Home / Pernikahan / PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU : Chapter 21 - Chapter 30

58 Chapters

PRS - 21

~Malam perlahan merangkak. Hawa dingin mulai menyelimuti. Hanya detak jarum jam yang terdengar dalam kamar saat ini.Belfania Sudah terlelap di sampingku, matanya terpejam rapat dengan dengkuran halus yang mulai terdengar teratur. Aku perlahan bangkit dari samping Belfania, kubenahi selimut hingga menutupi sampai dadanya. Dengan hati-hati aku beringsut turun dari tempat tidur, jangan sampai menimbulkan gerakan dan membuat putri kecilku itu justru terbangun.Kubawa langkah menjauh dari tempat tidur berjalan menuju pintu kamar lalu ke luar. Seharian ini aku menghabiskan waktu berdua bersama Belfania, dia teramat merindukanku katanya. Begitu lamakah aku pergi meninggalkannya?Setelah pintu kamar tertutup. Gegas Aku berjalan menuju ruang depan mendekat pada media lukis yang ditutupi kain putih. Di mana nampak dihinggapi debu, pertanda jika rumah ini benar-benar tidak terjamah tangan manusia entah untuk berapa lama.Aku menyibak kain putih it
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

PRS - 22

Aku hanya bisa menghela napas sejenak dan terdiam setelah Rafka berucap demikian. Membuat hanya keheningan yang tercipta antara aku dan RafkaTok Tok Tok!Sampai kemudian terdengar ketukan dari arah pintu depan. Aku melihat pada jam dinding di ruangan ini di mana jarum pendeknya menunjuk pada angka sembilan."Biar aku saja yang buka kamu cepat-cepat ke kamar dan temani Belfania di sana!" Rafka mencegahku yang sudah berdiri dan akan membuka pintu. Rafka bangkit dengan cepat dari sofanya.Dia melangkah lebar menuju pintu memutar kembali anak kunci lalu membuka daun pintu. Bukannya membuka lebar-lebar agar aku tahu siapa yang datang, Rafka justru cepat-cepat keluar dan menutup pintunya rapat-rapat."Siapa yang datang?" gumamku bertanya.Aku lantas membawa langkah menjauh dari media lukis. Berjalan pelan menuju jendela di samping kusen pintu, menyibak gorden hingga terlihat jika Rafka sedang berhadapan dengan seorang pria di teras sa
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

PRS - 23

BAB 20POV PURNAMA."Setelah semua yang kamu lakukan? Baru malam ini kamu mendatangiku? Setelah puluhan purnama aku lalui dengan kepiluan. Setelah hanya kesakitan yang menemani hari-hariku. Baru hari ini kamu menampakkan wajahmu di depanku?" Aku bertanya datar pada lelaki yang bahkan belum kuketahui namanya."Maaf, mohon maafkan aku ...," ujarnya dengan lirih.Wajah itu penuh dengan pengharapan. Wajah itu begitu memelas. Sama seperti saat aku memelas kepercayaan Ibu dan Bapak yang tidak kudapati sebelum benar-benar terusir."Maafmu tidak dapat mengubah apa-apa," ucapku kemudian."Aku tahu. Tapi setidaknya, aku sudah mencoba meminta maaf pada kamu. Mungkin maaf ini hanya sia-sia, tapi aku sendiri tidak tahu apa yang bisa kulakukan selain meminta maaf terhadap kamu," ucapnya lagi."Sudahlah, Bang. Aku minta sekali lagi pada abang, lebih baik Abang pergi dari sini sekarang dan jangan pernah lagi menampakkan wajah Abang di sini. Aku tidak bisa kembali pada Fanisa, aku memang mencintainya
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

