sialan, besar sekali lubangnya! Pantas saja tekanannya begitu kuat!" gumam Tirta.

Ketika Tirta mendekati area fenomena siphon, situasi di sana benar-benar kacau. Tirta dan Susanti seperti semut kecil yang tidak berdaya saat menghadapi lubang hitam dengan diameter 10 meter itu.

Tirta sudah terbiasa dengan aliran air ini sehingga tidak begitu takut lagi. Di sisi lain, Susanti ketakutan hingga wajahnya memucat dan tubuhnya gemetar. Siapa pun yang mengalami kejadian seperti ini pasti akan merasa sesak!

"Peluk aku dengan erat. Aku akan masuk!" instruksi Tirta sambil memeluk Susanti. Kemudian, mereka pun diisap oleh pusaran dan masuk ke lubang hitam itu.

Supaya Susanti tidak kehabisan napas, Tirta hanya bisa memberinya napas buatan lewat mulut. Saat berikutnya, keduanya disapu oleh arus deras dan masuk ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Agam Patra
cewe beban gblk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 277

    Tirta belum masuk, tetapi sudah melihat mayat yang baru mati. Jelas, ini bukan pertanda baik. Seketika, Tirta pun merasakan firasat buruk.Pintu masuk gua yang gelap gulita membuat suasana menjadi makin menegangkan. Apalagi gua ini benar-benar hening hingga suara napas dan suara air mengalir terdengar sangat jelas. Jika mental seseorang tidak kuat, mungkin mereka sudah terduduk lemas di tanah."Ada yang mati? Anggota Black Gloves nggak mungkin saling membunuh. Apa mungkin ada sesuatu yang menakutkan di dalam sana?" tanya Susanti yang terpikir akan kemungkinan ini. Sebagai polisi, Susanti sudah sering melihat jasad. Itu sebabnya, dia tidak panik mendengar Tirta menyebut jasad."Tebakanmu masuk akal. Biasanya di makam kuno begini ada mekanisme yang berbahaya. Kita akan tahu setelah memeriksa jenazahnya," ujar Tirta. Kemudian, dia menurunkan Susanti dan mendekati jenazah itu untuk memeriksa.Setelah mengetahui penyebab kematian orang ini, Tirta kira-kira bisa tahu hal berbahaya apa yang a

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 278

    "Aku juga nggak bisa memastikan itu beracun atau nggak. Tapi, biasanya cerita di novel begitu," timpal Tirta sambil menggaruk kepalanya."Eee ... rupanya kamu punya waktu untuk baca novel ...." Susanti merasa agak malu. Meskipun demikian, dia tetap menutup mulut dan hidungnya."Lihat, ada sesuatu di dinding!" seru Tirta mendadak. Kemudian, dia langsung berlari ke depan.Dinding yang awalnya kosong tiba-tiba memunculkan sebuah lukisan indah. Terlihat banyak pria dan wanita di lukisan itu. Semuanya berlutut kepada seorang wanita cantik bertanduk naga dengan ekspresi tulus dan terobsesi.Di samping wanita itu, terlihat seekor harimau putih yang ganas dan seekor burung merah yang terbang di atas mereka.Jika dilihat dengan saksama, wanita itu berdiri di atas platform. Terlihat juga beberapa ekor duyung yang diikat sedang berlutut kepadanya, seolah-olah akan diberi hukuman.Tirta juga melihat seekor ular besar berwarna merah melilit pilar besar yang ada di platform. Semua yang ada di lukisa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 279

    "Di sini nggak ada peti mati ataupun harta karun. Ini lebih mirip ... altar?" Tirta tertegun sejenak melihat pemandangan di depan. Setelah merenung sesaat, dia baru terpikir akan kata yang tepat.Keduanya terus maju. Tanah di depan menjadi makin rendah. Terlihat ratusan anak tangga yang terhubung ke lapangan bawah tanah. Lapangan itu seukuran dengan lapangan sepak bola.Dilihat dari atas, lapangan itu seperti delapan diagram. Setiap sudutnya memiliki pintu batu yang tertutup rapat. Sementara itu, terlihat pola ikan yin dan yang di bagian tengahnya."Tirta, lihat. Kedua pilar itu persis dengan yang ada di lukisan!" seru Susanti dengan terkejut. Tirta memandang ke arah yang ditunjuk Susanti. Memang terlihat 2 pilar batu besar yang berhadapan. Ini persis dengan pilar yang dililit oleh ular cecak di lukisan."Bukannya ini makam kuno seorang pangeran? Kenapa dekorasinya seperti ini ...." Tirta sungguh kebingungan. Yang jelas, dia merasa makam kuno ini tidak biasa. Tempat ini berbeda dari ba

