All Chapters of Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta: Chapter 11 - Chapter 20

630 Chapters

Bab 11

Lengannya perlahan-lahan menjadi lemas. Namun, Kyra benar-benar penasaran apakah itu adalah telepon dari Deven atau bukan. Jawaban ini sangat penting baginya. Kyra berusaha mengambil ponselnya dan melihat layar itu. Dia hanya mentertawakan dirinya yang konyol, lalu menyalakan pengeras suara saat menjawab panggilan tersebut."Kyra, uangnya sudah ada? Rumah sakit sudah keluarkan pemberitahuan kritis yang kedua! Mereka menyuruh kita untuk pindah ke rumah sakit lain karena mereka nggak mau menunggunya lagi .... Kyra, Ibu benar-benar nggak tahu harus bagaimana lagi. Kalau kamu kesulitan, tolong beri tahu Ibu. Kumohon, Ibu nggak bisa hidup tanpa ayahmu. Ibu sangat mencintainya. Tanpa dia, Ibu juga nggak bisa bertahan hidup lagi."Mia yang berada di ujung telepon terdengar sangat putus asa dan menangis tersedu-sedu. Ibunya benar-benar sedang memohon padanya sekarang. Tubuh Kyra terasa membengkak karena berendam air hangat. Air itu memasuki pembuluh darahnya dan menggerogotinya dengan cepat."
Read more

Bab 12

Deven mengeluarkannya dari bak mandi dengan wajah muram dan menggendongnya keluar. Anehnya, Kyra malah melihat kepanikan dan ketakutan dalam tatapan Deven. Kyra berpikir, 'Ternyata orang yang sudah mau meninggal memang bisa melihat halusinasi yang nggak realistis.'Setelah itu, Kyra kehilangan kesadaran sepenuhnya.Deven yang mengenakan setelan jas berwarna hitam, langsung menggendongnya hingga ke parkiran basemen. Saat menyadari bahwa ada yang aneh dengan tubuh Kyra, dia langsung mengulurkan jarinya untuk mengecek napas Kyra.Deven mengerutkan alisnya sekilas, lalu meletakkan Kyra ke kursi penumpang depan. Setelah itu, dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit. Setiap kali bertemu dengan lampu merah, Deven memukul setirnya dengan kuat.Selanjutnya, Deven mencari rute yang lebih sedikit lampu lalu lintasnya dan menginjak pedal gas sekuat tenaga. Tangan Deven menggenggam setir dengan erat hingga urat-uratnya terlihat jelas. Wajahnya yang tampan kini terlihat sanga
Read more

Bab 13

Deven mengangkat pandangannya dan melirik sekilas papan nama dokter itu.[ Dokter Utama ]Setelah itu, Deven sekali lagi mengamati dokter tersebut. Tubuhnya tinggi dan kurus, wajahnya juga sangat tampan. Zaman sekarang, ada banyak wanita yang menyukai tipe pria seperti ini.Di saat bersamaan, dokter itu juga mengamati penampilan Deven. Dia mengenakan jas hitam dan kacamata berbingkai emas. Hidungnya mancung dan bibirnya tipis. Bahkan tanpa berbicara sekalipun, aura Deven terasa sangat kuat. Jelas sekali, pria ini bukan orang biasa. Terlebih lagi, dia dan Kyra memang tampak cocok sebagai pasangan suami istri."Kamu seharusnya suami Kyra bukan?" tanya dokter itu sekali lagi."Bukan!" sergah Deven dengan ketus."Kalau begitu, kamu keluarganya?" Dokter itu tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Sebab, penyakit Kyra memang sudah sangat parah hingga tidak bisa diobati lagi. Dia merasa harus memberitahukan hal ini kepada pihak keluarga Kyra."Kamu suka padanya?" tanya Deven sambil tersenyum s
Read more

