Home / Fantasi / KERUMUNAN ADALAH NERAKA / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of KERUMUNAN ADALAH NERAKA: Chapter 1 - Chapter 10

22 Chapters

BAB 1 DESA GAYAM DI KAKI TIMUR MERAPI

Desa Gayam, sebuah permata tersembunyi di kaki timur Gunung Merapi yang perkasa, memancarkan ketenangan dan harmoni. Pagi itu, embun masih menggantung di ujung dedaunan, berkilauan diterpa mentari yang baru saja menyingsing. Ayam jantan berkokok lantang, menyambut fajar dengan semangat membara. Udara desa yang segar dan sejuk membawa serta aroma tanah basah dan wangi bunga liar yang bermekaran di sepanjang jalan setapak."Ya ampun, si Jalu ini, setiap pagi berkoar seolah hendak memimpin demonstrasi," gerutu Marni, tetangga Mudra, sambil menyapu halaman rumahnya dengan sapu lidi. "Padahal, ayam-ayam lain masih setengah tertidur."Mudra tertawa kecil mendengar keluhan Marni. "Namanya juga ayam, Bu. Sudah kodratnya membangunkan warga desa.""Ya, tapi tidak perlu pakai pengeras suara juga, kan?" balas Marni, ikut tertawa.Kehidupan di Desa Gayam berjalan sederhana dan damai. Warganya menggantungkan hidup pada pertanian dan hasil bumi. Hamparan sawah hijau membentang luas, tempat para petan
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

BAB 2 PANDEMI DATANG MENGHANTUI

Kabar tentang pandemi COVID-19 akhirnya mencapai Desa Gayam. Awalnya, warga masih menyimpan ketenangan, meyakini bahwa desa mereka yang terpencil akan terhindar dari ancaman ini. Namun, seiring waktu, bayang-bayang ketakutan mulai menghantui. Dampak pandemi merayap masuk, mengubah kehidupan yang selama ini mereka kenal.Harga kebutuhan pokok melambung tinggi, roda ekonomi desa tersendat, dan kecemasan mulai menyelimuti benak mereka. Pasar desa yang biasanya ramai oleh aktivitas jual beli kini terasa lengang. Para pedagang mengeluhkan sepinya pembeli, sementara warga yang ingin berbelanja enggan keluar rumah, khawatir akan bahaya yang tak terlihat."Ya ampun, harga beras kok naik lagi," keluh Bu Minah di warung kelontongnya, tempat biasa ibu-ibu desa berkumpul. "Biasanya saya beli sekilo cuma sepuluh ribu, sekarang sudah lima belas ribu.""Kalau harga beras naik, harga mi instan juga ikut naik," timpal Bu Karti, pelanggan setia warung Bu Minah. "Anak-anak saya suka minta mi instan, tapi
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

BAB 3 MUDRA, PENJAGA HARAPAN

Mudra lahir dan besar di Desa Gayam, menyerap setiap nilai dan tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Desa ini bukan sekadar tempat tinggal baginya, melainkan bagian dari jiwanya. Setiap jalan setapak, setiap rumah, dan setiap wajah warga desa memiliki makna yang mendalam baginya. Ia tumbuh dengan keyakinan bahwa gotong royong adalah napas kehidupan desa, perekat yang menyatukan mereka dalam suka maupun duka.Mudra dikenal sebagai pemuda yang bijaksana dan penuh semangat. Ia tak hanya berpartisipasi dalam kegiatan desa, tetapi juga berusaha menjaga semangat kebersamaan. Baginya, kebahagiaan sejati adalah melihat senyum di wajah sesama. Ia percaya bahwa desa bukan sekadar kumpulan rumah dan ladang, melainkan sebuah komunitas yang saling mendukung. Satu orang jatuh, yang lain akan membantu bangkit.Namun, pandemi COVID-19 telah mengubah segalanya. Desa Gayam yang dulu damai dan penuh kehangatan kini sunyi dan mencekam. Ketakutan merayap masuk ke setiap sudut desa, perlahan menggerogoti ke
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