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 280

    Tirta menggunakan pisau untuk mengambil sesuatu yang berwarna merah. Benda itu berkilauan dan ukurannya sebesar telapak tangan."Itu ... sisik ular?" tanya Susanti dengan terkejut. Meskipun dilumuri darah, Susanti tetap tahu benda apa itu."Benar. Aku nggak nyangka seekor ular bisa mendatangkan bencana sebesar ini," sahut Tirta dengan ngeri. Ini sungguh di luar nalar."Sisiknya saja seukuran telapak tangan? Berarti tubuh ular itu setidaknya sepanjang puluhan meter! Apa mungkin ada monster berusia ribuan tahun di makam kuno ini?" Setelah memikirkan ini, raut wajah Susanti menjadi makin takut."Seharusnya begitu. Aku sudah menebaknya sejak tadi, tapi belum berani memastikannya. Setelah melihat sisik ini, aku jadi makin yakin. Ular cecak yang menggigitmu tadi mungkin keturunan ular ini," ujar Tirta dengan ekspresi serius."Jasad di pintu masuk makam itu seharusnya juga dibunuh oleh ular cecak ini," tambah Tirta.Sebelumnya, Susanti mengatakan makam ini seharusnya memiliki sejarah lebih da

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 281

    "Se ... sejak kapan jalan ini ditutup? Kita nggak bisa pulang lagi?" Susanti pun menyadari mereka berada dalam situasi terpuruk.Celah di pola ikan yin dan yang menjadi makin lebar hingga akhirnya terlihat lubang hitam besar yang menakutkan.Suara gemeresik terus terdengar, seolah-olah ada benda besar dan berat yang bergesekan dengan tanah. Bau busuk di sini pun menjadi makin kuat hingga membuat kepala mereka agak pusing."Tirta, apa yang ada di dalam sana?" tanya Susanti dengan suara bergetar dan menggenggam tangan Tirta dengan erat. Dia benar-benar ketakutan sekarang."Ada ular besar. Kita cari jalan keluar. Kalau diincar ular itu, kita bakal mati!" sahut Tirta. Jantungnya berdetak kencang. Dia terus membawa Susanti berlari. Siapa pun akan panik menghadapi monster aneh seperti ini.Meskipun begitu, akal sehat Tirta memberitahunya untuk tidak panik dan takut di situasi seperti ini. Jika tidak, dia hanya akan mati lebih cepat. Dia harus tenang!Tidak semua anggota Black Gloves mati di

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 282

    Di ujung ekor ular itu, terlihat noda darah yang sangat jelas. Meskipun ular ini sangat besar, kecepatannya sama sekali tidak lambat. Ular itu pun sudah tidak jauh dari Tirta dan Susanti!Dor, dor! Tirta tidak ingin menerima kekalahannya begitu saja. Dia berlari sambil menoleh untuk menembak ular itu!Namun, hasilnya sungguh menyedihkan. Ular itu sama sekali tidak melambat, malah makin dekat dengan mereka. Jarak di antara manusia dan ular itu pun tidak sampai 20 meter lagi!"Pasti ada jalan keluar! Pasti ada! Tapi, di mana?" Tirta tidak bisa menahan kepanikannya. Jangan-jangan jalan keluarnya di lubang hitam itu?Tidak mungkin. Itu adalah tempat istirahat ular raksasa. Mana mungkin ada jalan keluar di tempat seperti itu? Mereka hanya akan mati kalau masuk ke sana!Ular raksasa itu makin dekat. Tirta sampai tidak berani menoleh untuk melihat lagi. Namun, kalau situasi seperti ini terus berlanjut, takutnya mereka akan mati dalam waktu kurang dari 1 menit."Tirta, lepaskan saja tanganku.

