Home / Pernikahan / Rahim Yang Hilang / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Rahim Yang Hilang: Chapter 21 - Chapter 30

97 Chapters

Ketahuan

"Mau kemana?" hampir saja Milova berteriak mendengar pertanyaan dari lelaki kekar yang sudah terpatri di hadapannya. Wajar saja jika terkejut, bukan hanya karena Milova melakukan kesalahan, tapi karena Osa tiba-tiba saja muncul saat ia membuka pintu. Ia yang awalnya sudah ingin ke rumah sakit untuk menemui dokter, justru harus tertunda dan tentunya tidak mudah lolos dari seorang Osa. "Bukan urusanmu!" sahu Milova, cetus, sambil merapikan tali tasnya yang sedikit terjatuh dari bahu. Tapi bukan Osa namanya jika tidak bisa menemukan apa yang ia cari. Osa melangkahkan kakinya, mendekati Milova perlahan. Wajahnya terlihat serius dan mencurigai wanita itu. Kali ini, jas hitam yang dikenakannya kembali menjadikan Osa sebagai seorang kepala sekolah yang tampan. Bahkan tak hanya itu, ia juga terlihat lebih elegan dari biasanya. Tapi bukan itu yang membuat wajah Milova memerah. Ia sedang memikirkan jalan keluar untuk pergi dari incaran lelaki itu. Perlahan langkah Osa maju, dan Milo
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

Dokter

"Oh mengenai hal tersebut, memang benar Pak Osa mendonorkan darahnya!" jelas dokter. Milova menyesal mendengarnya. Bagaimana bisa seorang penderita HIV seperti Osa dengan bebas mendonorkan darahnya kepada orang lain. Ini benar-benar di luar nalar. Masa iya tim medis tidak mendeteksi kejanggalan tersebut? Dan tidak mungkin juga Milova menjelaskan kepada dokter bahwa Osa adalah seorang pengidap HIV, tidak etis sekali rasanya. Lagi pula kejadiannya sudah berlalu, pikir Milova. "Ada yang bisa kami bantu lagi, Bu?" dokter bertanya, memecahkan lamunan Milova. "Hhmm, berapa kantong darah yang didonorkan Pak Osa kepada saya, Dok?" Milova kembali bertanya. Sebenarnya mengetahui lebih jauh justru akan membuat Milova semakin gelisah. Tapi saat ini, lebih baik ia mengetahui semuanya, toh semua juga sudah terlanjur terjadi. "Satu kantong, Bu." jawab dokter. Satu atau dua kantong ya sama saja, tetap saja darahnya telah mengalir di tubuh Milova. "tapi darah tersebut tidak didonorkan ke ib
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Sepakat

Meski terkesan sangat tabu. Tapi rasanya menyenangkan melihat sikap Osa saat ini. Ya, memang terasa sangat aneh, tidak seperti sebelumnya, Osa yang jutek dan sombong, lantas apa yang terjadi dengan lelaki itu? "Sepakat?" Osa menjulurkan tangannya, meminta Milova menyetujui apa yang baru saja ia minta. Lelaki itu memintanya untuk berdamai dan mulai melaksanakan misi mereka dengan baik. Memang, selama ini sebisa mungkin Milova berusaha melakukan setiap perintah Osa meski tidak menyenangkan baginya. Tapi kali ini, Osa ingin agar Milova lebih nyaman dan tenang dalam menjalankan tugasnya. Tanpa paksaan seperti sebelumnya. Milova sendiri masih tercengang, ia belum percaya lelaki yang ada di hadapannya itu bisa sesantai ini. Osa yang arogan dan tak mau mengalah, apa benar telah berubah menjadi lelaki baik dan sopan? Ah, mustahil, pikir Milova. "Ada apa denganmu?" Milova tidak langsung menyambut uluran tangan Osa. Hingga lelaki itu kembali menarik ulur telapak tangannya. "Aku hanya i
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Bunga Tidur

