"Kau tahu?" ujar Brandon dengan suara rendah yang serak. "Aku sudah menyukai Emily sejak pertama kali melihatnya di berita. Bahkan, di hari pertama kami masuk sekolah, aku sudah memberinya bunga." Detik berikutnya, Brandon tertawa kecil. Kepalanya agak tertunduk, menggeleng sedikit. "Sayangnya, dia menolak bunga dariku. Mungkin karena masih terlalu kecil, aku tidak patah hati saat itu. Aku terus berusaha mendekatinya, sampai akhirnya, kami menjadi teman." Cayden tidak menimpali. Ia malah menautkan jemari di atas perut. Punggungnya bersandar di sofa. Ia seperti sedang menyaksikan film seru. "Suatu hari pasca liburan, Louis datang membawa kabar buruk. Katanya, Emily bertemu denganmu. Kalian berjanji untuk bertemu dalam 20 tahun. Dia menduga kalian berniat untuk pacaran. Itulah pertama kali aku patah hati." "Kau masih sangat kecil waktu itu. Kau sudah memikirkan cinta?" celetuk Cayden membuat Brandon tersenyum kecut. "Apakah kau tidak pernah menonton TV? Itu salah satu hiburanku
Baca selengkapnya