Home / Urban / Pengawal Misterius Nona Pewaris / 77. Melampiaskan Rindu

Share

77. Melampiaskan Rindu

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-07-15 09:24:33

"Selamat datang di ruang kerjaku, My Prince." Emily merentangkan tangan seolah memberi persembahan.

Cayden masuk sembari tertawa kecil. Ia suka dengan semangat Emily dan senyum cerahnya.

"Ruanganmu bagus sekali, Princess. Kau pasti nyaman bekerja di sini."

Cayden memperhatikan sekeliling. Semua barang tertata rapi, termasuk manekin yang berjajar di salah satu sisi.

"Itu yang akan kukenakan nanti?" tunjuknya.

Emily mengangguk. "Apakah bagus? Kau bisa mencobanya nanti."

"Bagus. Desainnya keren. Kurasa bahannya juga nyaman."

Emily terkekeh mendengar komentar itu. "Kau tahu? Summer juga berpikir begitu. Dia bilang kemeja itu pasti nyaman kalau dijadikan selimut."

"Selimut?" Cayden melebarkan mata.

"Dia bilang kemejamu akan menjadi sangat lebar ketika dibentang, mirip selimutnya."

Sembari menggeleng gemas, Cayden melanjutkan pengamatan. Hal yang paling menarik perhatiannya adalah figura-figura di dinding. Isinya bukan foto manusia, melainkan panduan desain dan hal-hal basi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
yahhh.. dikira ada lagi lanjutannya , aq baru bacaaaa pagi.. ini... huhu.. makasi kak ceritanya lucu banget suka. jd semangat..
goodnovel comment avatar
Monika Anastasia Khim
Yeakkkk louiss kehabisan kt2 di depan cay lucukkk hhhh Good morning thor
goodnovel comment avatar
puji amriani
huhuhuuu gak sabar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   78. Obrolan Lelaki

    "Apa peduliku kalau Ace tidak suka? Dia tidak berhak mengatur sikapku," tutur Louis sembari menggaruk hidung. Cayden tersenyum mengendus kecanggungan itu. "Kau sungguh tidak peduli padanya? Kupikir kau datang kemari karena ingin menanyakan kabarnya." Alis Louis naik mendesak dahi. Sambil mengerucutkan bibir, ia memperbaiki posisi duduk. "Aku kemari karena aku masih menghargai pilihan adikku. Kau datang dari jauh. Tentu saja aku harus menyambutmu. Tapi," Louis mendadak ragu, "bagaimana kabar sepupumu itu? Dia baik-baik saja?" Cayden nyaris melepas tawa. "Kenapa kau tidak menghubunginya langsung? Bukankah kau sudah menyimpan kontaknya?" Tampang Louis berubah cemberut. Selama ini, Grace tidak membalas pesannya. Ia curiga kalau Cayden tahu soal itu. "Apakah kau tidak senang kalau aku mendekati sepupumu?" "Bukan aku, tapi adikmu. Kalau aku boleh memberi saran, coba pikirkan lagi. Apakah Ace sungguh gadis yang tepat untukmu?" Louis memutar bola mata seperti remaja yang tidak

    Last Updated : 2024-07-15
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   79. Pemenang Hati Emily

    "Kau tahu?" ujar Brandon dengan suara rendah yang serak. "Aku sudah menyukai Emily sejak pertama kali melihatnya di berita. Bahkan, di hari pertama kami masuk sekolah, aku sudah memberinya bunga." Detik berikutnya, Brandon tertawa kecil. Kepalanya agak tertunduk, menggeleng sedikit. "Sayangnya, dia menolak bunga dariku. Mungkin karena masih terlalu kecil, aku tidak patah hati saat itu. Aku terus berusaha mendekatinya, sampai akhirnya, kami menjadi teman." Cayden tidak menimpali. Ia malah menautkan jemari di atas perut. Punggungnya bersandar di sofa. Ia seperti sedang menyaksikan film seru. "Suatu hari pasca liburan, Louis datang membawa kabar buruk. Katanya, Emily bertemu denganmu. Kalian berjanji untuk bertemu dalam 20 tahun. Dia menduga kalian berniat untuk pacaran. Itulah pertama kali aku patah hati." "Kau masih sangat kecil waktu itu. Kau sudah memikirkan cinta?" celetuk Cayden membuat Brandon tersenyum kecut. "Apakah kau tidak pernah menonton TV? Itu salah satu hiburanku

