Semua Bab Pengawal Misterius Nona Pewaris: Bab 51 - Bab 60

111 Bab

51. Mendapat Restu

"Karena kau, Louis, dan Russell sudah semakin besar, kita tidak bisa lagi menggunakan lemari itu. Jadi, Papa pergi menemuinya untuk meminta desain baru. Saat itulah, Papa bertemu dengan anak-anaknya. Salah satunya Cayden," terang Frank dengan gestur yang interaktif. Emily spontan memajukan kepala. "Bagaimana dia waktu itu?" "Dia anak yang cerdas dan berwibawa. Dia juga sopan dan pandai bicara. Sedikit mirip dengan Louis. Hanya saja, dia jauh lebih dewasa dan tenang." Emily tanpa sadar meloloskan tawa. Matanya berbinar terang. "Lalu, apa saja yang kalian bicarakan?" "Sewaktu dia mendengar tempat asal dan nama belakangku, dia langsung bertanya apakah aku punya seorang putri. Dia begitu senang saat tahu namamu Emily. Dia langsung menceritakan janji kalian dulu dan apa saja yang sedang dipersiapkannya." Sambil tersenyum simpul, Frank melirik Kara. "Bocah itu serius pada Emily. Ayahnya bilang sejak Cayden bertemu Emily, dia menjadi lebih rajin. Bocah itu jadi lebih bersemangat
Baca selengkapnya

52. Menjenguk Cayden

"Tanya saja Mama kalau tidak percaya. Mama dan Papa mengizinkan aku pergi asalkan aku membawa kamu, Orion, dan sepuluh pengawal," tutur Emily bangga. "Tunggu dulu. Kenapa harus sepuluh?" Louis menegakkan sebelah tangan. "Karena Papa mau semua pengawal ikut." "Tapi jumlah kita jadi 13 nanti. Itu bukan angka yang baik." Emily memutar bola matanya. "Sejak kapan kau percaya mitos?" "Itu bukan sekadar mitos, Emily. Bahkan gedung-gedung, pesawat, semua bisnis tidak pernah menggunakan nomor itu. Bawa 9 pengawal saja." "Tapi Papa meminta sepuluh dan aku sudah setuju. Bagaimana kalau kita menyebutnya satu orang wanita dan dua belas pria?" "Jumlahnya tetap saja 13." "Aku bersama 12 pengawal?" "Apa yang berubah? Sama saja. Ubahlah susunan itu atau aku tidak mau pergi." Emily mendesah pasrah. "Baiklah. Akan kubicarakan lagi dengan Papa. Jumat malam nanti, kita berangkat." "Kita jadi pergi akhir pekan?" "Bukankah itu yang kau inginkan?" jawab Emily lugu. Louis mendengus geli.
Baca selengkapnya

53. Bangunlah!

"Cayden," panggil Emily lirih. Kepalanya bergerak sedikit, wajahnya mengernyit. Louis cepat-cepat menghampiri. Ia genggam tangan sang adik, berbisik, "Emily?" Bukannya terbangun, air mata Emily malah menitik. Ia kembali terisak. Alisnya tertaut semakin rapat. "Jangan pergi .... Cayden ...." Louis mengelus pipinya yang terasa dingin. "Emily, bangunlah. Kau bermimpi." "Cayden!" Mata Emily akhirnya terbuka. Guratan merah di sekeliling manik abunya kini tampak jelas. Melihat Louis di sisinya, ia buru-buru beranjak. "Bagaimana kondisi Cayden? Dia selamat, kan? Jantungnya sudah kembali berdetak?" tanya Emily serak. Sinar matanya redup, kekurangan harapan. Louis menarik napas dalam. Ia melihat sekeliling. Hanya ada Orion dan beberapa pengawal dalam ruangan. Situasi aman. "Emily, tenang. Jangan panik. Dengarkan aku baik-baik. Cayden—" Emily terkesiap. Kepalanya menggeleng cepat. "Tidak, tidak mungkin. Cayden tidak mungkin meninggalkan aku secepat ini. Cayden!" Emily
Baca selengkapnya