"Ahhh ... !" suara teriakan terdengar keras dari balik pintu kamar Milova. Beberapa asisten rumah tangga tergopoh-gopoh, berlari menyambanginya. Ini bukan main-main, karena sebelumnya, Milova bukan tipe wanita yang mudah panik. Rumah mewah yang dihuninya geger karena suara pekikan itu. Rumah ini adalah rumah pemberian Osa, karena rencananya, setelah menikahi Milova, ia juga akan ikut tinggal di rumah megah itu. Rumah ini juga bentuk pencitraan yang diberikan Osa kepada Milova, untuk membuktikan bahwa Milova merupakan gadis kaya dan layak menjadi istri seorang Osa Mahendra, sang kepala sekolah yang kaya raya. "Ada apa, Bu?" Maya, seorang asisten rumah tangga yang masih single, ikut mengetuk pintu kamar Milova. Ia terlihat panik, apalagi ia tahu persis bagaimana karakter majikannya, yang tak melankolis. "Bu, ibu gak apa-apa, kan?" teriak Rumi sambil kembali mengetuk pintu kamar Milova dua kali. Tapi belum juga ada jawaban. Maya menyentuh pundak Rumi, mengisyaratkan padanya un
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Rangkaian Bunga Mawar

Yang membuat Milova terkejut bukan hanya rangkaian bunga mawar merah yang sangat cantik, tapi juga tersungkurnya lelaki itu di hadapannya jauh membuat jantung Milova berdegup kencang. Ada apa ini?, hatinya bergumam. Dengan sigap Osa menjatuhkan tubuhnya ke lantai, tepat di hadapan Milova. Tampak begitu romantis. Milova menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak terpana. Apa ini lanjutan dari mimpi semalam?, pikirnya. Ya, ia yang bermimpi sesuatu yang mustahil terjadi, tentang Osa yang berubah baik padanya. Kini justru di hadapkan dengan kenyataan yang bertolak belakang dan seolah mendukung mimpi indahnya itu. "Ada apa ini?' celetuk Milova, raut wajahnya begitu cemas. Memang, kata orang bisa jadi sebuah mimpi itu akan jadi kenyataan. Bisa dikatakan, terkadang mimpi adalah harapan yang akan segera terwujud. Ah, mustahil, pikir Milova kembali. Kali ini Milova benar-benar bingung dengan apa yang dialaminya. Maya dan Rumi mengintip dari balik pintu dapur bersih. Mereka meras
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

OK

"Ok? Sudah pas?" tanya Osa pada seorang fotografer yang tengah memotretnya dari berbagai arah. Kelihatannya ia membayar fotografer berkelas untuk mengabadikan moment tersebut. Terbaca dari gaya dan caranya bekerja, fotografer yang dibayar Osa tidak main-main. "Sip" sambung Osa setelah mengecek hasil jepretan lelaki brewok itu sambil mengacungkan ibu jarinya. Osa menatap sekeliling rumah, hanya sekadar mengecek kondisinya. Lalu mengarahkan pandangannya pada Milova yang masih memegang bunga mawar merah pemberiannya. "Kenapa masih berdiri di situ? Duduk!" perintahnya. Ia juga menarik salah satu kursi dari meja bundar tersebut dan mendudukinya. "Apa maksud semua ini?" tanya Milova yang masih mematung. Ia yang beberapa detik lalu masih diratukan oleh Osa, kini terasa tak lagi dipedulikan. Memang, Milova tak menjawab apa-apa saat Osa melamarnya, ia hanya mengangguk, itu pun dengan penuh keraguan. "Ini hanya bagian dari rencanaku, aku sengaja tidak memberitahumu agar semuanya te
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Lusi Lagi

"Lusi!" Teriak Milova yang terkejut melihat gadis itu bersiap untuk menjatuhkan dirinya dari gedung pustaka. Gedung tersebut dibangun dengan tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk kegiatan belajar siswa, mungkin ada yang ingin mengerjakan tugas dan sebagainya, mereka dapat melakukannya di lantai satu. Lantai 2 berisi deretan buku-buku mata pelajaran dan berbagai koleksi buku fiksi. Di lantai dua juga terdapat petugas perpustakaan, para siswa juga dapat meminjam buku di sana. Selain itu, tersedia pula ruang komputer di lantai dua, jika ada yang ingin membaca buku secara online atau menyelesaikan tugas-tugas online, dapat menggunakan komputer tersebut. Sedangkan untuk lantai 3, biasanya dijadikan aula, tempat para guru melakukan rapat dan berbagai acar penting lainnya. Tak heran jika sedang tidak ada kegiatan, lantai tiga tersebut sepi pengunjung. "Mungkin ia kesambet Rohnya Halimah!" celetuk Raka, bukannya mereda kepanikan, ia justru menambah cerita baru yang tak masuk akal m
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Tidak Waras