    Last Updated : 2024-07-16
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   80. Waktunya Bermesraan

    "My Prince ...." Emily kembali ke ruangannya dengan wajah ceria. Ia langsung duduk di samping Cayden. Tangannya tersusun manis di pangkuan. "Apakah kau sudah bosan menunggu? Maaf, tadi aku sekalian mengerjakan tugas lain. Jadi hari ini, aku sudah tidak sibuk lagi. Kita bisa bersantai dan berbincang sekarang. Oh?" Tatapan Emily tertuju pada cangkir kosong di atas meja. "Kau mengopi? Apakah kau sebosan itu sampai menghabiskan dua cangkir?" Cayden menggeleng gemas. "Bukan aku saja. Brandon juga." "Brandon?" Mata Emily membulat. Ia berusaha menyaring Brandon mana yang Cayden maksud. Karyawannya tidak ada yang bernama itu. "Maksudmu, Brandon Young?" tanyanya ragu. Begitu Cayden mengangguk, Emily terkesiap. Tangannya terangkat menutupi mulut yang terbuka lebar. "Untuk apa dia datang ke sini? Dia tidak menghajarmu, kan? Kau baik-baik saja?" Emily memeriksa wajah Cayden dari segala sisi. "Tapi menurutku, Brandon tidak mungkin menghajarmu. Meskipun dia orang dengan obsesi dan sem

    Last Updated : 2024-07-16
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   81. Interogasi Calon Mertua

    Emily duduk dengan kepala tertunduk dan jemari saling meremas. Keringat dingin membutir di tengkuknya. Ia menyesal telah memancing Cayden tadi. Sekarang, ia benar-benar takut citra Cayden buruk di mata orang tuanya. Di samping Emily, Cayden duduk dengan pose yang serupa. Pandangannya turun. Ia tidak berani menatap Frank ataupun Kara. Keningnya panas. Ia bisa membayangkan bagaimana sorot mata dua orang itu menancap di sana. "Emily," suara Frank menggetarkan nyali sang putri, "bisa kau jelaskan apa yang baru saja terjadi?" Emily mengintip dari bawah alis. Wajahnya memelas. "Maaf, Papa. Tolong jangan berburuk sangka terhadap Cayden. Aku yang lebih dulu mencium—" "Maaf, Tuan," sela Cayden, membuat semua orang tersentak. "Tolong maafkan kecerobohan saya. Saya akui saya tidak seharusnya melakukan hal seperti tadi. Saya seharusnya lebih menghargai Emily." "Apakah kalian sudah sering melakukannya?" Emily terbelalak. "Melakukan apa, Papa?" "Saling menempelkan bibir seperti tadi. Sud

    Last Updated : 2024-07-17
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   82. Selamat Datang di Istana

    "Kolam air mancur itu menarik sekali, Emily. Apakah dia sudah ada sejak rumah kalian dibangun?" tanya Cayden saat mobil mereka memasuki gerbang. Emily yang sedang melamun spontan mengerjap. "Kolam itu? Papa membuatnya setelah menikah dengan Mama. Sebagai simbol keindahan yang baru datang dalam kehidupannya." "Ayahmu romantis," bisik Cayden. Sengaja. Ia ingin menguraikan ketegangan Emily. "Dan kau tahu? Rumah kalian seperti istana," lanjut Cayden, tidak membiarkan Emily kembali merenung. Emily ikut melihat ke luar jendela. Mereka sedikit lagi tiba di depan pintu rumah. Ia bisa merasakan jantungnya berdebar semakin hebat. Namun, ia enggan mengungkapkannya. "Kau tahu? Itulah yang kukatakan saat pertama kali datang ke sini. Rumah ini adalah istana kami. Papa sebagai raja dan Mama sebagai ratunya." "Lalu kau adalah tuan putri kesayangan semua orang?" Emily tersenyum tipis. "Ya, dan kau tahu Louis sebagai apa?" Mata Cayden memicing. "Pangeran?" "Ksatria terhebat yang memimp