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 283

    Yang merespons Susanti adalah desisan ular. Detik berikutnya, ekor ular yang tebal dan kokoh seketika menyapu ke arah kaki Susanti. Kemudian, ular itu hendak melahap Tirta!"Kalau tahu akan seperti ini, aku nggak bakal memaksamu kemari ...." Susanti tampak sungguh menyesal. Dia memejamkan matanya dengan putus asa.Akan tetapi, beberapa detik kemudian, ular itu malah tidak membunuh Tirta. Apa yang sebenarnya terjadi? Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki seseorang."Tirta ... apa itu kamu?" Meskipun hatinya diliputi kepanikan sampai-sampai tidak bisa bergerak, Susanti tetap mengerahkan tenaga untuk membuka matanya.Kemudian, adegan berikutnya pun membuat Susanti tercengang. Entah sejak kapan, Tirta sudah berjalan ke depan ular raksasa itu. Langkah kakinya sangat lambat, tetapi sangat stabil.Sementara itu, ular yang seharusnya melahap Tirta malah mundur saat melihat Tirta maju. Matanya pun menunjukkan kebingungan, ketakutan, dan kepanikan layaknya manusia.Ular itu takut pada Tirta? P

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 284

    Segera, Tirta datang ke hadapan Susanti dan mencengkeram lehernya. Ucapan Susanti sepertinya membuat Tirta marah besar!"Hei! Lepaskan aku! Aku bisa kehabisan napas!" seru Susanti. Meskipun punya pistol, Susanti tidak berani sembarangan menembak karena takut melukai Tirta. Dia sudah yakin bahwa pria di depannya ini bukan Tirta."Sebaiknya jaga sikapmu kalau bicara denganku. Kamu hanya punya 2 pilihan, tunduk atau mati!" bentak Tirta sambil mencampakkan Susanti."Uhuk, uhuk ...." Susanti sungguh ketakutan. Dia seperti baru lolos dari pintu neraka. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengembalikan Tirta.Untuk sekarang, Susanti hanya bisa berpura-pura tunduk. Dia mengangguk dan berkata, "Oke, aku akan menurutimu ...."Srek, srek! Ular raksasa itu kembali ke hadapan Tirta. Dia mengeluarkan selembar kertas emas dari mulutnya. Terlihat tulisan aneh di atasnya.Begitu Tirta mengayunkan tangan, kertas itu sontak terbang ke tangannya dan menghilang. Susanti sungguh tercengang dengan pemanda

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1147

    "Memangnya apa yang bisa terjadi padaku, Bella? Jangan pikir yang aneh-aneh. Kamu sudah bekerja seharian. Pasti capek, 'kan? Mau aku pijat bahumu atau kakimu?"Merasa diperhatikan oleh Bella, Tirta tidak bisa menahan senyuman. Dia menarik Bella duduk di atas tempat tidur, menunjukkan sikap manisnya."Hah, seharian ke sana ke sini, bahkan makan pun nggak tenang. Menurutmu, aku capek nggak? Untung kamu masih punya hati, bisa peduli padaku. Pijatnya yang pelan ya. Aku takut kamu meremukkan bahuku." Bella bercanda sambil membalikkan badan membelakangi Tirta."Hehehe, tenang saja. Aku janji bakal pelan-pelan!" Tirta berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangan, lalu segera kembali.Tangannya diletakkan di atas bahu Bella, lalu perlahan-lahan turun ke kerah bajunya. Merasakan kulitnya begitu lembut, Tirta langsung menyelinapkan tangannya masuk, memijat, meremas, dan menggoda dengan nakal.Bella sampai mengeluarkan erangan manja. "Mmmh ... dasar kamu ini! Aku sudah capek setengah mati, tapi ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1146

    "Bisa, semua ini cuma perkara kecil. Kami berdua pasti bisa menyelesaikannya," ucap Kurnia menangkupkan tangannya. Bahkan, Kimmy yang keras kepala tadi juga berubah sekarang. Dia mengangguk dengan rendah hati."Kalian berdua kembali dulu ke hotel. Tunggu sampai besok pagi. Aku akan langsung ke turnamen bela diri. Kalau butuh bantuan, aku akan mencari kalian lagi."Di dalam hati, Tirta merasa takjub dengan kehebatan Janji Darah. Dia melambaikan tangannya, memberi isyarat agar Kurnia dan Kimmy pergi.Tepat pada saat itu, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa. Yusril dan Chiko ternyata mengejar mereka.Mereka melihat Tirta baik-baik saja, sementara Kurnia yang hendak pergi justru kehilangan satu lengannya dan tampak jauh lebih tua. Bahkan, Kimmy yang berjalan di belakangnya terlihat lesu seperti kehilangan jiwanya. Ayah dan anak itu terkejut bukan main!"Dik, apa benar ... kamu mengalahkan Kurnia sendiri?" Yusril terperanjat dan begitu terkejut hingga beberapa helai janggutnya ik

