Ketika sedang melamun, Kyra akan menuliskan kalimat seperti ini. Dia memang menyukai Deven, tetapi pria itu terus mengutuknya untuk mati. Bahkan, Deven telah menyiapkan kain kafan dan tanah untuk memakamkannya.Kyra tahu, pria sekejam ini tentu tidak pantas untuk disukai. Hatinya lagi-lagi terasa sakit, seolah-olah ditusuk oleh sesuatu.Pada akhirnya, Kyra merobek halaman itu dan melemparkannya ke tong sampah di samping. Melihat wajah Kyra yang murung, Maya mengira dia marah sehingga meminta maaf, "Nona, maafkan aku. Tolong jangan marah."Kyra tersenyum lembut sambil menyahut, "Aku nggak marah kok. Ayo, bawa aku keluar. Aku sudah mau makan.""Baik." Maya mengiakan dan mendorong Kyra ke luar.Di ruang presdir Grup Scott, Deven fokus memeriksa dokumen. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ketika melihat nama si penelepon, dia mengerutkan alisnya, tetapi tetap menerima panggilan. Dia bertanya dengan dingin, "Kenapa?""Deven, lusa adalah hari pemakaman Alba. Wanita ini sangat kasihan, keluargan
Read more