All Chapters of Pengawal Misterius Nona Pewaris: Chapter 51 - Chapter 56
56 Chapters
51. Mendapat Restu
"Karena kau, Louis, dan Russell sudah semakin besar, kita tidak bisa lagi menggunakan lemari itu. Jadi, Papa pergi menemuinya untuk meminta desain baru. Saat itulah, Papa bertemu dengan anak-anaknya. Salah satunya Cayden," terang Frank dengan gestur yang interaktif. Emily spontan memajukan kepala. "Bagaimana dia waktu itu?" "Dia anak yang cerdas dan berwibawa. Dia juga sopan dan pandai bicara. Sedikit mirip dengan Louis. Hanya saja, dia jauh lebih dewasa dan tenang." Emily tanpa sadar meloloskan tawa. Matanya berbinar terang. "Lalu, apa saja yang kalian bicarakan?" "Sewaktu dia mendengar tempat asal dan nama belakangku, dia langsung bertanya apakah aku punya seorang putri. Dia begitu senang saat tahu namamu Emily. Dia langsung menceritakan janji kalian dulu dan apa saja yang sedang dipersiapkannya." Sambil tersenyum simpul, Frank melirik Kara. "Bocah itu serius pada Emily. Ayahnya bilang sejak Cayden bertemu Emily, dia menjadi lebih rajin. Bocah itu jadi lebih bersemangat
Read more
52. Menjenguk Cayden
"Tanya saja Mama kalau tidak percaya. Mama dan Papa mengizinkan aku pergi asalkan aku membawa kamu, Orion, dan sepuluh pengawal," tutur Emily bangga. "Tunggu dulu. Kenapa harus sepuluh?" Louis menegakkan sebelah tangan. "Karena Papa mau semua pengawal ikut." "Tapi jumlah kita jadi 13 nanti. Itu bukan angka yang baik." Emily memutar bola matanya. "Sejak kapan kau percaya mitos?" "Itu bukan sekadar mitos, Emily. Bahkan gedung-gedung, pesawat, semua bisnis tidak pernah menggunakan nomor itu. Bawa 9 pengawal saja." "Tapi Papa meminta sepuluh dan aku sudah setuju. Bagaimana kalau kita menyebutnya satu orang wanita dan dua belas pria?" "Jumlahnya tetap saja 13." "Aku bersama 12 pengawal?" "Apa yang berubah? Sama saja. Ubahlah susunan itu atau aku tidak mau pergi." Emily mendesah pasrah. "Baiklah. Akan kubicarakan lagi dengan Papa. Jumat malam nanti, kita berangkat." "Kita jadi pergi akhir pekan?" "Bukankah itu yang kau inginkan?" jawab Emily lugu. Louis mendengus geli.
Read more
53. Bangunlah!
"Cayden," panggil Emily lirih. Kepalanya bergerak sedikit, wajahnya mengernyit. Louis cepat-cepat menghampiri. Ia genggam tangan sang adik, berbisik, "Emily?" Bukannya terbangun, air mata Emily malah menitik. Ia kembali terisak. Alisnya tertaut semakin rapat. "Jangan pergi .... Cayden ...." Louis mengelus pipinya yang terasa dingin. "Emily, bangunlah. Kau bermimpi." "Cayden!" Mata Emily akhirnya terbuka. Guratan merah di sekeliling manik abunya kini tampak jelas. Melihat Louis di sisinya, ia buru-buru beranjak. "Bagaimana kondisi Cayden? Dia selamat, kan? Jantungnya sudah kembali berdetak?" tanya Emily serak. Sinar matanya redup, kekurangan harapan. Louis menarik napas dalam. Ia melihat sekeliling. Hanya ada Orion dan beberapa pengawal dalam ruangan. Situasi aman. "Emily, tenang. Jangan panik. Dengarkan aku baik-baik. Cayden—" Emily terkesiap. Kepalanya menggeleng cepat. "Tidak, tidak mungkin. Cayden tidak mungkin meninggalkan aku secepat ini. Cayden!" Emily
Read more