54. Rahasia Lain

"Oke, kembali ke topik. Jadi perbincangan kalian sudah sampai mana? Dilihat dari kemesraan kalian tadi, sepertinya Emily belum tahu," ujar Louis sembari bersandar di tepi kasur. "Tahu apa?" timpal Emily dengan tampang polos. Mata Louis membulat. "Jadi kau memang belum tahu? Dia belum menceritakannya kepadamu tapi sudah berani menciummu?" Emily jadi semakin bingung. "Apa yang belum kuketahui?" Belum sempat Cayden membuka mulut, Louis sudah menjawab, "Yang mengalami henti jantung tadi bukan Cayden, melainkan Princeton. Cayden baik-baik saja sejak tiba di kota ini." Emily tercengang. Mulutnya membuka tanpa kata selama beberapa saat. "Maksudmu, Princeton masih hidup? Dia belum mati?" Cayden mau tidak mau mengangguk. "Ya, sebetulnya, dia koma selama ini. Kami takut Seth menargetkannya. Dia tentu tidak bisa melawan. Karena itu, kami terpaksa memalsukan kematianku, sedangkan aku memainkan peran sebagai dirinya." Emily mendesah tak percaya. Bola matanya bergetar sementara otaknya
Baca selengkapnya

55. Momen Manis

"Aaak ...." Emily mendekatkan sendok ke mulut Cayden. Melihat kelakuan gadis itu, Cayden mendesah geli. "Aku bisa makan sendiri, Emily. Sungguh. Kau seharusnya pergi makan bersama Louis. Kau juga pasti lapar." Emily langsung mencibir. "Kau lupa? Aku ini sedang bertanggung jawab padamu. Karena itu, kau tidak perlu malu aku menyuapimu. Lagi pula, aku bisa makan nanti." Cayden menatap Emily lembut. Ibu jarinya mengelus tangan Emily dengan penuh kasih. "Aku tidak mau membuatmu repot." "Ini sama sekali tidak merepotkan. Kau tahu? Aku sudah terbiasa melakukan ini. Dulu sewaktu dua nenekku masih hidup, akulah yang paling sering menyuap mereka makan." "Benarkah?" Emily mengangguk dengan tampang lucu. Sambil meletakkan sendok kembali ke mangkuk, tatapannya menerawang. Hatinya mendadak diterpa rindu. "Aku masih tidak percaya Nenek Melanie pergi secepat itu. Mungkin kondisi mental dan obat-obatan yang dia konsumsi memperpendek umur. Setiap dia sedang sakit, aku selalu menyempatka
Baca selengkapnya

56. Kecemburuan Seorang Kakak

"Louis, tidak bisakah kau bersikap baik kepada Cayden? Kenapa sejak dulu kau sentimen sekali padanya?" celetuk Emily saat mereka masuk ke mobil. Louis melirik dengan raut menyebalkan. Orion sudah siap mendengar perdebatan si Kembar. Namun ternyata, jawaban Louis di luar dugaan. "Dia bermaksud merebutmu dariku. Tentu saja aku tidak suka padanya." Emily seketika tertegun. Perasaan aneh menggelitik dadanya. "Kenapa kau bisa berpikir begitu?" tanyanya lirih. Louis mengedikkan bahu. "Pikiran itu muncul sejak dia bertemu denganmu dulu. Aku merasa kalau kau dekat dengannya, kau tidak mau lagi bermain denganku. Kau akan lebih menyayanginya dan lebih dekat dengannya. Kau bisa saja melupakan aku." Emily tercengang. Ia tidak tahu ekspresi apa yang cocok untuk ditampilkan. Ia merasa gemas terhadap Louis, dan juga iba. "Louis, kita masih sangat kecil saat itu. Sekarang kita sudah dewasa. Kau masih cemburu padanya?" Bibir Louis mengerucut. "Awalnya aku juga berpikir kalau itu hanyalah p
Baca selengkapnya

57. Sering Memikirkanmu

"Selamat pagi, Cayden. Oh? Ternyata ada Grace di sini. Selamat pagi, Nona Evans," sapa Emily sambil sesekali melirik ke arah ranjang rumah sakit. Cayden tahu betul apa makna dari lirikan tersebut. Begitu pula dengan Grace. Akan tetapi, Grace enggan menampakkan hal itu. "Selamat pagi, Nona Harper. Kebetulan sekali, kau sudah tiba di sini. Aku bisa menitipkan Cayden sementara aku mengurus kantor," balasnya, masih cenderung dingin dan kaku. "Kau hanya mampir?" Celetukan Louis membuat Emily mengernyitkan dahi. Sang kakak terdengar seperti sudah akrab dengan Grace. "Ya," Grace mengangguk. "Aku selalu memeriksa kedua sepupuku setiap pagi untuk dilaporkan. Kau tahu? Terlalu bahaya bagi paman dan bibiku untuk menjenguk anak mereka sendiri. Rencana bisa kacau." Emily sadar bahwa Grace menyindirnya. Namun, ia tidak mau ambil pusing. "Serahkan saja Cayden padaku. Aku bisa menjaganya dengan baik. Kau fokus saja dengan urusanmu," Emily tersenyum manis. "Oke. Kupercayakan Cayden padam
Baca selengkapnya