    Last Updated : 2024-07-17
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   83. Ujian Pertama

    "Papa? Kenapa—" Frank mengangkat telunjuk. Emily spontan menghentikan bicara. Hal itu menimbulkan keresahan yang lebih besar dalam hatinya. "Kenapa Papa menyajikan mahluk mengerikan itu untuk kami? Apakah dia mau menguji Cayden? Mungkinkah ...." Emily terkesiap. Ia teringat bagaimana kakek buyutnya dulu selalu membasmi orang-orang yang mengetahui kelemahan keluarga mereka. Mungkinkah sang ayah juga mau melakukan hal yang sama? Tapi Frank bukanlah orang yang beringas. "Papa—" "Maaf, Tuan. Mengapa Anda menyajikan menu ini? Bukankah Emily alergi udang?" Letupan besar sontak mengguncang hati Emily. Keringat dinginnya mendesak keluar, sama seperti kepanikan yang menyumbat kerongkongannya. Sementara itu, Frank tersenyum miring. "Kau tahu putriku alergi?" Cayden mengangguk tanpa beban. "Saat kami di pesawat, Emily sempat panik karena memakan sesuatu yang mirip udang. Dari situlah saya tahu kalau Emily alergi. Untungnya, itu adalah makanan vegan yang dibuat menyerupai udang." "A

    Last Updated : 2024-07-18
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   84. Pertandingan Sengit

    "Kau tidak bisa mengalahkan aku, heh?" bisik Frank, mencoba untuk menggoyahkan lawan. Bukannya terintimidasi, Cayden malah tersenyum kecil. "Tujuan saya bukan untuk mengalahkan Anda, Tuan. Tapi untuk menunjukkan kekuatan saya." Frank tertawa remeh. "Kau tidak akan kurestui kalau kau kalah." Cayden mengangguk. "Aku tahu." Tiba-tiba, Frank mengerahkan seluruh tenaga. Tangan Cayden sontak terdorong mundur. Emily memekik panik di kursinya. "Cayden!" Namun kemudian, tangan mereka kembali ke posisi semula. Emily kini menahan napas. Ia berharap Cayden terus mendorong, tetapi kenyataannya tidak. Kekasihnya itu hanya mengimbangi kekuatan Frank. "Cayden, kubilang jangan mengalah. Cepat selesaikan permainan!" seru Emily lantang. Emosi Frank semakin membara. Ia berusaha menambah kekuatan, tetapi ia sudah mencapai batas maksimal. "Sudah lelah, Tuan?" bisik Cayden, terlihat lebih santai. Frank tidak sanggup menjawab. Ia terlalu fokus mengatur napas. Namun perlahan, Cayden mulai

    Last Updated : 2024-07-18
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   85. Ulat yang Menggerogoti Tanaman

    "Apakah kau setuju? Kau juga berpikir kalau putriku bodoh?" Frank menatap Cayden lekat-lekat. Cayden menggeleng tipis. "Tidak. Menurutku, Emily tidak bodoh. Dia hanya bingung. Beberapa kali kuperhatikan, dia tidak bisa berpikir rasional setiap kali ia menyimpan kekhawatiran terhadap orang-orang yang disayanginya." "Orang itu kamu? Maksudmu, Emily menyayangimu?" Cayden mengangguk sambil tersenyum simpul. "Ya, salah satunya." Frank memiringkan kepalanya sedikit. Matanya agak menyipit. "Emily itu gadis jenius. Dia pandai memecahkan masalah dan menyusun langkah strategis. Akan tetapi, setiap kali dihadapkan pada masalah yang menyangkut keselamatan orang-orang terdekatnya, dia mendadak linglung. Pikirannya seperti tidak bisa bekerja dengan baik. Hasilnya seperti tadi. Dia menjadi terlalu takut dan panik." Sambil kembali menyusun buah catur, Frank tertawa miris. Kepalanya menggeleng tak habis pikir. "Kau tahu apa penyebabnya?" Cayden bergeming. "Apa?" "Dia terlalu sering bergantu

