Pagi itu, Mudra terbangun dengan perasaan aneh, seolah semalam ia melayang di angkasa. Sebuah kalimat berputar di kepalanya: "Kamu percaya hari ini jam 6 sore di permukaan bulan?" Ponselnya bergetar, pesan dari Vanua: "Hari ini jadwalku bersua denganmu. Aku sedang menuju Desa Gayam, perjalanan dari Kampung Tujuh Yogyakarta."Mudra tersenyum, membayangkan pertemuan ini. "Kita akan bertemu secepatnya, Vanua," balasnya, mengetik pesan di layar ponsel. Dalam hatinya, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda tentang pertemuan kali ini, seolah bukan sekadar percakapan biasa.Hujan turun deras saat Mudra melaju dengan motornya menuju kafe di ujung desa. Ia ingin mentraktir Vanua, sebagai cara untuk memperdalam hubungan mereka dan berbincang tentang tarot, ilmu yang diwarisi dari neneknya. Tarot bukan sekadar alat peramal nasib bagi Mudra, tetapi jendela ke alam bawah sadar, cara untuk memahami diri sendiri dan orang lain."Hujan, kau musuhku," gumamnya, menatap hujan yang menyamarkan pandanganny
Last Updated : 2025-03-14 Read more