Bang Elang terkapar di tanah. Nampak dia memegangi pipinya yang baru saja aku hadiahi tinju. Aku masih berdiri di hadapannya, menunggu Bang Elang bangkit Dan mungkin akan berbalik menyerangku. Namun itu tidak terjadi, terlihat dia hanya terlentang di tanah dan menatapku dengan penuh harap. Pipinya seketika memar saking kerasnya tinju yang kulayangkan, namun tidak ada tanda-tanda ia akan membalasku."Pukul Abang, Raf! Kamu bisa tampar Abang atau apapun. Lempar Abang dengan batu pun tidak apa-apa, lakukan saja, Abang terima. Abang tidak akan melawan kamu. Kamu berhak melakukan itu, mungkin dengan begitu bisa mengurangi kemarahan kamu pada Abang. Dan dengan begitu pula kamu bisa mengabulkan permintaan Abang agar membiarkan Purnama dan Belfania bersama dengan Abang," ujarnya dengan lirih. Tidak kulihat emosi yang biasanya selalu meluap-meluap dalam diri Bang Elang."Aku bilang enggak! Aku tidak akan membiarkan Purnama dan Belfania bersama abang. Mohon ampun Bang, mohon ampun kepada Tuhan,
Last Updated : 2024-03-15 Read more