54. Rahasia Lain
"Oke, kembali ke topik. Jadi perbincangan kalian sudah sampai mana? Dilihat dari kemesraan kalian tadi, sepertinya Emily belum tahu," ujar Louis sembari bersandar di tepi kasur. "Tahu apa?" timpal Emily dengan tampang polos. Mata Louis membulat. "Jadi kau memang belum tahu? Dia belum menceritakannya kepadamu tapi sudah berani menciummu?" Emily jadi semakin bingung. "Apa yang belum kuketahui?" Belum sempat Cayden membuka mulut, Louis sudah menjawab, "Yang mengalami henti jantung tadi bukan Cayden, melainkan Princeton. Cayden baik-baik saja sejak tiba di kota ini." Emily tercengang. Mulutnya membuka tanpa kata selama beberapa saat. "Maksudmu, Princeton masih hidup? Dia belum mati?" Cayden mau tidak mau mengangguk. "Ya, sebetulnya, dia koma selama ini. Kami takut Seth menargetkannya. Dia tentu tidak bisa melawan. Karena itu, kami terpaksa memalsukan kematianku, sedangkan aku memainkan peran sebagai dirinya." Emily mendesah tak percaya. Bola matanya bergetar sementara otaknya
Read more
55. Momen Manis
"Aaak ...." Emily mendekatkan sendok ke mulut Cayden. Melihat kelakuan gadis itu, Cayden mendesah geli. "Aku bisa makan sendiri, Emily. Sungguh. Kau seharusnya pergi makan bersama Louis. Kau juga pasti lapar." Emily langsung mencibir. "Kau lupa? Aku ini sedang bertanggung jawab padamu. Karena itu, kau tidak perlu malu aku menyuapimu. Lagi pula, aku bisa makan nanti." Cayden menatap Emily lembut. Ibu jarinya mengelus tangan Emily dengan penuh kasih. "Aku tidak mau membuatmu repot." "Ini sama sekali tidak merepotkan. Kau tahu? Aku sudah terbiasa melakukan ini. Dulu sewaktu dua nenekku masih hidup, akulah yang paling sering menyuap mereka makan." "Benarkah?" Emily mengangguk dengan tampang lucu. Sambil meletakkan sendok kembali ke mangkuk, tatapannya menerawang. Hatinya mendadak diterpa rindu. "Aku masih tidak percaya Nenek Melanie pergi secepat itu. Mungkin kondisi mental dan obat-obatan yang dia konsumsi memperpendek umur. Setiap dia sedang sakit, aku selalu menyempatka
Read more
56. Kecemburuan Seorang Kakak
"Louis, tidak bisakah kau bersikap baik kepada Cayden? Kenapa sejak dulu kau sentimen sekali padanya?" celetuk Emily saat mereka masuk ke mobil. Louis melirik dengan raut menyebalkan. Orion sudah siap mendengar perdebatan si Kembar. Namun ternyata, jawaban Louis di luar dugaan. "Dia bermaksud merebutmu dariku. Tentu saja aku tidak suka padanya." Emily seketika tertegun. Perasaan aneh menggelitik dadanya. "Kenapa kau bisa berpikir begitu?" tanyanya lirih. Louis mengedikkan bahu. "Pikiran itu muncul sejak dia bertemu denganmu dulu. Aku merasa kalau kau dekat dengannya, kau tidak mau lagi bermain denganku. Kau akan lebih menyayanginya dan lebih dekat dengannya. Kau bisa saja melupakan aku." Emily tercengang. Ia tidak tahu ekspresi apa yang cocok untuk ditampilkan. Ia merasa gemas terhadap Louis, dan juga iba. "Louis, kita masih sangat kecil saat itu. Sekarang kita sudah dewasa. Kau masih cemburu padanya?" Bibir Louis mengerucut. "Awalnya aku juga berpikir kalau itu hanyalah p
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status