Home / Pernikahan / PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU : Chapter 11 - Chapter 20

58 Chapters

PRS - 11

Malam menyapa. Bulan bersinar penuh di singgasananya.Aku sudah kembali berada di dalam rumah sakit jiwa. Mengenakan sweater dan juga masker penutup wajah. Aku berjalan seperti biasa agar tidak menimbulkan kecurigaan para pekerja di sini.Langkahku berhenti tepat di depan kamar yang diisi Purnama. Terlebih aku mendengar suara Rafka dari dalam sana.Aku mendekatkan tubuhku pada tembok. Mengintip dari celah tralis besi ke arah dalam. Ranjang itu masih ditempati Purnama. Perempuan itu nampak memejamkan matanya. Di sisi ranjang, terdapat Rafka duduk di dekat kepala Purnama. Sementara di hadapan Rafka, duduk seorang perempuan yang lebih tua darinya. Kutaksir usianya sudah sampai kepala lima. Namun masih terlihat sehat."Pak Rafka, saya Bu Rianti. Saya melakukan pendekatan pada pasien-pasien di sini dengan cara mendengarkan mereka. Berdasarkan laporan, Bu Purnama ini baru masuk hari ini dan keadaannya benar-benar kacau. Bahkan tadi pagi, ia sempat melakukan percobaan bunuh diri. Satu jam ya
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

PRS -12

POV FANISA—Bip Bip Bip!Ponselku berbunyi. Deretan pesan masuk, tertuju ke dalamnya. Aku menghentikan sejenak aktivitas di depan layar laptop. Meraih benda pipih di atas meja yang sama dengan laptop di hadapanku.Aku melihatnya malas. Namun, seketika pun terkesiap. Saat tahu yang mengirimkan pesan adalah Abangku.Kedua tangan memegangi ponsel. Lalu membuka satu demi satu pesan yang masuk dari Bang Elang dan membacanya dengan seksama.Keningku mengernyit. Kala pesan di urutan pertama memunculkan satu buah foto. Seseorang nampak tersungkur dengan seluruh badan tengkurap.Wajahnya nampak dari samping. Namun terlihat begitu jelas babak belur. Lebam dan bersimbah darah. Begitu juga kedua lengan yang dipenuhi luka. Kedua kakinya berada dalam keadaan terikat.Aku menatapnya lekat. Meski wajahnya dipenuhi luka, lebam, serta darah. Tapi aku bisa mengenalinya. Dari postur tubuh dan potongan rambutnya yang juga berlumur darah
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

PRS - 13

Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan."Argh! Bang Elang ke mana?" tanyaku lirih seorang diri.Usai kepergian Mba Inayah dari ruangan kerjaku ini. Aku buru-buru menghubungi Bang Elang. Sudah hampir lima kali aku menghubungi nomornya. Namun selalu saja sama. Suara operator perempuan yang kudengar.Aku ingin memastikan keadaan Mas Rafka.Entah untuk apa.Namun setelah kepergian Mba Inayah dari hadapanku. Sejenak aku merenung. Aku pun teringat, bagaimana sebelum Mas Rafka menerima keputusanku untuk tidak memiliki anak, ia selalu membujuk dan meyakinkan bahwa kehidupanku akan tetap baik-baik saja setelah memiliki buah hati.Aku pun merasa ditarik oleh memori. Bagaimana sejak masa SMA, keluarga Mas Rafka begitu menerimaku. Mereka sangat terbuka, merangkul serta memberiku rasa nyaman. Keluarga besar Mas Rafka begitu harmonis. Aku seperti memiliki keluarga yang utuh saat berada bersama mereka.Aku mendesah mengingat masa-masa silam. Rasa nyeri semakin menyebar dan menggerogoti
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

