Bab 11

Lengannya perlahan-lahan menjadi lemas. Namun, Kyra benar-benar penasaran apakah itu adalah telepon dari Deven atau bukan. Jawaban ini sangat penting baginya. Kyra berusaha mengambil ponselnya dan melihat layar itu. Dia hanya mentertawakan dirinya yang konyol, lalu menyalakan pengeras suara saat menjawab panggilan tersebut.

"Kyra, uangnya sudah ada? Rumah sakit sudah keluarkan pemberitahuan kritis yang kedua! Mereka menyuruh kita untuk pindah ke rumah sakit lain karena mereka nggak mau menunggunya lagi .... Kyra, Ibu benar-benar nggak tahu harus bagaimana lagi. Kalau kamu kesulitan, tolong beri tahu Ibu. Kumohon, Ibu nggak bisa hidup tanpa ayahmu. Ibu sangat mencintainya. Tanpa dia, Ibu juga nggak bisa bertahan hidup lagi."

Mia yang berada di ujung telepon terdengar sangat putus asa dan menangis tersedu-sedu. Ibunya benar-benar sedang memohon padanya sekarang. Tubuh Kyra terasa membengkak karena berendam air hangat. Air itu memasuki pembuluh darahnya dan menggerogotinya dengan cepat.

"Kumohon tunggu sebentar lagi, putriku benar-benar punya uang. Dananya akan masuk sebentar lagi. Kami benar-benar nggak kekurangan uang. Beri kami waktu setengah jam lagi ya? Kumohon, aku akan berlutut pada kalian ...."

Terdengar suara Mia yang berlutut dari ujung telepon. Mia adalah seorang Nyonya besar yang terhormat, sejak kapan dia pernah berlutut pada orang? Semua ini karena dirinya. Perasaan benci, tak berdaya, dan panik membuat Kyra menangis histeris. "Ibu, beri tahu mereka, uangnya akan masuk sebentar lagi."

"Baik, Kyra. Ibu akan bilang pada mereka," balas Mia sambil menangis.

"Ibu, setelah Ayah selesai operasi nanti, tolong sampaikan padanya, aku benar-benar bersalah padanya dan Keluarga Scott." Wajah Kyra semakin memucat hingga tidak ada rona lagi sama sekali. "Tapi tetap saja, aku paling merasa bersalah pada Ibu. Saat itu memang aku yang terlalu keras kepala. Aku nggak mendengar nasihat Ibu untuk menikahi pria yang ditentukan untukku. Aku nggak seharusnya bertengkar, mogok makan, dan minggat dari rumah demi mengancammu."

"Kyra, Ibu nggak menyalahkanmu." Mia terisak-isak di ujung telepon, "Kamu pernah bilang, badai ini akan segera berlalu, 'kan? Kita bertahan sebentar lagi ya."

Benar, badai ini memang akan segera berlalu. Namun Kyra tidak bisa lagi bertahan hingga saat itu tiba. Dia tidak bisa lagi melihat matahari esok pagi.

"Kalau ada kehidupan mendatang, apa Ibu masih mau Kyra jadi anak Ibu?" tanya Kyra.

"Tentu saja," balas Mia.

Kyra tersenyum tipis mendengarnya. Syukurlah kalau ibunya masih bersedia menerimanya. Di kehidupan mendatang, dia akan menjadi putri yang mendengar nasihat ibunya dan tidak akan lagi salah memilih pasangan.

"Ibu, perhatikan rekeningmu. Kalau nggak ada masalah, uangnya akan ditransfer ke rekeningmu sebentar lagi," pinta Kyra dengan susah payah.

"Kyra, kamu sedang dalam masalah ya?" tanya Mia dengan cemas karena merasakan firasat yang buruk.

"Aku agak ngantuk, mau istirahat lebih awal." Setelah melontarkan ucapan tersebut, Kyra langsung menutup panggilan itu dan memejamkan matanya.

Ponsel di tangannya terjatuh ke lantai kamar mandi. Kepala Kyra mulai terasa sangat berat dan pikirannya juga jadi semakin kacau. Kesadarannya juga perlahan-lahan mulai menghilang. Dalam sekejap, seluruh pandangannya menjadi gelap.

Berbagai kenangan mulai muncul dalam benaknya. Saat pertama kali bertemu dengan Deven, ayahnya yang membawa Deven pulang ke rumah. Saat itu Deven mengenakan kemeja dan celana jeans yang warnanya sudah luntur. Dia berdiri dengan ketakutan di anak tangga sambil melihat Kyra yang mengenakan rok warna merah muda dan bersandar di pegangan tangga.

Hari itu salju turun sangat deras dan menumpuk di pundak Deven. Tubuh mungil Deven seolah-olah hampir runtuh karena tumpukan salju itu.

Kyra menyuruh pelayan untuk menggantikan pakaian Deven dengan setelan jas. Deven menatap Kyra dengan dingin, lalu berkata, "Nona Kyra, aku akan membalas kebaikanmu." Dari nada bicaranya, Kyra tidak bisa merasakan ketulusan sedikit pun.

Kemudian, seberkas cahaya putih melintas di depan matanya.

Deven menendang pintu kamar mandi hingga terbuka.