BAB 4 KEDATANGAN VANUA

Vanua tiba di Desa Gayam dengan ransel besar di punggung dan trauma mendalam yang masih menghantuinya. Desa ini, dengan kesunyian dan ketenteramannya, adalah kebalikan total dari kota-kota yang baru saja ia tinggalkan—Yogyakarta, Surabaya, Depok—kota-kota yang menyisakan kenangan pahit tentang pandemi. Rumah sakit yang penuh sesak hingga lorong-lorong, suara tangisan pilu, jeritan kehilangan, serta kematian yang terasa begitu dekat, seolah bisa diraih dengan tangan.Sebagai sukarelawan medis, Vanua telah menyaksikan bagaimana pandemi merenggut nyawa tanpa pandang bulu. Ia melihat bagaimana kerumunan yang dulu dianggap sebagai kekuatan, berubah menjadi sumber ketakutan dan bencana. Ia melihat orang-orang kehilangan rasionalitas mereka, terjerumus dalam kepanikan yang membutakan dan keputusasaan yang melumpuhkan.Trauma itu masih segar membekas, seperti luka yang tak kunjung sembuh. Malam-malamnya sering diisi oleh mimpi buruk—ruang gawat darurat yang penuh sesak, suara mesin ventilator
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

BAB 5 BISIKAN DARI KEGELAPAN

Desa Gayam kini terasa seperti kota yang dilanda teror, namun bukan teror dari invasi alien atau serangan robot canggih seperti yang dihadapi para pahlawan super dalam film-film. Teror yang mencengkeram desa ini jauh lebih kuno, lebih dalam, dan lebih merasuk ke dalam hati serta pikiran penghuninya. Ketakutan mereka bukan datang dari luar, melainkan dari bayang-bayang di dalam diri sendiri.Bisik-bisik tentang dedemit semakin menjadi-jadi. Kuntilanak, dengan tawa melengkingnya, bukan sekadar sosok hantu perempuan biasa. Ia menjadi perwujudan dari ketakutan mendalam akan kehilangan dan penyesalan. Pocong, dengan kain kafannya yang membalut tubuh, bukan sekadar simbol kematian yang menakutkan, tetapi juga representasi dari masa lalu yang belum selesai. Genderuwo, dengan tubuhnya yang raksasa, melambangkan kekuatan liar yang tak terkendali, sementara Wewe Gombel menjadi personifikasi dari naluri keibuan yang terdistorsi.Bagi sebagian warga desa, makhluk-makhluk ini bukan hanya cerita tur
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

BAB 6 JEJAK MISTERI

Kejadian-kejadian aneh di Desa Gayam semakin sering terjadi, tidak lagi sekadar desas-desus yang beredar dari mulut ke mulut. Kini, warga desa menyaksikan sendiri fenomena-fenomena yang sulit dijelaskan dengan akal sehat, menambah lapisan ketakutan yang telah lama mengendap di hati mereka.Salah satu kejadian paling menghebohkan adalah penampakan jejak kaki raksasa di sawah Pak Karto. Jejak itu tampak jelas di tanah yang lembap, bentuknya menyerupai jejak kaki manusia, tetapi ukurannya tiga kali lipat dari ukuran kaki orang dewasa."Saya melihatnya sendiri, Nak," cerita Pak Karto kepada Mudra dan Vanua. "Jejak kaki itu muncul semalam, saat saya sedang ronda di sawah. Saya sempat menyorotnya dengan senter, tapi tidak ada siapa-siapa.""Apa mungkin ini ulah seseorang yang memakai sepatu bot besar?" tanya Vanua, mencoba mencari penjelasan logis.Pak Karto menggeleng. "Tidak ada orang di desa ini yang punya sepatu sebesar itu. Dan jejaknya… terlalu dalam, seperti ditinggalkan oleh sesuatu
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

BAB 7 BAYANG-BAYANG MAUT

Desa Gayam, yang sudah dilanda ketakutan dan misteri, kini diguncang oleh peristiwa yang lebih mengerikan: kematian. Pak Slamet, salah satu warga desa yang aktif dalam ronda malam, ditemukan tewas di pematang sawah. Kematian itu terasa ganjil—tidak ada tanda-tanda penyakit atau serangan binatang buas, tetapi wajahnya membeku dalam ekspresi ketakutan yang mengerikan."Saya menemukannya pagi ini, saat hendak ke sawah," cerita Pak Karto kepada Mudra dan Vanua, suaranya bergetar. "Dia tergeletak di pematang, tubuhnya kaku, wajahnya pucat pasi.""Apakah ada tanda-tanda kekerasan?" tanya Vanua sambil memeriksa jenazah Pak Slamet.Pak Karto menggeleng. "Tidak ada, Nak. Tapi... wajahnya tampak seperti seseorang yang melihat sesuatu yang sangat menakutkan sebelum mati."Kematian Pak Slamet membuat warga desa semakin panik. Mereka yakin bahwa desa mereka telah dikutuk, bahwa makhluk halus kini mulai mengambil nyawa mereka satu per satu."Ini pasti ulah kuntilanak!" seru seorang ibu dengan suara
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