PRS -24

POV ELANG~Aku berjalan lunglai meninggalkan rumah mungil yang ditempati Rafka dan Purnama. Dadaku sesak, karena keinginan yang tak bersambut.Di malam yang gelap juga sepi hanya bertemankan cahaya rembulan. Aku menyusuri jalanan perumahan ini.Apa yang harus kuperbuat setelah ini? Aku bahkan tidak bisa membujuk Rafka untuk kembali pada Fanisa.Bagaimana nasib adik perempuanku satu-satunya nanti tanpa Rafka? Aku tahu, saat dia telah berhasil mengusir Rafka, itu tidak sepenuhnya dia lakukan.Itu hanyalah luapan dari kekecewaannya semata.Membiarkan Rafka pergi dan meninggalkannya sendiri, sama saja dengan membiarkan separuh nyawa Fanisa turut pergi.Aku mendengkus lemah. Melewati taman komplek, aku lantas mendaratkan bokong di kursi kayu sejenak ditemani semilir angin yang bersiul di gendang telinga.Kuhembus napas dalam-dalam. Menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan tenggelam dalam pikiranku sendiri.Aku bahkan sudah menghindar entah berapa lama dari adikku sendiri. Rasanya aku
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

PRS - 25

POV ELANG~"Aku memang bukan ayah kandung Belfania. Pemeriksaan di tiga rumah sakit berbeda memvonis bahwa aku ini tidak bisa memiliki anak. Tapi akulah yang mengadzani Belfania saat ia baru saja lahir. Aku yang menyaksikannya terlahir ke dunia ini. Aku yang turut merawat dan membesarkan dia hingga seperti sekarang, meski aku tahu itu sudah melanggar kesepakatan dari perjanjian kita. Tapi aku melakukannya karena rasa kemanusiaan bukan cinta. Aku tidak pernah membagi cinta dan ragaku dengan Purnama, kami harus tahu itu!"Rafka menjelaskan semuanya pada Fanisa. Aku masih bergeming di tempatku. Semua sudah terbongkar. Fanisa sudah mengetahuinya. Entah bagaimana dia menilai diriku setelah ini."Aku bukanlah ayah biologis Belfania, sedikit pun tidak ada darahku yang mengalir dalam dirinya. Tetapi Abang kamulah, Elang Arif Yunanda, ayah biologis Belfania! Dia yang sudah menodai Purnama. Memperk0sa Purnama hingga Purnama hamil. Abang kamu pelakunya!" tegas Rafka dengan jari telunjuk mengar
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

PRS - 26

POV RAFKA.Tok tok tok!"Mas buka pintunya? Jangan begini! Aku mohon. Tarik kata-kata kamu itu, Mas. Kamu tidak sungguh-sungguh menceraikan aku 'kan Mas?!" "Mas Rafka! Buka pintunya, Mas! Jangan libatkan aku dalam kesalahan ini, Mas! Kumohon!"Suara Fanisa jelas terdengar. Teriakannya masih menggema di balik pintu yang telah kututup dan kini terkunci rapat.Mataku terpejam dengan punggung yang menempel pada daun pintu. Tubuhku perlahan merosot hingga kini terduduk di lantai. Kepalaku terangkat, menengadah dengan pandangan tertuju pada sorot lampu.Hingga suara Fanisa mulai hanya sayup terdengar lalu kemudian hening. Hanya hembusan napasku yang terdengar.Tidak bisa kupungkiri. Jika rasanya begitu sakit saat aku mengakhiri ikatan ini bersama Fanisa, perempuan yang berhasil menawan hatiku sejak kami sekolah SMA.Kebersamaan kami yang hampir dua puluh tahun lamanya, malam ini harus berakhir. Karena aku sudah mengkhianatinya meski dengan alasan kuat."Apa yang kamu lakukan, Raf?" Suara
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

PRS - 27

POV RAFKA*"Kita mau ke mana, Yah?" tanya Belfania yang duduk di sampingku. Tubuh mungilnya berada dalam dekapanku. Kudekap erat dan kuciumi puncak kepalanya."Ke rumah Ayah," jawabku seraya memamerkan senyum padanya.Kening Belfania melipat. "Rumah Ayah?"Aku mengangguk kecil. "Iya. Ayah memiliki dua rumah. Satu, rumah bersama Ibu kamu. Dan satu lagi ... di kota yang lain."Belfania nampak mengangguk pelan. Meski di wajahnya tersirat kebingungan. "Tapi kenapa ibu tidak mau ikut?" tanyanya kemudian.Aku menggeleng patah-patah. "Karena ibu ... ingin beristirahat. Dia kan belum lama sembuh dari sakitnya waktu itu. Jadinya, Ibu tidak mau ikut dengan kita. Hanya kita berdua yang pergi. Nanti ... kita akan bertemu dengan Tante yang waktu itu kamu temukan dompetnya.""Apa Tante itu teman Ayah?"Aku mengangguk dengan cepat. "Iya, dia teman ayah, Nak.""Teman hidup," lanjutku namun hanya dalam hati."Apa Ayah akan memarahi Tante? Dia waktu itu memukul Ibu, Yah. Pipi ibu dipukul tapi ibu tida
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