PRS - 14

Tok Tok Tok!Kriet!Baru saja tanganku akan membuka salah satu amplopnya, pintu ruangan diketuk dan dibuka seketika. Membuatku menoleh ke arah pintu di mana Helena muncul."Maaf, Bu. Tia tadi menyusul dan meminta Ibu segera ke butik," jelasnya di ambang pintu sana.Aku pun hanya mengangguk. Lantas bangkit seraya memasukkan amplop tadi ke dalam tas. Kubawa kaki melangkah menuju pintu hingga keluar.Helena telah berjalan lebih dulu meninggalkanku di depan ruang kerja Mas Rafka. Kuusap sudut-sudut mataku bergantian, memastikan tidak ada jejak air mata yang tertinggal. Lepas itu, barulah aku melangkahkan kaki menjauh dari pintu ruangan kerja di belakangku. Melewati kembali meja bundar yang hanya diisi Helena dan Aldi."Maaf, Bu. Kalau boleh tahu, Pak Bos ke mana?" tanya Aldi yang berhasil menghadang langkahku.Lelaki yang merupakan orang kepercayaan Mas Rafka di kantor ini berdiri menjulang di depanku. Kepalaku bahkan sampai
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

PRS - 15

Tapi Mas Rafka sudah terkapar di tangan Bang Elang.Akh, aku tak mengerti.Aku hanya bisa menikmati kembali pemandangan yang indah antara Ibu dan anak di hadapanku saat ini."Fanisa, apa kabar?" Suara lelaki membuatku menoleh. Hingga mataku menangkap sosok suami Sabia, memasuki ruang kerjaku ini.Aku memaksakan senyum di bibir. "Aku baik. K-kamu?" jawab serta tanyaku."Aku juga baik. Rafka ke mana? Aku gak lihat dia ada di sini," jawab serta tanya Arda yang kemudian menghempas bobotnya di sisi Sabia. Arda meraih tubuh putra lelakinya dari Sabia."Emm ... Mm?mas Rafka ada pekerjaan," jawabku sesantai mungkin. Menutupi yang sebenarnya terjadi dari mereka."Quenara gak ikut?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Quenara sama Oma-nya, udah besar dia. Udah gak mau buntutin Mami Papinya," kekeh Sabia yang diikuti anggukan kepala oleh sang suami. Aku pun hanya mengangguk kecil.
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

PRS - 16

POV RAFKA"Jangan ... kumohon hentikan ... tolong ... siapa pun tolong aku ...."Lagi.Kudengar rintihan serta racauan meluncur dari mulut Purnama. Perempuan yang telah aku nikahi delapan tahun silam, kini terbaring tak berdaya di atas ranjang besi.Kakinya terpaksa diikat, pun dengan kedua tangannya. Purnama sangat sulit dikendalikan. Entah apa yang sudah membuatnya begitu kacau. Jika tidak diikat seperti sekarang, ia pasti akan kembali berbuat nekat.Aku hanya bisa menemaninya di sisi ranjang besi dalam ruangan berukuran  4 x 4 m saat ini. Aku tidak tahu, apa yang membuat Purnama seakan mengingat lagi trauma masa lalunya. Trauma yang susah payah kusembuhkan. Trauma yang telah hilang sejak bayi kecilnya lahir.Namun seingatku, Purnama mulai kacau setelah kedatangan Bang Elang ke rumah kecil kami, yang tanpa aba-aba langsung menghajarku hingga wajahku memar.Purnama tiba-tiba mengamuk saat m
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

PRS - 17

Bang Elang terkapar di tanah. Nampak dia memegangi pipinya yang baru saja aku hadiahi tinju. Aku masih berdiri di hadapannya, menunggu Bang Elang bangkit Dan mungkin akan berbalik menyerangku. Namun itu tidak terjadi, terlihat dia hanya terlentang di tanah dan menatapku dengan penuh harap. Pipinya seketika memar saking kerasnya tinju yang kulayangkan, namun tidak ada tanda-tanda ia akan membalasku."Pukul Abang, Raf! Kamu bisa tampar Abang atau apapun. Lempar Abang dengan batu pun tidak apa-apa, lakukan saja, Abang terima. Abang tidak akan melawan kamu. Kamu berhak melakukan itu, mungkin dengan begitu bisa mengurangi kemarahan kamu pada Abang. Dan dengan begitu pula kamu bisa mengabulkan permintaan Abang agar membiarkan Purnama dan Belfania bersama dengan Abang," ujarnya dengan lirih. Tidak kulihat emosi yang biasanya selalu meluap-meluap dalam diri Bang Elang."Aku bilang enggak! Aku tidak akan membiarkan Purnama dan Belfania bersama abang. Mohon ampun Bang, mohon ampun kepada Tuhan,
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