Bab 14

"Pak Deven bilang dia sibuk sekali, nggak bisa datang," jawab Maya dengan ekspresi yang kesulitan.'Jangan-jangan dia nggak transfer uang ke Ibu? Kalau begitu Ayah ....'Kyra melihat ke sekitarnya sejenak, lalu menyibak selimut dan bantalnya. Dia menyadari ada sesuatu yang hilang."Nona Kyra, apa yang sedang kamu cari?" tanya Maya setelah meletakkan sup ayamnya ke atas lemari di samping tempat tidur. Kemudian, dia melihatnya dengan kebingungan dan menimpali, "Coba beri tahu aku, biar kubantu untuk mencarinya.""Di mana ponselku? Di mana kalian menyembunyikan ponselku?" tanyanya."Ponselmu sudah dibawa pergi oleh Pak Deven," jawab Maya.Berani-beraninya Deven membawa pergi ponselnya? Pantas saja ibunya tidak bisa menghubunginya. Kyra mulai panik dan meraih tangan Maya sambil memohon, "Bi Maya, boleh pinjam ponselmu sebentar nggak? Aku ada urusan mendesak.""Nona Kyra, bukannya aku pelit nggak mau meminjamkanmu. Pak Deven sudah bilang, kalau mau terima gaji, aku harus menyerahkan ponselk
Read more

Bab 15

"Mana kutahu bagaimana kondisi ayahmu? Tanya saja pada ibumu." Deven tertawa sinis, dia sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan ini.Saking kesalnya, Kyra sampai tertawa getir. Kemudian, dia berusaha menahan amarahnya dan bertanya lagi, "Aku nggak bisa hubungi mereka karena kamu mengambil ponselku. Sebenarnya kamu ada transfer uangnya ke ibuku nggak?" Kyra ingin mencari petunjuk melalui ekspresi Deven.Sudah beberapa hari tidak ada kabar tentang ayahnya. Kyra harus tahu bagaimana nasib ayahnya saat ini. Apakah Deven mentransfer uang itu pada ayahnya atau tidak? Namun, ekspresi Deven yang datar itu membuatnya semakin gelisah."Kamu nggak transfer uangnya ya?" tanya Kyra dengan panik."Minum dulu sup ayam buatan Bi Maya." Deven mengangkat pandangannya yang dingin untuk menatap Kyra. Hati Kyra benar-benar tidak karuan lagi dibuat oleh Deven. Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah Deven benar-benar tidak mentransfer uangnya ke Mia? Kalau begitu, bukankah ayahnya sudah ...."Deven, cepat b
Read more

Bab 16

"Katakan sekali lagi! Deven, katakan sekali lagi!" bentak Kyra sambil memelototi Deven setelah mendengar ucapannya. Tubuhnya gemetaran dengan hebat, jelas sekali dia sangat marah saat ini."Kyra, masih semuda ini telingamu sudah bermasalah? Mau dibilang berapa kali pun, jawabannya tetap sama!" pungkas Deven sambil tersenyum.Kyra mengumpat dalam hati. Bajingan! Bajingan ini bahkan masih bisa tertawa! Padahal orang itu adalah mertuanya!Kyra ingin mencengkeram kerah baju Deven, tetapi tangannya ditahan oleh pria itu. "Nona Kyra, orang yang berpendidikan nggak akan bersikap kasar. Ini adalah aturannya.""Bagaimana ayahku bisa mati? Deven, beri tahu aku, kenapa dia bisa mati?" tanya Kyra dengan mata yang memerah.Deven menyunggingkan senyuman tak acuh saat menjawabnya, "Memangnya Nona Kyra nggak tahu kenapa dia bisa mati? Tentu saja karena kamu nggak berbakti dan nggak bisa mengumpulkan biaya operasi sebesar 10 miliar itu!"Ternyata Deven tidak mentransfer uangnya! Berani-beraninya bajing
Read more

Bab 17

"Diam? Kenapa aku harus diam? Dia memang bajingan! Dia mati di luar ruang operasi karena gagal mendapat pertolongan! Itu memang balasan yang pantas dia terima!" Melihat reaksi Kyra yang histeris, Deven merasa sangat puas. Dia menepis tangan Kyra dan mencampakkannya di ranjang.Kyra meringkuk di atas selimut, jari-jarinya mengepal erat dan terus-menerus memukul kasur. Dia memang merasa Deven adalah pengkhianat, tapi tidak menyangka Deven akan segila ini. Pria itu bukan hanya memaksanya untuk bercerai, dia bahkan membiarkan ayah Kyra mati begitu saja dan mengantarkan ibunya ke rumah sakit jiwa.Perasaan marah, dendam, tidak rela, dan sedih menggerogoti dirinya. Kyra memelototi Deven dengan kejam. Tubuhnya gemetaran dan napasnya berpacu kencang."Sekarang kamu sudah bisa mengerti perasaanku saat aku kehilangan keluargaku puluhan tahun yang lalu? Inilah karma!" Deven menyunggingkan senyuman tipis, lalu menarik pandangannya dan hendak beranjak keluar.Tatapan Kyra jatuh pada gunting yang di
Read more