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1145

    Kimmy mulai panik. Dia tidak bisa membuat keputusan. Kimmy berkata kepada Kurnia seraya menangis, "Kakek, apa yang harus kita lakukan? Aku masih muda, aku nggak ingin mati. Kak Azhar masih menungguku."Kimmy menambahkan, "Tapi Kakek, kalau suruh aku jadi budaknya, lebih baik aku mati."Sementara itu, Kurnia juga baru menerobos ke tingkat semi abadi. Umurnya sudah bertambah 50 tahun lebih. Ke depannya, mungkin Kurnia bisa menerobos ke tingkat abadi. Tentu saja dia tidak ingin mati.Setelah ragu-ragu sesaat, akhirnya Kurnia mendesah dan membujuk Kimmy, "Kimmy, aku nggak pernah dengar teknik yang dilancarkan orang ini. Jadi, sangat sulit dihadapi. Aku juga nggak ingin berkompromi, tapi kita harus bertahan hidup."Kurnia meneruskan, "Sebaiknya kita terima saja. Paling-paling ke depannya kita cari kesempatan untuk kembali ke dunia misterius dan jangan kembali ke dunia fana selamanya."Tirta tidak keberatan setelah mendengar percakapan Kurnia dan Kimmy dengan jelas. Dia berujar, "Karena kali

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1144

    Kurnia memutuskan untuk meminta ampun kepada Tirta, tetapi Tirta tidak berniat melepaskan mereka. Tirta tahu dia pasti celaka jika orang lain tahu teknik rahasianya.Hanya saja, Tirta tidak suka membunuh. Dia memang tidak sanggup membunuh Kurnia dan Kimmy. Akhirnya, Tirta mendesah dan berkata kepada Genta, 'Kak, kamu serap energi di dalam tubuh Kurnia saja. Nanti aku suruh Pak Mauri penjarakan mereka seumur hidup.'Genta menanggapi, "Nggak usah, kamu yang mengalahkan orang ini. Suruh dia jadi budakmu saja. Kalau ke depannya masih ada pesilat kuno yang kuat, aku baru serap energinya."Genta menambahkan, "Lagi pula, kamu bisa memerintahkan Kurnia untuk mencari batu dan obat spiritual di dunia misterius setelah mengendalikannya. Dengan begitu, kamu bisa memenuhi perjanjian di antara kita lebih cepat."Tirta tidak menyangka Genta akan berbicara seperti ini. Bahkan, Genta juga terdengar sedikit bangga.Tirta membalas, 'Suruh Kurnia jadi budakku? Mereka berdua nggak seperti Yusril dan Chiko

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1143

    Kurnia merasa gusar dan juga takut. Hal ini karena dia tidak pernah melihat teknik yang dilancarkan Tirta.Kimmy juga kaget melihat kejadian yang mendadak ini. Dia segera mengingatkan, "Kakek, cepat lepaskan bajumu untuk memadamkan apinya!""Nggak usah, aku punya cara," timpal Kurnia. Dia memasukkan energi ke lengannya yang terbakar, lalu meninju tanah.Namun, api itu tidak padam sedikit pun setelah Kurnia menarik lengannya. Kurnia segera melepaskan bajunya. Api terus membakar lengan Kurnia. Sepertinya sebentar lagi lengan Kurnia akan gosong.Kurnia terpaksa menahan rasa sakit. Dia mengayunkan tangan kirinya dan memotong lengan kanannya. Kalau api merambat ke seluruh tubuhnya, Kurnia pasti akan mati terbakar.Kurnia memegang luka di lengannya yang patah sambil berteriak, "Sialan! Dasar berengsek! Kalau berani, cepat keluar! Aku pasti akan mencincangmu!"Tirta membalas, "Dasar pria tua sialan! Terus teriak saja! Bagaimanapun, aku juga nggak akan keluar!"Tirta yang bersembunyi di dekat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1142

    Sekarang sudah pukul 8 malam. Hari ini tidak terlihat bulan di langit, hanya terlihat bintang-bintang. Daerah pegunungan sangat gelap.Namun, Tirta tidak mengurangi kecepatannya. Dia bisa menghindari bebatuan. Mata tembus pandang Tirta bisa membuatnya bergerak dengan mudah dalam kegelapan.Tirta berbalik dan melihat kecepatan Kurnia mulai berkurang. Dia tahu ini bukan karena Kurnia kehabisan tenaga, melainkan karena penglihatan Kurnia terpengaruh saat malam hari. Sementara itu, Yusril dan Chiko sudah ketinggalan.Tirta sengaja mengurangi kecepatannya, lalu menyindir Kurnia, "Kurnia, kamu itu sudah mencapai tingkat semi abadi. Kenapa kamu masih seperti kura-kura? Kalau kamu lebih lambat lagi, aku akan ketiduran saking bosannya. Kamu mau membunuhku dengan kecepatan seperti ini? Jangan harap!"Kurnia juga merasa malu karena tidak bisa mengejar Tirta yang baru mencapai energi internal tahap puncak. Dia membalas, "Hei, kamu nggak akan bisa bangga terlalu lama. Biarpun aku lebih lambat darim

