"Kalau aku bisa memiliki anak perempuan, aku mau satu yang seperti dirimu. Yang baik, cantik, dan cerdas. Yang sopan dan juga berani." Emily terbelalak mendengar pujian tersebut. Ia merasa tersanjung, sekaligus malu. "Terima kasih, Nyonya Evans. Aku tidak tahu Anda menganggapku sehebat itu," tuturnya dengan kepala yang agak tertunduk. "Kau memang sehebat itu, Sweetheart. Kenapa kau terdengar ragu?" Emily mengintip dari sudut matanya. Senyumnya berubah kecut. "Akhir-akhir ini, aku banyak melakukan hal bodoh. Aku beberapa kali menempatkan Cayden dalam bahaya. Aku masih menyesalinya sampai sekarang. Aku juga merasa kalau aku belum berhasil menebusnya. Kebaikanku terhadap Cayden masih kurang." Tiba-tiba, Gabriella tertawa. Suaranya membuat Emily keheranan. "Kau lihat? Betapa manis dan baik hatinya dirimu. Kalau kau bukan gadis pilihan, kau pasti sudah meninggalkan Cayden. Apalagi, melihatnya duduk di kursi roda begitu. Kurasa gadis lain pasti akan kabur, tapi kamu," Gabriella
Baca selengkapnya