Share

Bab 283

Author: Hazel
Yang merespons Susanti adalah desisan ular. Detik berikutnya, ekor ular yang tebal dan kokoh seketika menyapu ke arah kaki Susanti. Kemudian, ular itu hendak melahap Tirta!

"Kalau tahu akan seperti ini, aku nggak bakal memaksamu kemari ...." Susanti tampak sungguh menyesal. Dia memejamkan matanya dengan putus asa.

Akan tetapi, beberapa detik kemudian, ular itu malah tidak membunuh Tirta. Apa yang sebenarnya terjadi? Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki seseorang.

"Tirta ... apa itu kamu?" Meskipun hatinya diliputi kepanikan sampai-sampai tidak bisa bergerak, Susanti tetap mengerahkan tenaga untuk membuka matanya.

Kemudian, adegan berikutnya pun membuat Susanti tercengang. Entah sejak kapan, Tirta sudah berjalan ke depan ular raksasa itu. Langkah kakinya sangat lambat, tetapi sangat stabil.

Sementara itu, ular yang seharusnya melahap Tirta malah mundur saat melihat Tirta maju. Matanya pun menunjukkan kebingungan, ketakutan, dan kepanikan layaknya manusia.

Ular itu takut pada Tirta? P
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mastho Nusa
mantap boss ... makin penasaran nih
goodnovel comment avatar
hans
***** seru lanjut bro
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 284

    Segera, Tirta datang ke hadapan Susanti dan mencengkeram lehernya. Ucapan Susanti sepertinya membuat Tirta marah besar!"Hei! Lepaskan aku! Aku bisa kehabisan napas!" seru Susanti. Meskipun punya pistol, Susanti tidak berani sembarangan menembak karena takut melukai Tirta. Dia sudah yakin bahwa pria di depannya ini bukan Tirta."Sebaiknya jaga sikapmu kalau bicara denganku. Kamu hanya punya 2 pilihan, tunduk atau mati!" bentak Tirta sambil mencampakkan Susanti."Uhuk, uhuk ...." Susanti sungguh ketakutan. Dia seperti baru lolos dari pintu neraka. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengembalikan Tirta.Untuk sekarang, Susanti hanya bisa berpura-pura tunduk. Dia mengangguk dan berkata, "Oke, aku akan menurutimu ...."Srek, srek! Ular raksasa itu kembali ke hadapan Tirta. Dia mengeluarkan selembar kertas emas dari mulutnya. Terlihat tulisan aneh di atasnya.Begitu Tirta mengayunkan tangan, kertas itu sontak terbang ke tangannya dan menghilang. Susanti sungguh tercengang dengan pemanda

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 285

    Menurut Susanti, kedua kemungkinan ini sama-sama berdampak buruk bagi Tirta. Meskipun sekarang Tirta terlihat begitu hebat dan berwibawa, Susanti lebih menyukai Tirta yang nakal dan mesum."Cepat sedikit," perintah Tirta dengan tegas saat melihat Susanti termangu.Ketika Susanti mendongak, dia mendapati Tirta sudah berjarak 7 sampai 8 meter darinya. Dia pun bergegas mengikuti dan tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu mau membunuhku atau membawaku keluar? Kamu mau membawaku ke mana?"Bagaimanapun, Susanti tentu merasa cemas. Tirta menghentikan langkah kakinya, lalu pelan-pelan berbalik dan sontak berkelebat ke hadapan Susanti. Dia berkata, "Kamu sudah mati sejak tadi kalau aku ingin membunuhmu. Jangan ribut, cerewet sekali."Selesai berbicara, Tirta menjulurkan tangan dan seberkas cahaya berwarna perak sontak masuk ke kening Susanti."A ... apa yang kamu lakukan?" Susanti merasa pandangannya menggelap. Pada akhirnya, dia pun kehilangan kesadaran.....Entah berapa lama kemudian,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 286

    "Kenapa aku bisa di sini?" Tidak berselang lama, Tirta siuman. Dia pun terkejut melihat situasi di sekitar.Pada saat yang sama, Tirta merasakan tubuhnya dipenuhi oleh energi dahsyat. Dia memeriksanya dengan mata tembus pandang dan tercengang dengan penglihatannya.Mutiara berwarna perak di dalam tubuhnya memiliki jejak seperti kilat. Selain itu, ada api merah menyelimuti mutiara tersebut.Tirta tidak mengerti apa yang terjadi. Dia mengamati ke sekeliling, tetapi tidak melihat jejak ular raksasa itu. "Di mana ular sialan itu?"Tiba-tiba, Tirta menemukan Susanti yang tidak sadarkan diri. Dia memanggil 2 kali, tetapi tidak ada respons apa pun sehingga buru-buru menghampiri untuk memeriksa."Dia nggak keracunan ataupun terluka. Dia cuma kelelahan. Syukurlah," ucap Tirta yang memeluk Susanti. Kemudian, dia mencoba membangunkan Susanti, tetapi tidak bisa karena tubuh Susanti terlalu lemah."Di sini nggak ada makanan apa pun. Sudahlah, kasih dia minum darahku saja." Sesudah berpikir sejenak,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 287