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1141

    Tirta sering memandangi pemandangan gunung dari kamar Bella. Dia memutuskan untuk memancing Kurnia ke daerah pegunungan yang belum dikembangkan. Tirta akan melawannya di tempat itu.Tirta berseru, "Kurnia, aku ini orang yang kamu cari! Kalau kamu ingin tahu rahasiaku, ikut aku!"Tirta segera berpesan kepada Yusril dan Chiko, "Kalian berdua pulang ke kediaman Keluarga Purnomo dulu. Aku akan segera cari kalian."Selesai bicara, Tirta tidak peduli Yusril dan Chiko mengikuti arahannya atau tidak. Dia sudah mengerahkan Teknik Pengendali Angin dan pergi ke daerah pegunungan di dekat sana.Teknik Pengendali Angin bisa menambah kecepatan gerakan Tirta. Saat berlari, Tirta seperti didorong oleh angin. Bukan hanya kecepatannya meningkat, Tirta juga tidak merasa lelah sedikit pun. Dalam sekejap, Tirta sudah berlari sejauh belasan meter.Kurnia berujar, "Apa? Ternyata dia itu orang yang membunuh Naushad! Pantas saja! Aku nggak boleh biarkan dia kabur."Kurnia terbelalak. Melihat Tirta pergi, dia l

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1140

    Kedua serangan yang dahsyat beradu dan menimbulkan suara dentuman. Aliran energi yang kuat menyebar di sekeliling gazebo sehingga suasananya terasa mencekam.Dengan Tirta dan Kurnia yang berada di tengah sebagai pusat, angin berembus hingga membuat pepohonan di sekitar gazebo bergemeresik. Kedua telapak tangan mereka beradu hanya sekejap, lalu kembali terpisah.Tirta mundur beberapa langkah. Lengannya sedikit kebas. Dia menceletuk, "Sialan!"Kurnia yang diam-diam menyerang Tirta juga mundur. Dia mengamati Tirta dan berkomentar sembari mengernyit, "Orang ini ... nggak sederhana!"Sudah jelas Kurnia tidak menyangka Tirta bisa melawan serangannya. Bahkan, Tirta terlihat baik-baik saja.Kimmy tidak melihat kejadian yang diperkirakannya. Dia berteriak, "Apa? Serangan Kakek nggak membuatnya mati? Dia juga nggak terluka ... ini nggak mungkin!""Tirta, kamu nggak apa-apa, 'kan?" tanya Yusril. Dia dan Chiko segera menghampiri Tirta. Mereka juga tidak memperkirakan hasil seperti ini.Tirta makin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1139

    Yusril menceletuk, "Suaranya begitu keras. Setidaknya dia sudah mencapai tingkat semi abadi!"Chiko menimpali, "Gawat! Apa Kurnia benar-benar datang?"Ekspresi Yusril dan Chiko berubah drastis. Mereka melihat sekeliling dengan waswas, lalu melindungi Tirta. Namun, mereka tidak menemukan keberadaan Kurnia.Yusril dan Chiko makin cemas karena tidak melihat Kurnia. Jika Kurnia tiba-tiba melancarkan serangan saat mereka lengah, mereka bukan hanya tidak bisa melindungi Tirta. Bahkan, mereka berdua akan mati."Ternyata Kurnia datang," ucap Tirta yang terkejut. Dia segera memanggil Genta. Tirta memang sudah mencapai tingkat pembentukan energi tahap ketiga, tetapi dia tidak berani melawan Kurnia hanya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri.Sebelum menjadi benar-benar hebat, sebaiknya Tirta memikirkan keselamatannya. Tidak disangka, Genta malah mengancam Tirta pada saat-saat seperti ini, "Aku bisa bantu kamu lawan dia, tapi kamu harus mengakui kesalahanmu padaku dulu."Tirta mengeluh, 'Kak, a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status