Share

Bab 274

Author: Hazel
"Tapi kamu harus pikirkan dengan baik. Kita ini hanya berdua, mereka ada belasan orang. Kemungkinan juga semuanya bawa senjata."

"Kamu nggak mengira mereka akan langsung menyerah hanya dengan kamu mengatakan kamu ini polisi, 'kan? Aku bukan takut, aku cuma bicara kenyataan saja," ucap Tirta.

"Lalu ... mau bagaimana kita sekarang?" tanya Susanti yang mulai ketakutan.

"Bisa bagaimana lagi? Nekat saja. Ikuti aku, jangan sampai terpisah sedikit pun. Aku akan melindungimu." Ekspresi Tirta saat ini sangat serius. Dia tidak lagi terlihat bercanda seperti biasanya.

"Kamu lindungi aku .... Ya, kalau begitu kamu harus lindungi aku dengan baik. Terima kasih, Tirta. Setelah kasus ini selesai nanti, aku akan traktir kamu makan." Susanti merasa terharu mendengarnya, sehingga dia langsung memeluk Tirta tanpa sadar.

Susanti merasa bahwa Tirta bisa saja tidak mengambil risiko ini jika bukan karena dia yang memaksa Tirta. Namun, Tirta tetap tidak pergi bahkan setelah menyadari betapa berbahayanya misi i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
hans
***** polisi gadungan lanjut
goodnovel comment avatar
Yurnawati
Saya kira semua polisi bisa berenang
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
tanggung tehgangnya slurb
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 275

    Aliran air yang dingin menyapu tubuh Susanti. Hawa dingin yang kuat, rasa takut yang menyelimuti dirinya membuat Susanti menangis tak terkendali. Karena ketakutan, Susanti sama sekali tidak berani membuka matanya dan hanya bisa meronta-ronta dengan tak berdaya.Apa yang harus dilakukan? Apakah ini akhir dari hidupnya?Waduk yang luas ini tidak terlihat ujungnya. Bahkan perenang andal sekalipun tidak akan bisa selamat jika terjatuh ke dalam air. Di saat Susanti merasa putus asa, tiba-tiba dia merasakan sepasang tangan yang kuat mengangkatnya. Tangan itu memegang pinggulnya yang berisi dan mengangkatnya ke permukaan air."Uhuk uhuk ...." Begitu membuka mata, Susanti melihat Tirta yang terombang-ambing di hadapannya."Tirta .... Huhuhu .... Aku benar-benar takut!" Setelah terjatuh ke air, Susanti langsung memegang Tirta dengan erat."Kak, aku benar-benar salut padamu. Kalaupun kamu dendam sama aku, nggak perlu sampai merusak perahu kita! Jangankan mau tangkap pencuri makam, sekarang kita

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 276

    Meskipun aliran air di waduk menjadi sangat kacau karena fenomena siphon, Tirta sama sekali tidak terpengaruh. Hanya dalam waktu singkat, dia sudah menempuh jarak sekitar 7 sampai 8 meter."Sialan, besar sekali lubangnya! Pantas saja tekanannya begitu kuat!" gumam Tirta.Ketika Tirta mendekati area fenomena siphon, situasi di sana benar-benar kacau. Tirta dan Susanti seperti semut kecil yang tidak berdaya saat menghadapi lubang hitam dengan diameter 10 meter itu.Tirta sudah terbiasa dengan aliran air ini sehingga tidak begitu takut lagi. Di sisi lain, Susanti ketakutan hingga wajahnya memucat dan tubuhnya gemetar. Siapa pun yang mengalami kejadian seperti ini pasti akan merasa sesak!"Peluk aku dengan erat. Aku akan masuk!" instruksi Tirta sambil memeluk Susanti. Kemudian, mereka pun diisap oleh pusaran dan masuk ke lubang hitam itu.Supaya Susanti tidak kehabisan napas, Tirta hanya bisa memberinya napas buatan lewat mulut. Saat berikutnya, keduanya disapu oleh arus deras dan masuk ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 277

    Tirta belum masuk, tetapi sudah melihat mayat yang baru mati. Jelas, ini bukan pertanda baik. Seketika, Tirta pun merasakan firasat buruk.Pintu masuk gua yang gelap gulita membuat suasana menjadi makin menegangkan. Apalagi gua ini benar-benar hening hingga suara napas dan suara air mengalir terdengar sangat jelas. Jika mental seseorang tidak kuat, mungkin mereka sudah terduduk lemas di tanah."Ada yang mati? Anggota Black Gloves nggak mungkin saling membunuh. Apa mungkin ada sesuatu yang menakutkan di dalam sana?" tanya Susanti yang terpikir akan kemungkinan ini. Sebagai polisi, Susanti sudah sering melihat jasad. Itu sebabnya, dia tidak panik mendengar Tirta menyebut jasad."Tebakanmu masuk akal. Biasanya di makam kuno begini ada mekanisme yang berbahaya. Kita akan tahu setelah memeriksa jenazahnya," ujar Tirta. Kemudian, dia menurunkan Susanti dan mendekati jenazah itu untuk memeriksa.Setelah mengetahui penyebab kematian orang ini, Tirta kira-kira bisa tahu hal berbahaya apa yang a

