Semua Bab Kakak Cantik, Jadi Mamiku!: Bab 101 - Bab 110

330 Bab

Belum Bisa

Aruna dan Bintang duduk di mobil yang terparkir di halaman sekolah. Sopir Bintang pun menunggu di luar karena ibu dan anak itu hendak bicara pribadi. Aruna masih diam tak mau memulai pembicaraan karena tak mau nantinya dianggap pemicu perdebatan jika salah bicara. Bintang sendiri masih diam dan belum mengucapkan satu kata pun meski mereka sudah duduk beberapa menit di sana. “Sampai kapan kamu akan terus diam?” tanya Bintang akhirnya membuka pembicaraan. “Bukan aku yang memulai diam,” jawab Aruna tanpa menoleh Bintang. Bintang akhirnya menoleh Aruna. Dia menatap putrinya yang memasang wajah datar. “Kamu masih berpikir untuk menjalin hubungan dengan pria itu?” tanya Bintang sambil memandang Aruna. Aruna akhirnya menoleh Bintang, lantas membalas, “Bukan berpikir, aku memang menjalin hubungan dengannya. Meski Mommy tidak merestui, aku tetap akan berhubungan dengannya.” Bintang menghela napas kasar lantas mengalihkan pandangan dari Aruna dengan perasaan kesal. Meski Aruna tahu kal
Baca selengkapnya

Serangan Panik

Ansel tak bisa menghadiri acara market day di sekolah Emily karena kedatangan klien secara mendadak. Dia pun belum bisa menghubungi Aruna karena baru saja selesai menghadiri rapat. “Saya selalu senang bekerjasama dengan perusahaan Anda. Saya harap Anda selalu memberikan yang terbaik,” ucap klien wanita yang memang sudah lama bekerjasama dengan perusahaan Ansel. “Tentu, kami tidak akan pernah mengecewakan,” balas Ansel sambil menjabat tangan wanita itu. Wanita itu memulas senyum, lantas pamit diikuti asisten dan beberapa staffnya. Ansel bernapas lega karena akhirnya memiliki waktu luang untuk menghubungi Aruna meski sudah sangat terlambat untuk mengatakan jika tak bisa datang. “Runa, maaf aku tidak bisa datang karena ada klien lama yang tiba-tiba datang membahas masalah kerjasama,” ucap Ansel dengan cepat saat panggilannya dijawab Aruna. “Tidak apa, tenang saja. Lagi pula acaranya tadi berjalan sangat lancar, Emi juga sangat senang karena semua kuenya habis,” balas Aruna dari seb
Baca selengkapnya

Ultimatum

Aruna dan Ansel makan malam bersama keluarga orang tua Aruna dan Emily. Di meja makan itu Emily duduk di samping Bintang, sedangkan Ansel duduk di samping Sashi berhadapan dengan Aruna yang duduk di samping Emily. “Makan yang banyak mumpung di sini. Masakan Oma Bintang enak, kan?” Bintang meletakkan lauk di piring Emily. “Iya, aku pasti makan banyak,” balas Emily sambil menganggukkan kepala. Aruna melirik Ansel, begitu juga sebaliknya. Langit, Sashi, dan Nanda pun melirik Ansel, melihat jelas jika pria itu tertekan. “Kenapa kalian hanya diam? Tidak mau makan?” tanya Bintang karena tak ada satu pun yang makan kecuali Emily. Aruna dan yang lain langsung mengambil alat makan lalu segera menyantap makanan yang tersaji. Aruna juga mengambilkan lauk untuk Ansel agar bisa makan dengan tenang. Bintang tak banyak bicara selain dengan Emily, membuat suasana canggung semakin terasa di ruangan itu. “Bukankah keluargamu memiliki perusahaan property?” tanya Nanda mengajak bicara Ansel agar s
Baca selengkapnya