BAB 8 MASUK KE HUTAN BARAT KERAMAT

Mudra dan Vanua mulai mempersiapkan diri untuk memasuki hutan keramat yang menyimpan sejuta misteri. Mereka membawa senter dengan cahaya paling terang, kompas untuk menavigasi belantara yang bisa menyesatkan, serta beberapa peralatan sederhana yang sekiranya bisa membantu jika terjadi hal-hal tak terduga. Sebelum berangkat, mereka menghadap Kepala Desa, meminta izin dan restu."Hati-hati, Mudra, Vanua," pesan Kepala Desa dengan nada berat. "Hutan itu bukan tempat biasa. Sudah terlalu banyak orang yang masuk dan tidak pernah kembali. Jangan sampai kalian menjadi bagian dari cerita seram berikutnya."Mudra dan Vanua saling bertukar pandang, membaca tekad di mata masing-masing. Mereka memahami betul risiko yang akan mereka hadapi, tetapi kebenaran harus diungkap. Dengan langkah mantap, mereka melangkah ke dalam hutan keramat, memasuki dunia yang bagi warga desa adalah wilayah terlarang.Langkah pertama mereka disambut oleh kesunyian yang pekat. Udara di dalam hutan terasa lebih dingin, le
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

BAB 9 BU LASTRI

Setelah keluar dari hutan keramat dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, Mudra dan Vanua mendapati Desa Gayam terperosok dalam kekacauan yang lebih dalam. Kematian Pak Slamet telah menyulut gelombang ketakutan baru, seperti api yang menjalar di ladang kering. Penampakan-penampakan aneh semakin sering dilaporkan, seolah makhluk-makhluk gaib sengaja menampakkan diri untuk menebar teror.Di pasar desa, seorang ibu bercerita dengan suara bergetar kepada tetangga-tetangganya, "Tadi malam, saya melihat sosok putih melayang di atas rumah Pak RT! Suaranya mengerikan, seperti tertawa mengejek!"Seorang pemuda menimpali dengan wajah pucat, "Saya juga mendengar suara gemuruh dari hutan. Seperti langkah kaki sesuatu yang sangat besar."Penampakan-penampakan ini, ditambah dengan kematian misterius Pak Slamet, membuat warga semakin yakin bahwa kutukan telah menimpa desa mereka. Rasa aman lenyap, bahkan di siang hari sekalipun ketakutan tetap mencengkeram. Tidak ada lagi suasana desa yang a
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

BAB 10 DUKUN

"Dukun itu pasti memiliki kekuatan gaib yang sangat besar," kata Vanua. "Dia mungkin dalang di balik semua kejadian aneh dan kematian misterius di desa ini.""Kita harus menemukan dukun itu," kata Mudra. "Kita harus menghentikannya sebelum dia melakukan lebih banyak kerusakan."Mereka pun mempersiapkan diri untuk memasuki hutan keramat sekali lagi, kali ini dengan tujuan untuk menemukan gua dukun. Mereka membawa senter, jimat pelindung, dan tekad yang lebih kuat. Aura hutan terasa berbeda dari sebelumnya—lebih pekat, lebih menekan, seakan menyadari kehadiran mereka dan tidak menginginkannya.Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, akhirnya Mudra dan Vanua menemukan gua yang tersembunyi di balik air terjun deras. Tebing curam mengapit pintu masuk gua, seolah alam sendiri enggan membiarkan siapa pun masuk tanpa izin. Mereka melangkah masuk, disambut udara lembab dan bau dupa yang menyengat.Di dalam gua, mereka melihatnya—dukun itu. Seorang pria tua dengan jubah kumal, duduk bers
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status