"Kamu sudah tidak waras ya?" Osa terlihat sedang kesal dengan tawaran Milova kepada mantan kekasihnya, Lusi. "Iya, aku yang gila, dan kamu yang paling waras!" bentak Milova. Yang benar saja, di saat genting seperti ini, Osa masih saja memikirkan dirinya sendiri. Ada apa dengan lelaki itu? Padahal jelas tertulis di buku catatan penting miliknya, yang sempat dicuri Milova, bahwa pria itu berniat menikahi Lusi, kekasih yang begitu ia cintai. Walaupun mereka sudah putus, dan Osa memutuskan hubungan sebelah pihak. Tapi setidaknya sebagai seorang lelaki, ia masih punya perasaan, apalagi ini menyangkut nyawa Lusi. "Atau jangan-jangan, kamu ... " Milova terdiam, ia tak ingin lagi melanjutkan tuduhannya. Bukan karena ingin menghargai perasaan Osa, tapi ia tak ingin semua orang mendengar. Sebisa mungkin, ia mencoba menahan emosinya yang memuncak pada lelaki sombong itu. Semua mata sedang tertuju pada Lusi. Beberapa guru senior ikut menasihati Lusi dari bawah gedung, untuk mengurungk
last updateLast Updated : 2024-09-08
Read more

Jerit

Semua menjerit kala menyaksikan dengan mata telanjang bagaimana jasad Lusi melayang sebelum kemudian jatuh ke bawah. Hanya beberapa detik saja, rasanya semua seperti mimpi. Milova yang awalnya ikut berteriak, kini justru terdiam dengan tubuhnya yang gemetaran. Trauma di masa lalu membuatnya tak bisa berpikir jernih, pikirannya kacau. Bahkan tubuhnya yang tersungkur tak mampu ia tegakkan, meski hanya untuk berdiri. "Kamu gak apa-apa?" Husna baru saja sampai dan langsung menghampiri Milova. Husna tak sempat melihat tragedi tersebut, tetapi ia ikut mendengar teriakan banyak orang saat Lusi jatuh. Namun, karena masih di lantai dua, ia tetap melaju naik, bahkan lebih cepat dari sebelumnya untuk menemui Milova. Milova hanya diam seribu bahasa saat Husna melontarkan pertanyaan kepadanya. Dalam benaknya, ia tak akan kuat menatap jasad Lusi yang mungkin saja sudah tak bernyawa. Lebih baik berdiam diri di lantai 3 sambil menenangkan tubuhnya yang masih gemetar. Suara dari mobil pol
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

Osa?

Betapa terkejutnya Lusi mendengar ucapan wanita yang awalnya tak ingin ia lihat, tapi perlahan ia mulai menerima kehadirannya di ruang kamar rawat inapnya. Lusi tak langsung bertanya, ia hanya terdiam menatap wajah Milova dan sedikit mengerutkan keningnya. "Maksudmu?" akhirnya sebuah pertanyaan terlontar kepada Milova, setelah sebelumnya ia menggeleng dengan penuh rasa ketidakpercayaannya. Milova meletakkan telapak tangan kirinya ke dahi beberapa detik sebelum kemudian ia usap ke seluruh wajahnya. Hanya sekadar menenangkan diri atas semua masalah yang rumit ia jelaskan. "Iya, Osa yang menyelamatkanmu. Dia ada di saat kamu jatuh dan sempat menangkap tubuhmu meski ia tersungkur dan sedikit terluka." jelas Milova. Milova memang tak melihat bagaimana kejadian sebenarnya terjadi. Tetapi ia sempat mendengar penjelasan dari Husna. Bahkan ia melihat sendiri luka yang ada di lengan Osa saat lelaki itu tengah menyeruput minumannya. Memang tak mudah menjelaskan sesuatu yang tak lazi
last updateLast Updated : 2024-09-10
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status