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 278

    "Aku juga nggak bisa memastikan itu beracun atau nggak. Tapi, biasanya cerita di novel begitu," timpal Tirta sambil menggaruk kepalanya."Eee ... rupanya kamu punya waktu untuk baca novel ...." Susanti merasa agak malu. Meskipun demikian, dia tetap menutup mulut dan hidungnya."Lihat, ada sesuatu di dinding!" seru Tirta mendadak. Kemudian, dia langsung berlari ke depan.Dinding yang awalnya kosong tiba-tiba memunculkan sebuah lukisan indah. Terlihat banyak pria dan wanita di lukisan itu. Semuanya berlutut kepada seorang wanita cantik bertanduk naga dengan ekspresi tulus dan terobsesi.Di samping wanita itu, terlihat seekor harimau putih yang ganas dan seekor burung merah yang terbang di atas mereka.Jika dilihat dengan saksama, wanita itu berdiri di atas platform. Terlihat juga beberapa ekor duyung yang diikat sedang berlutut kepadanya, seolah-olah akan diberi hukuman.Tirta juga melihat seekor ular besar berwarna merah melilit pilar besar yang ada di platform. Semua yang ada di lukisa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 279

    "Di sini nggak ada peti mati ataupun harta karun. Ini lebih mirip ... altar?" Tirta tertegun sejenak melihat pemandangan di depan. Setelah merenung sesaat, dia baru terpikir akan kata yang tepat.Keduanya terus maju. Tanah di depan menjadi makin rendah. Terlihat ratusan anak tangga yang terhubung ke lapangan bawah tanah. Lapangan itu seukuran dengan lapangan sepak bola.Dilihat dari atas, lapangan itu seperti delapan diagram. Setiap sudutnya memiliki pintu batu yang tertutup rapat. Sementara itu, terlihat pola ikan yin dan yang di bagian tengahnya."Tirta, lihat. Kedua pilar itu persis dengan yang ada di lukisan!" seru Susanti dengan terkejut. Tirta memandang ke arah yang ditunjuk Susanti. Memang terlihat 2 pilar batu besar yang berhadapan. Ini persis dengan pilar yang dililit oleh ular cecak di lukisan."Bukannya ini makam kuno seorang pangeran? Kenapa dekorasinya seperti ini ...." Tirta sungguh kebingungan. Yang jelas, dia merasa makam kuno ini tidak biasa. Tempat ini berbeda dari ba

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 280

    Tirta menggunakan pisau untuk mengambil sesuatu yang berwarna merah. Benda itu berkilauan dan ukurannya sebesar telapak tangan."Itu ... sisik ular?" tanya Susanti dengan terkejut. Meskipun dilumuri darah, Susanti tetap tahu benda apa itu."Benar. Aku nggak nyangka seekor ular bisa mendatangkan bencana sebesar ini," sahut Tirta dengan ngeri. Ini sungguh di luar nalar."Sisiknya saja seukuran telapak tangan? Berarti tubuh ular itu setidaknya sepanjang puluhan meter! Apa mungkin ada monster berusia ribuan tahun di makam kuno ini?" Setelah memikirkan ini, raut wajah Susanti menjadi makin takut."Seharusnya begitu. Aku sudah menebaknya sejak tadi, tapi belum berani memastikannya. Setelah melihat sisik ini, aku jadi makin yakin. Ular cecak yang menggigitmu tadi mungkin keturunan ular ini," ujar Tirta dengan ekspresi serius."Jasad di pintu masuk makam itu seharusnya juga dibunuh oleh ular cecak ini," tambah Tirta.Sebelumnya, Susanti mengatakan makam ini seharusnya memiliki sejarah lebih da

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 281

    "Se ... sejak kapan jalan ini ditutup? Kita nggak bisa pulang lagi?" Susanti pun menyadari mereka berada dalam situasi terpuruk.Celah di pola ikan yin dan yang menjadi makin lebar hingga akhirnya terlihat lubang hitam besar yang menakutkan.Suara gemeresik terus terdengar, seolah-olah ada benda besar dan berat yang bergesekan dengan tanah. Bau busuk di sini pun menjadi makin kuat hingga membuat kepala mereka agak pusing."Tirta, apa yang ada di dalam sana?" tanya Susanti dengan suara bergetar dan menggenggam tangan Tirta dengan erat. Dia benar-benar ketakutan sekarang."Ada ular besar. Kita cari jalan keluar. Kalau diincar ular itu, kita bakal mati!" sahut Tirta. Jantungnya berdetak kencang. Dia terus membawa Susanti berlari. Siapa pun akan panik menghadapi monster aneh seperti ini.Meskipun begitu, akal sehat Tirta memberitahunya untuk tidak panik dan takut di situasi seperti ini. Jika tidak, dia hanya akan mati lebih cepat. Dia harus tenang!Tidak semua anggota Black Gloves mati di

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 282

    Di ujung ekor ular itu, terlihat noda darah yang sangat jelas. Meskipun ular ini sangat besar, kecepatannya sama sekali tidak lambat. Ular itu pun sudah tidak jauh dari Tirta dan Susanti!Dor, dor! Tirta tidak ingin menerima kekalahannya begitu saja. Dia berlari sambil menoleh untuk menembak ular itu!Namun, hasilnya sungguh menyedihkan. Ular itu sama sekali tidak melambat, malah makin dekat dengan mereka. Jarak di antara manusia dan ular itu pun tidak sampai 20 meter lagi!"Pasti ada jalan keluar! Pasti ada! Tapi, di mana?" Tirta tidak bisa menahan kepanikannya. Jangan-jangan jalan keluarnya di lubang hitam itu?Tidak mungkin. Itu adalah tempat istirahat ular raksasa. Mana mungkin ada jalan keluar di tempat seperti itu? Mereka hanya akan mati kalau masuk ke sana!Ular raksasa itu makin dekat. Tirta sampai tidak berani menoleh untuk melihat lagi. Namun, kalau situasi seperti ini terus berlanjut, takutnya mereka akan mati dalam waktu kurang dari 1 menit."Tirta, lepaskan saja tanganku.

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status