PRS - 28

Tiba di Bandara, aku menggenggam tangan Belfania. Aku berlari tergesa memasuki bangunan Bandara. Hingga aku mencari informasi mengenai penerbangan internasional. Dan ternyata, pesawat mengalami delay.Aku pun mencari-cari dan mengawasi ke arah boarding area dari jarak beberapa meter. Sebab aku tak memiliki tiket untuk masuk.Hingga aku dapat melihat sosok Fanisa bersama Bang Elang di sana. Mereka sudah bersiap untuk memasuki gate keberangkatan."FANISA!" Aku berteriak namun hanya sia-sia. Fanisa tidak menghentikan langkahnya sama sekali.Langkahku terhalang petugas pemeriksaan. Belum lagi Belfania yang ikut bersamaku."Pak, saya izin masuk. Saya harus menyusul istri saya di sana," ucapku pada petugas bandara.Dua orang lelaki dengan tubuh tinggi tegap di hadapanku ini kompak menggeleng. "Silahkan tunjukan tiket keberangkatan anda terlebih dulu. Baru setelah itu anda bisa masuk.""Saya hanya ingin menyusul dan membatalkan keberangkatan istri saya, Pak. Tolonglah, Pak. Hanya sebentar s
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

PRS - 29

Aku tidak menyangka, bahwa cintaku akan kembali. Aku tidak percaya, bahwa duniaku telah bersamaku lagi. Hampir putus asa, bahkan mungkin aku sudah putus asa karena telah memutuskan untuk pergi jauh dari kota ini. Berniat pergi dan tinggal di Belanda saja. Menjual semua aset yang ada di sini. Namun, takdir Tuhan berkata lain. Tuhan ternyata mengabulkan keinginanku. Mas Rafka kembali padaku dan kami bersama lagi untuk merajut jalinan cinta ini.Setelah menyusulku ke Bandara yang pada akhirnya aku membatalkan penerbangan dan menghanguskan tiket pesawatnya. Kini aku telah kembali ke rumah. Rumahku bersama Mas Rafka, dan tentunya ada Belfania di tengah-tengah kami.Anak perempuan yang ternyata anak kandung Abangku itu, kini telah lelap. Dia tidur menempati kamar kedua di rumah. Aku menemaninya sejak setengah jam yang lalu sampai akhirnya ia tertidur.Seperti yang aku bilang, jika dengan hadirnya seorang anak bisa membuat Mas Rafka tetap bersamaku
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

PRS - 30

30.Mobil Mas Rafka melaju membelah jalanan terik kota Bandung. Aku bersama Belfania mengisi kursi tengah dan Mas Rafka sendirian di kursi depan sebagai supir. Tadinya aku hendak pergi berdua saja dengan Belfania, tapi ternyata Mas Rafka ingin ikut. Jadilah kami pergi bertiga. Hingga sekitar tiga puluh menit perjalanan, akhirnya mobil berhenti di parkiran satu mall besar di kota ini.Kami bertiga bersama-sama memasuki gedung mall. Mengunjungi store pakaian, membiarkan Belfania untuk memilih pakaian yang dia inginkan. Aku dan Mas Rafka menemani di belakangnya, Namun sudah hampir dua putaran mengelilingi store yang kami datangi, belum ada satupun pakaian yang Belfania ambil.“Sayang, tidak ada pakaian yang cocok di sini?” tanyaku ketika Belfania mneghentikan langkahnya di display pakaian anak lima tahun.Anak berambut ikal itu menggeleng pelan. “Bajunya bagus-bagus, Tante. Emm … nanti kalau mahal bagaimana?” ungkapnya terdengar lirih.
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status