PRS - 18

~Pagi menjelang.Aku kembali harus meninggalkan Belfania di tempat penitipan anak dengan berat hati, karena aku harus segera bergegas ke rumah sakit jiwa dan memeriksa kondisi dari Purnama.Jalanan lengang pagi hari ini membuatku hanya berjalan kaki saja untuk menuju rumah sakit. Hanya sekitar 10 menit berjalan kaki, aku pun telah tiba di depan gerbang dari bangunan khusus para penderita gangguan kejiwaan itu.Aku membawa langkahku dengan cepat melewati gerbang hingga tiba di halaman luas dari rumah sakit jiwa ini.Langkahku seketika terhenti ketika kaki ini baru saja menapaki halaman rumah sakit. Satu pemandangan di taman depan rumah sakit ini mengejutkan penglihatan.Mataku melebar sempurna melihatnya. Kubawa langkah kaki begitu lebar menuju taman depan di halaman ini. Entah keajaiban dari mana namun apa yang kulihat pagi ini sangatlah membuatku syok.Bagaimana tidak?Kurang lebih 2 bulan setengah aku bolak-b
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

PRS - 19

Bang Elang menggeleng. "Abang mendatangi ustad bukan dukun! Bukan jampi-jampi yang Abang berikan, tetapi doa tulus dan doa ketenangan yang akan menyusup ke dasar hati Purnama," jelasnya.Demi apa pun, aku melongo mendengarnya. Betulkah seperti itu? Apa mungkin? Aku bertanya-tanya sendiri. Hal itukah memang luput dari pemikiranku? Aku terlalu sibuk mengobati Purnama dengan tindakan medis dan aku lupa, jika Purnama memang terluka batin bukan lahir.Ya Allah ... Aku sendiri sering meminta Belfa berdoa untuk kesembuhan Purnama. Tapi aku sendiri seolah melupakan ikhtiar lain yang seharusnya kulakukan."Sekali lagi Abang mohon sama kamu, Raf, berikan Abang kesempatan untuk bisa hidup bersama Purnama dan juga Belfania. Jangan kamu biarkan seumur hidup Abang, hanya dipenuhi oleh rasa sesal mendalam. Abang mohon maaf berikan Abang kesempatan itu,"ucap Bang Elang kemudian memohon hal yang sama kembali.Aku lantas menoleh menatap wajah tampannya. R
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

PRS - 20

BAB 18.POV PURNAMA~Mataku terbuka seketika. Langit-langit plafon berwarna putih menyapa penglihatan ini pertama kalinya. Aku mengangkat kedua tangan, dimana terdapat kelopak mawar merah yang wanginya masih bisa kuhidu.Entah di mana ini, karena seluruh ruangan ini berwarna putih dan berukuran lebih kecil dari kamar tidur di rumahku sendiri.Hari ini, tubuhku terasa lebih ringan. Ada setitik perasaan yang membuat hati ini terasa lebih tenang, entah apa yang telah terjadi padaku, aku hanya ingat jika sebelum hari ini aku selalu diliputi rasa takut dan cemas. Rasa marah, kesal serta benci.Namun hari ini, rasa yang selalu melanda dan menguasai diriku itu seolah tidak ada lagi. Aku sendiri pun tidak mengerti apa yang sudah terjadi dan apa yang telah menimpa dalam diriku.Pintu mirip jeruji besi yang menutupi ruangan ini terdengar dibuka. Sontak aku pun menoleh. Kulihat seorang perempuan berpakaian perawat masuk bersama Rafka. Apa mungkin ini di rumah sakit? Tapi aku tidak menemukan per
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status