58. Bonding

Merasa geli, tawa Cayden akhirnya lolos. Tak ingin menimbulkan masalah, ia cepat-cepat menyamarkannya dengan helaan napas. "Sebetulnya, tanpa klarifikasi darimu pun, aku bisa mengerti itu. Kalau aku berada di posisimu, aku juga pasti tidak setuju dengan keputusan Emily. Atau mungkin, aku akan menyekapnya di kamar agar tidak datang kemari. Penjahat yang kita hadapi adalah kelas kakap. Risikonya cukup besar untuk menangkapnya. Karena itu," Cayden mengubah tatapannya menjadi bersahabat. "Aku berterima kasih karena kau dan Orion bersedia mengurangi risiko itu. Aku juga bersyukur kau mengizinkan Emily untuk tetap di sini bersamaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan dan kesempatan darimu. Aku akan melindungi Emily melebihi nyawaku." Louis mengamati Cayden dengan tatapan ragu. "Hanya itu? Kau hanya berniat untuk melindunginya dari maut? Tidak ada niat lain?' Cayden bergeming sebelum berkedip. "Tentu saja ada. Aku juga berniat untuk mencintainya dengan cara yang benar, memperl
Baca selengkapnya

59. Kepanikan

"Kau berhasil membantu kami menangkap Seth dengan risiko seminim mungkin," tutur Grace seolah menantang. Ketegangan Emily sontak memudar. "Bukankah sekarang aku sedang membantu? Aku adalah umpan di sini." "Kau pikir menjadi umpan saja cukup? Jangan menjadi beban lagi! Jangan menjadi cengeng dan lemah karena aku paling benci gadis yang seperti itu. Bisa kau lakukan?" Dagu Emily naik mendesak mulut. "Aku tidak cengeng. Bukankah menangis itu wajar saat orang yang kita sayangi terluka? Tapi kali ini, Cayden tidak akan terluka lagi, kan? Jadi, aku tidak akan menangis." "Kalau begitu, kau benar-benar tidak boleh lemah." "Aku tidak lemah. Aku bahkan berhasil mengalahkan tiga orang gadis yang berniat merundungku di Perancis." "Lawanmu adalah Seth. Dia pria yang jahat, bukan gadis perundung yang lembek." Emily mengerutkan dahi. Ia kesal bukan hanya karena penilaian Grace, tetapi juga kemiripannya dengan Louis. "Kau lihat ini?" Ia membuka tas, menunjukkan semua senjata yang dia b
Baca selengkapnya

60. Terjebak

Melihat Orion membuka jendela, para pengawal bergegas melucuti jas. Mereka bungkus bola-bola aneh yang masih berdesis itu, lalu secara bergantian melemparnya ke arah tanaman di lantai dasar. Sementara itu, Louis cepat-cepat menutup hidung Emily. Sambil mendekapnya dengan sebelah lengan, ia memandunya keluar. Akan tetapi, Emily menolak berjalan. Ia menoleh ke belakang. Tangannya berusaha menggapai. "Cayden," panggilnya tak jelas. Di atas ranjang, Cayden sudah melengkapi diri dengan tabung oksigen portable dan sebuah pistol. "Jangan khawatirkan aku! Aku baik-baik saja," ia menunjuk peralatannya. "Cepat keluar! Obat biusnya sudah telanjur menyebar!" Melihat Emily masih enggan berjalan, Orion memerintahkan para pengawal untuk memeriksa keadaan di luar. Kemudian, ia pindahkan kursi roda ke sisi ranjang. "Tidak," Cayden menggeleng tegas. "Aku bisa mengurus diriku sendiri. Kalian pergilah. Cepat! Waktu kalian tidak banyak!" Mata Emily berkaca-kaca melihat bagaimana Cay
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status