    Last Updated : 2024-07-19

Latest chapter

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 3. Pengalaman Terbaik

    Setibanya di ketinggian 186 meter dari muka jalan, mata Emily langsung berbinar. Ruangan yang baru dimasukinya itu berdinding kaca. Pemandangan kota Auckland terpampang indah di baliknya. "Selamat datang di menara tertinggi di NZ, Paman dan Bibi. Menara ini adalah ikon kota Auckland, dibangun pada tahun 1994 dengan ketinggian total mencapai 328 meter. Dari lantai ini, Paman dan Bibi bisa menikmati pemandangan kota sejauh 360 derajat. Makan malam kalian pasti akan menjadi sangat romantis dan mengesankan," terang Summer dengan penuh antusiasme. Emily tersenyum manis. Sambil merangkul pinggang Cayden, ia berbisik, "Kita tidak salah memilih pemandu." Kemudian, ia kembali menatap si pemandu cilik. "Terima kasih, Nona Hills Kecil. Aku suka sekali tempat ini." Summer mengulum senyum. Rasa bangga memenuhi hatinya. Sambil berkacak pinggang, ia mengangguk mantap. "Kalau begitu, selamat menikmati makan malam, Bibi. Silakan menempati meja yang kami siapkan khusus untuk kalian. Setelah kalian

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 2. Bulan Madu

    "Paman Cayden! Bibi Emily!" sapa Summer begitu pengantin baru itu keluar dari gerbang kedatangan. Tangannya yang memegang selembar karton terayun-ayun. Nama Cayden dan Emily yang tertempel di situ nyaris melayang ke udara. Dari kejauhan, Emily melambai ke arahnya. Tawa sang balita pun bergema. Kakinya melompat-lompat girang. Namun, melihat bagaimana si pengantin baru berjalan, keceriaannya berganti menjadi keheranan. "Oh, Mama? Ada apa dengan kaki Bibi? Kenapa dia berjalan seperti itu?" Mendengar celetukan sang putri, Sky mematung. Lengkung bibirnya ikut membeku. "Mama rasa tidak ada yang salah dengan Emily," sangkalnya ragu. "Tidak, Mama. Biasanya Bibi tidak berjalan seperti itu. Dia jadi terlihat aneh. Apakah kakinya masih sakit karena terlalu banyak berdiri di pernikahannya minggu lalu? Atau mungkin, gaunnya terlalu berat? Kakinya jadi kelelahan?" Sky meringis. "Summer, bagaimana kalau kita berhenti membahas itu? Emily adalah seorang perfeksionis. Mood-nya bisa rusak kala

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 1. Malam Pertama (+18)

    "My Prince, kau yakin tidak akan menyesal pulang ke sini? Kita masih bisa menyewa hotel untuk malam pertama kita kalau kau mau," bisik Emily saat Cayden menggendongnya menuju kamar. Cayden tertawa lirih. Desah napasnya terdengar menggelitik di telinga Emily. "Bukankah ini rumah kita juga? Apa salahnya pulang kemari?" "Memang tidak ada yang salah. Hanya saja," Emily tertunduk menutupi malu, "orang tua dan saudaraku juga tinggal di sini. Apakah tidak masalah kalau kita melakukannya di dekat kamar mereka?" "Kita akan melakukannya di kamar kita sendiri, Emily. Mereka tidak mungkin mengintip. Lagi pula, kita sudah pernah membahas ini, kan? Kau tidak keberatan." Cayden diam-diam merasa gemas pada sang istri. Emily meringis kecil. "Ya, memang. Saat itu, aku tidak berpikir sejauh ini." "Sejauh apa?" Cayden menaikkan alis. Sekarang mereka sudah tiba di lantai atas. Melihat pintu kamar mereka, jantung Emily semakin berdebar. Ia tanpa sadar menelan ludah. "Aku tidak memperhit