Ancaman Calon Mertua

Ansel cukup terkejut mendengar perkataan Bintang. Dia pun mencoba menegakkan badan sambil menatap Bintang tanpa mengurasi rasa hormatnya ke wanita itu. “Mungkin menghadapi Anda akan sulit untukku mengingat bagaimana kesalahanku yang tak bisa Anda maafkan. Namun, dari kesulitan itu semua, akan lebih sulit jika harus kembali berpisah dari Runa,” balas Ansel yang tentunya takkan menyerah begitu saja. Bintang menatap datar ke Ansel saat mendengarkan kekasih putrinya itu bicara. “Jika aku tidak bisa bersikap baik kepadamu, jangan pernah salahkan sikapku karena kamu yang memilih meski aku sudah memberimu pilihan untuk pergi,” ucap Bintang ternyata masih tak mau melunak ke Ansel. “Aku tidak akan menyalahkan siapa pun. Bagaimana cara Anda bersikap, itu hak Anda. Aku juga tidak akan menuntut apa pun, selama masih bisa bersama Runa, itu saja sudah cukup,” balas Ansel mencoba meyakinkan. Bintang malah menaikkan satu sudut bibi untuk mencibir ucapan Ansel. “Aku akan terus mengawasimu. Jika
Baca selengkapnya

Jadi Ancaman

“Kamu tidak bohong? Mommy hanya bicara itu?” Aruna sore itu pulang bersama Ansel seperti biasa. Mereka kini duduk di taman berdua membicarakan banyak hal seperti biasa, termasuk percakapan antara Bintang dan Ansel semalam. “Iya, mommymu hanya bilang kalau belum bisa menerimaku, itu saja tapi wajar karena bagaimanapun tak mudah bagi seorang ibu memaafkan orang yang sudah menyakiti hati putrinya,” balas Ansel meyakinkan Aruna. Ansel memang menceritakan apa saja yang dibicarakan dengan Bintang, tapi dia tidak menceritakan soal ancaman atau perkataan Bintang yang sempat meminta mundur dari Aruna. Aruna menghela napas kasar mendengar ucapan Ansel. Dia pikir Bintang sudah benar-benar ikhlas menerima hubungan mereka, tapi ternyata masih ada ganjalan di hati wanita itu. “Padahal aku berharap Mommy benar-benar bisa menerima hubungan kita, tapi ternyata tetap saja belum bisa sepenuhnya ikhlas,” ucap Aruna sedikit kecewa. Ansel menoleh Aruna, lantas menggenggam telapak tangan kekasihnya it
Baca selengkapnya

Tanda Cemburu

“Kamu mau ke mana?” tanya Bintang saat melihat Aruna memakai gaun. Malam itu Aruna menepati janji menemani Ansel pergi ke pesta klien. Dia pun sudah memakai gaun yang tak terlalu terbuka dengan make up minimalis yang membuatnya terlihat sangat cantik. “Aku ingin menemani Ans pergi ke pesta salah satu kliennya, Mom,” jawab Aruna sambil merapikan rambutnya yang tergerai. Bintang hendak membalas ucapan Aruna, tapi pembantu datang menghampiri mereka. “Non, Tuan Ansel ada di depan,” kata pembantu ke Aruna. Aruna terlihat senang karena Ansel sudah datang. Dia pun bergegas ke depan sampai lupa berpamitan dengan Bintang dan Langit. Dua orang tua itu pun ikut ke depan untuk menemui Ansel. “Kamu sudah siap?” tanya Ansel saat melihat Aruna keluar. “Sudah,” jawab Aruna terlihat senang karena ini pertama kalinya dia akan pergi dengan pasangan ke sebuah pesta. Ansel melihat Bintang dan Langit yang baru saja keluar. Dia pun mengangguk sopan kepada orang tua Aruna. “Saya izin mengajak Runa
Baca selengkapnya

Cemburu Berbuah Manis

“Calon istri?” Sarah terlihat sangat terkejut mendengar pengakuan Aruna. Aruna menoleh Ansel seolah meminta pria itu mengiakan apa yang diucapkannya. “Benar, dia kekasihku dan kami berencana segera meresmikannya,” ujar Ansel saat melihat tatapan Aruna kepadanya. Aruna melebarkan senyum mendengar ucapan Ansel. Dia pun menatap Sarah yang masih terkejut. “Maaf, aku baru tahu. Selama ini aku hanya tahu kalau istrimu meninggal sudah lama, jadi maaf jika tak tahu,” balas Sarah sambil tersenyum ke Ansel lalu berpindah ke Aruna. Aruna memalingkan muka seolah tak ingin melakukan kontak langsung dengan Sarah. “Runa, dia ini rekan bisnisku. Dia Nona Sarah,” ujar Ansel menjelaskan siapa wanita yang ada di hadapannya agar Aruna tak salah paham. Aruna memandang wanita itu, lantas memaksa tersenyum sambil mengangguk sebelum kemudian kembali membuang muka. “Aku sampai lupa ingin meminta jus ke pelayan untuk Runa. Kami permisi dulu.” Ansel pun mengajak Aruna pergi menjauh dari Sarah karena men
Baca selengkapnya