    "Uhuk, uhuk .... Kalau begitu, kita cari cara untuk keluar." Tirta tak kuasa menelan ludah saat bertemu pandang dengan Susanti. Sejujurnya, Tirta memahami arti tatapan itu. Polisi wanita ini menyukai dirinya!Namun, Tirta tidak ingin melakukan apa pun untuk sekarang. Dia hanya bisa menahan hasrat dalam hatinya."Sepertinya ini pusat makam kuno. Coba kita keliling dulu, mungkin ada jalan keluar di sini," ucap Susanti sambil meraih tangan Tirta dan mulai mencari-cari di lapangan.Jalan yang mereka lewati sebelumnya lagi-lagi tertutup. Tempat ini sama dengan lapangan di luar, sama-sama terdapat 8 pintu batu dan semuanya tertutup rapat.Tirta mencoba meninju salah satu pintu batu itu, tetapi gagal. Pintu batu itu terlalu kokoh. Padahal, tinju Tirta bisa menghancurkan kaca anti peluru."Hais, apa gunanya membuat begitu banyak pintu batu. Nggak ada satu pun yang bisa dibuka," ujar Tirta yang mulai merasa putus asa. Dia pun terduduk di lantai dengan lelah."Seingatku, wanita itu menyentuh pin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 288

    Seketika, ketakutan kembali menyelimuti hati para anggota Black Gloves."Damon, tenang sedikit. Asalkan kita masih hidup, berarti masih ada harapan. Kalaupun monster itu datang, kamu tetap harus tenang. Angkat pistolmu dan tembak dia.""Nyawamu ada di tanganmu sendiri. Kita semua sama. Kita nggak seharusnya menyerah begitu saja!" ucap Alicia untuk menenangkan anggotanya.Tirta mengamati secara diam-diam. Dia merasa wanita ini sangat tenang dan rasional. Situasi sudah begitu kacau, tetapi wanita itu masih bisa menghibur para anggotanya. Dengan kata lain, wanita itu sangat menakutkan."Nona benar. Kita seharusnya melawan dan bukan cuma diam!" Kedua anggota wanita tampak dipenuhi antusiasme."Benar, kita harus melawan monster itu. Sekalipun mati, monster itu harus mati bersama kita!" Pria lainnya mengangkat pistol, mengisyaratkan akan berjuang hingga titik darah penghabisan."Damon, ayo semangat. Kami butuh bantuanmu," ujar Alicia saat melihat suasana hati anggotanya sudah stabil."Dasar

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 289

    Hati manusia paling sulit diprediksi, terutama sekelompok orang yang sudah terbiasa melanggar hukum. Ketika dihadapkan dengan hidup dan mati, mereka tidak mungkin memikirkan moral lagi.Biasanya, mereka bersedia menuruti perintah Alicia demi kepentingan masing-masing. Namun, di situasi seperti ini, mereka kehilangan perikemanusiaan dan hanya ingin melampiaskan emosi masing-masing!Ketika melihat keempat pria itu mendekat sambil memegang pistol, Alicia dan kedua wanita itu pun memasang ekspresi masam."Mundur! Jangan mendekat atau kami akan menembak kalian!" ancam kedua wanita itu.Damon terkekeh-kekeh dan menimpali, "Sebaiknya kalian jangan melawan lagi. Kalian cuma kambing hitam di mata jalang ini. Dia bisa melihat anggota lain mati, berarti bisa melihat kalian mati juga! Letakkan pistol kalian dan bersenang-senanglah dengan kami!""Benar, Judith. Persetan dengan Black Gloves! Persetan dengan Alicia!" seru seorang pria bernama Jerry yang memperlihatkan tatapan gila."Apa kita perlu ke

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 290

    "Aku merasa sangat bersalah atas kematian para anggota yang dibunuh monster. Aku juga baru terpikir akan hal ini," ujar Alicia.Ucapan Alicia sontak membuat ketiga pria itu terdiam. Kegilaan mereka telah mereda. Satu per satu menurunkan pistol. Jerry bertanya, "Kamu yakin?"Jelas, siapa yang tidak ingin meninggalkan tempat menyeramkan ini?"Tentu saja, untuk apa aku menipu kalian? Kita ini rekan hidup dan mati," sahut Alicia dengan tegas. Kemudian, dia meneruskan, "Aku bisa memaklumi perbuatan kalian. Setiap manusia akan kehilangan akal sehat di situasi genting. Aku nggak akan mempermasalahkannya.""Baiklah, kami akan menuruti perintahmu. Tolong bawa kami keluar," ujar Jerry setelah bertatapan dengan rekan-rekannya."Wanita ini ternyata tahu banyak hal. Dia bahkan tahu tentang Ramalan Surgaloka. Kalau dia berhasil membuka pintu kehidupan, kita bisa keluar." Tirta berdecak dengan kagum.Sementara itu, Damon yang dicampakkan berseru dengan enggan, "Dasar bodoh! Kalaupun dia tahu jalan ke

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 291

    'Ternyata nggak ada pintu kehidupan. Wanita ini memang cantik dan postur tubuhnya bagus, tapi dia terlalu licik,' batin Tirta. Selain merasa kecewa, dia makin berwaspada terhadap Alicia.Susanti yang merasa tidak puas mencubit Tirta dan berkomentar, "Mereka itu pelaku kriminal. Kamu masih berharap dia bisa bicara jujur? Jangan tertipu oleh paras wanita yang cantik."Meskipun sudah melihat Alicia membunuh orang, Susanti juga tidak langsung bertindak. Semua orang yang dibunuh Alicia berasal dari Negara Martim. Mereka juga merupakan pelaku kriminal.Menurut Susanti, orang-orang ini pantas dibunuh. Namun, jika tadi Alicia membunuh orang dari Negara Darsia, Susanti pasti tidak akan terus bersembunyi di sini. Susanti akan menangkap Alicia.Melihat 2 wanita dari Negara Martim tampak putus asa, Alicia menghibur, "Nggak apa-apa. Setelah mendapatkan detektor yang hilang dan menemukan makam, kita pasti bisa keluar.""Tapi, Nona ...," ujar kedua wanita itu dengan ekspresi panik. Salah satu dari me

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status