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   108. Kemenangan Sejati

    "Berbahagialah dalam kehidupan barumu nanti. Jangan cengeng lagi," bisik Louis. "Aku sudah tidak cengeng, Louis," sanggah Emily. "Buktinya kau sekarang menangis." Louis memeriksa mata Emily. "Kau juga menangis." Louis menggeleng. "Aku tidak menangis. Mataku terkena hawa AC." Sementara Emily mendesahkan tawa lagi, seorang staf WO datang menghampiri. "Tuan Harper, waktunya beraksi." Emily tercengang melihat boneka lemon yang diberikan staf itu kepada Louis. "Kenapa Yemon ada di sini?" Louis tersenyum usil. "Bukankah dia boneka kesayanganmu? Dia akan sedih kalau melewatkan momen spesialmu. Jadi, dia juga harus ikut andil." "Ikut andil bagaimana?" Louis mengeluarkan kotak cincin dari sakunya. Setelah menggoyang-goyangkannya sejenak, ia masukkan kedua cincin ke dalam saku rahasia Yemon. "Kantong ajaibnya selalu berguna." Ia kedipkan sebelah mata. Emily mendesah tak percaya. Saat Louis mengenakan kacamata hitamnya dan pergi menjalankan tugas, ia hanya bisa menggeleng-geleng t

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   107. Pernikahan Cayden dan Emily

    "Bagaimana kalau kita menepati janji yang sempat tertunda?" bisik Emily, membuat Cayden mengangkat alis. "Maksudmu NZ?" Emily mengangguk. Cayden pun tersenyum. Ia menoleh ke arah ponsel. "Apakah kau keberatan kalau mengunjungi cacing yang menyala dalam gua lagi, Summer?" tanyanya. "Paman dan Bibi mau berbulan madu di NZ?" Suara Summer semakin ringan. Mendapat anggukan dari kedua calon pengantin, tawanya mengudara. "Aku suka pilihan itu. Paman dan Bibi bisa berfoto bersama cacing yang menyala. Lalu, aku akan mengajak kalian menjelajahi pulau utara dan selatan. Kita bisa rafting, bungee jumping, hiking. Semua hal seru bisa kita lakukan bersama. Maksudku, kalian berdua sedangkan aku dan Mama. Kita lakukan bersama-sama tapi secara terpisah!" Emily tersenyum manis membayangkan keseruan itu. "Oh, aku jadi tidak sabar ingin bulan madu." "Menikah saja dulu, baru pikirkan bulan madu," celetuk Sky geli. "Tapi, kuharap kalian tidak menyesal memilih Summer sebagai pemandu." "Kenapa haru

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   106. Kondisi Summer

    Begitu giliran Louis yang diinterogasi, Emily bergegas masuk ke mobil. Ia sudah tidak sabar ingin menghubungi Alice. Hatinya tidak tenang semenjak polisi mengatakan bahwa Sky dan Summer tidak jadi terbang. "Nyonya Hills?" Perasaannya semakin tidak karuan saat melihat Alice berada di rumah sakit. "Apa yang terjadi? Di mana Sky dan Summer? Mengapa mereka tidak jadi terbang ke sini?" Alice tersenyum kecil. "Maaf kalau putri dan cucuku terpaksa membatalkan janji. Sesuatu terjadi tadi, tapi kau jangan khawatir. Masa kritisnya sudah lewat." Emily terkesiap. "Siapa yang kritis?" "Summer. Seseorang memberinya susu almond di bandara. Alerginya kambuh. Epipennya mendadak hilang, tapi untunglah, Sky cepat membawanya ke ruang medis. Sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit." Emily menutupi mulut dengan sebelah tangan. Dadanya sesak. Air matanya nyaris tumpah. Cayden yang baru saja masuk ke mobil terbelalak melihatnya. Sambil memegangi pundak Emily, ia berbisik, "Ada apa?" Emily pun men