Bar-bar

Aruna bangun di pagi hari. Dia merasa kepalanya sedikit pusing dan tubuhnya agar terasa berat. “Kepalaku sakit.” Aruna memegangi kepala yang terasa sakit. Dia membuka kelopak mata perlahan, hingga menyadari jika sudah berada di kamarnya. “Kapan aku sampai kamarku? Kenapa sudah pagi?” Aruna begitu syok karena tak ingat apa-apa. Aruna melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tentu saja dia terkejut bukan main karena belum bersiap-siap ke kantor. Aruna melompat dari kasur begitu saja. Dia buru-buru mandi karena takut telat berangkat ke kantor. Aruna segera turun menuju ruang makan setelah selesai bersiap-siap. Hingga dia melihat Langit dan Bintang yang sudah ada di sana. “Pagi, Mom, Dad. Maaf aku terlambat,” ucap Aruna langsung duduk dan mengambil sarapannya. Bintang dan Langit memperhatikan Aruna yang buru-buru makan, keduanya pun saling tatap lantas memandang Aruna lagi. “Kamu mau ke mana?” tanya Bintang sambil memperhatikan Aruna. Aruna berhenti mengun
Baca selengkapnya

Masih Tidak Yakin

Emily sedang membantu Bintang membuat kue kering. Gadis kecil itu belajar membentuk kue kering sesuai arahan Bintang. “Beginikan, Oma?” tanya Emily sambil memperlihatkan adonan yang sudah berbentuk bulat. “Iya, sekarang taruh sini,” kata Bintang menunjuk ke loyang. Emily terlihat sangat senang. Dia meletakkan adonan itu ke loyang, kemudian mengambil adonan lain untuk dibentuk. “Emi, apa Papi Ans selama ini baik?” tanya Bintang sambil melirik Emily yang sibuk membuat adonan menjadi bulat. “Sangat baik sekali,” jawab Emily tanpa memandang Bintang. “Papi jarang marah, kalau aku sakit pasti memeluk biar aku bisa tidur. Hanya saja, Papi tidak pernah mau datang kalau ada acara di sekolah,” ujar Emily bercerita. Bintang menatap Emily yang bercerita. Dia masih bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang pria yang sama sekali tak ada hubungan darah dengan gadis kecil itu, benar-benar mau merawat dengan sepenuh hati. Bintang sendiri masih ragu dengan pernyataan Aruna soal Emily yang bukan
Baca selengkapnya

Agak Curiga

“Awas, pelan-pelan.” Ansel membantu Aruna turun dari mobil. Dia lantas memapah Aruna masuk IGD agar mendapat penanganan. “Sus, tolong.” Ansel memanggil perawat untuk membantu mengobati kaki Aruna. “Apa yang terjadi?” tanya perawat sambil membantu Aruna menuju ranjang pesakitan. “Kakinya terkilir karena jatuh,” jawab Ansel. Perawat meminta Aruna berbaring kemudian mencoba melihat memar di kaki Aruna. Dia lantas memanggil dokter jaga untuk membantu mengecek kondisi kaki Aruna. “Saya coba cek dulu, ya.” Dokter pun melihat kondisi kaki Aruna. “Ini hanya memar karena terkilir, tidak ada keretakan dalam tulang juga. Saya akan bantu obati, nanti juga meresepkan salep untuk dipakai di rumah,” ucap dokter itu. Ansel mengangguk-angguk mendengar ucapan dokter itu. Dia melihat Aruna yang masih menahan sakit. “Apa sangat sakit?” tanya Ansel yang sangat cemas. Aruna hanya mengangguk-angguk karena pergelangan kakinya nyeri saat digerakkan. Dokter pun mengobati kaki Aruna dan memperbolehka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
33
DMCA.com Protection Status