Bab 18

Semua gunting, pisau, garpu, dan benda tajam lainnya telah disita Maya. Kyra bagaikan sebuah boneka yang setiap hari hanya bisa makan, minum obat, diinfus, dan diperiksa kesehatannya oleh perawat. Tidak ada binar kehidupan sama sekali dalam sorot matanya.Kyra telah berpikir selama tiga hari, tapi dia tetap tidak mengerti bagaimana dia bisa jatuh cinta pada Deven dulu. Deven masih belum mengembalikan ponselnya sampai sekarang. Saat melihat ke luar jendela, Kyra melihat ada 20-an pengawal yang sedang berjaga di setiap pintu masuk vila.Di setiap sudut vila itu juga dilengkapi dengan kamera pengawas, termasuk dalam kamarnya. Deven benar-benar tidak waras. Dia mengawasi setiap gerak-gerik Kyra setiap harinya dari berbagai sudut. Kyra juga tidak menangis atau berbuat onar sama sekali. Sebab dia tahu bahwa semua itu tidak ada gunanya. Deven telah menentukan segalanya,Dua hari pertama, semua hidangan yang diantarkan kepadanya terlihat sangat menggiurkan. Namun, Kyra merasa mual dan tidak be
Read more

Bab 19

"Aku sudah hubungi keluarga pasien, mereka sedang dalam perjalanan ke sini.""Suruh mereka cepat jemput dia, jangan menghalangi orang kerja di sini."Dua petugas medis yang mengenakan seragam dan masker berbicara dengan suara pelan dan nada datar, seolah-olah kematian di rumah sakit adalah hal yang biasa. Kyra menoleh untuk melihat jasad yang ditutupi kain putih di atas tandu.Postur tubuhnya hampir sama dengan Nelson. Saat masih hidup, Nelson juga dirawat di kamar 1502. Kyra sendiri yang mengurus prosedur rawat inapnya, jadi dia tidak akan salah mengenalinya. Deven tidak berbohong, Nelson benar-benar sudah meninggal.Air matanya bergulir dan jatuh di atas kain putih di tandu. Saat melihat reaksi Kyra di samping mereka, kedua petugas medis itu memandanginya dengan heran. "Kamu keluarga pasien?"Kyra mengangguk."Kalau begitu cepat bawa pulang jasadnya dan ingat untuk lunasi biaya rumah sakit. Tunggakan biayanya sudah banyak sekali." Sambil berkata demikian, perawat itu pergi bersama re
Read more

Bab 20

Deven mengenakan jas, sarung tangan, syal, dan kacamata berbingkai hitam. Dengan ekspresi datar, dia berdiri di tempat yang tidak jauh dari sana untuk mengamati Kyra. Deven sangat menyukai warna hitam. Sejak pertama kali mengenal Kyra, Deven tidak pernah mengenakan pakaian berwarna cerah.Meskipun modelnya kuno dan konservatif, tetap saja akan terkesan mahal dan anggun jika dikenakan oleh Deven. Saat pertama kali Kyra mengenalnya, Deven selalu menunduk dan terlihat ketakutan. Sama sekali tidak terlihat sombong ataupun angkuh seperti sekarang ini. Manusia memang mudah sekali berubah.Dulu Kyra juga tidak seperti sekarang ini ....Mia masih mengenakan gaun berwarna merah dan mantel berbulu rubah. Hanya dalam waktu singkat, dia terlihat jauh lebih tua dari sebelumnya. Mia berjalan dengan cepat ke hadapan Kyra dan memapahnya. Kemudian, dia menatap wajah Kyra yang pucat itu dan berkata, "Kata Deven, beberapa hari ini kesehatanmu kurang bagus. Kenapa kamu nggak istirahat di rumah saja? Ada a
Read more
PREV
123456
...
63
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status