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   105. Pahlawan

    "Berani-beraninya kau melukai calon istriku?" hardik Cayden dengan kebencian yang membara. Seth membalas tatapan Cayden dengan sorot mata yang lebih tajam. Rahangnya berdenyut-denyut. Ia geram rencananya tak satu pun berjalan lancar. "Mengapa nasib tidak pernah berpihak kepadaku? Mengapa?" Putus asa, Seth akhirnya mengeluarkan pistol dari saku. Melihat itu, Cayden dan Emily terkesiap. "Hei? Tolong jangan gegabah. Hukumanmu bisa bertambah berat kalau kau membunuh kami dengan senjata," tutur Cayden sembari mengangkat sebelah tangan ke depan. Tawa Seth semakin terdengar menyeramkan. "Kau pikir aku peduli? Apa bedanya membunuh kalian dengan tongkat, racun, atau peluru? Semuanya sama saja. Semuanya sama-sama bisa mengirim kalian ke neraka!" Seth mengacungkan pistol ke arah Emily. Jarinya sudah siap menekan pelatuk. Menyaksikan hal itu, Cayden menelan ludah. Jaraknya terlalu jauh untuk bisa melindungi Emily. Sekarang, ia hanya bisa berharap kalau Seth membidiknya saja. "Kau pi

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   104. Serangan yang Membabi-Buta

    Tiba-tiba, Cayden menyentak seluruh badan. Ia berusaha bangkit dari kursi. Sayangnya, tali yang mengikatnya terlalu kuat. "Dasar pengecut! Lawanmu adalah aku, bukan Emily. Kenapa kau terus melibatkan dia dalam urusan kita, heh? Lepaskan dia!" Emily hanya bisa menghela napas iba di tempat persembunyiannya. Sementara itu, Seth yang sempat diam kini tertawa terpingkal-pingkal. "Kau pikir ancamanku selama ini main-main? Menghancurkanmu adalah tujuan hidupku. Aku tidak akan pernah berhenti sampai kau mendapatkan apa yang seharusnya kau dapatkan. Glen ...." Seth melirik rekan kejahatannya. "Biarkan pertunjukan dimulai." "Oke, Bro." Pria berseragam layaknya petugas kebersihan itu kembali mengotak-atik laptop. Napas Cayden semakin menderu dibuatnya. Sementara itu, Seth menempati sofa bekas. Ia sudah siap menyaksikan kemarahan Cayden. Senyum jahatnya terus merekah sampai akhirnya, alis Glen berkerut dan wajah Cayden berubah bingung. "Hei! Apakah ini tayangan yang dijeda? Kenapa ka

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   103. Terikat di Kursi

    Begitu keluar dari lift, Emily langsung menghampiri petugas keamanan. Ia ceritakan kejadian secara singkat, lalu bertanya di mana ruang CCTV. Tim keamanan pun langsung berbagi tugas. Sebagian mengamankan pria yang menyamar sebagai Cayden. Sebagian lagi mulai menyisir area. Sisanya mengawal Emily ke ruang CCTV. "Bagaimana?" tanya Emily yang sudah tak sabar. Orang-orang di situ terlalu lambat. "Maaf, Nona. Semua CCTV di lantai 3 mati. Kami memeriksa CCTV di lantai lain, tapi tidak ada yang mencurigakan." "Bagaimana dengan tangga darurat?" "Maaf, Nona. Kami tidak memasang CCTV di area tersebut." Emily meringis. "Bagaimana dengan tempat parkir di basement? Kalian tidak mungkin membiarkan area itu tidak terpantau, kan?" Petugas itu mengotak-atik lagi. Belum sempat ia menemukan petunjuk, rekannya buka suara. "Nona, saya menemukan kejanggalan." Emily bergeser ke monitor yang ditunjuk petugas yang lebih muda. Dua orang pria sedang mendorong troli yang memuat beberapa plastik sampa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status