Semua Bab Rahim Yang Hilang: Bab 31 - Bab 40

97 Bab

Takut

Milova begitu takut. Keringat dingin keluar dari keningnya. Di luar ruang rawat inap, di sebuah kursi tunggu, ia terdiam. Hatinya tak henti berdoa, berharap Tuhan mengabulkannya. Keringat dingin di keningnya ikut mewakili betapa risaunya hati Milova. Ia menyesal telah mengatakan semuanya kepada Lusi. Tak berhenti ia menyalahkan dirinya sendiri. Dua jam sudah ia duduk di kursi tunggu tersebut. Kedua orang tua Lusi juga sedang menunggu dengan penuh harap. Sempat ditanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi Milova tak berani jujur. Ia berdalih Lusi tiba-tiba saja sesak napas. Dokter yang keluar-masuk ruangan tersebut semakin menambah kekhawatiran. Tapi sebisa mungkin, Milova mencoba tetap tenang. "Gimana keadaannya?" Husna yang tiba-tiba muncul terlihat khawatir dan napasnya terdengar ngos-ngosan. Husna yang menghubungi Milova karena ada beberapa dokumen observasi kelas yang harus ditanda tangani olehnya, terkejut mendengar kabar bahwa Lusi kritis di rumah sakit. Membuatny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-11
Baca selengkapnya

Selamat Jalan, Lusi

Tangannya dingin dan sering gemetaran, sejak tadi subuh ia tak tidur lagi, bersiap-siap untuk hadir ke rumah duka. Meski bukan siapa-siapa, tapi sejak kemarin, Milova mulai menaruh simpati pada Lusi. Air matanya mengalir ketika tengah menyetir mobil. Ia meraih sehelai tisu dan menyekanya. Dari tadi subuh juga ia telah berusaha menghubungi Osa, berkali-kali. Bahkan sampai detik ini ia masih mencoba. Tapi tetap saja tak ada jawaban, tetapi berdering. "Lelaki tak bertanggung jawab" monolognya. Milova melempar ponsel pintarnya, kekesalannya meluap. Lelaki yang tak punya hati seperti Osa tak layak bersemi di muka bumi ini, pikirnya. Gamis dan jilbab hitam yang dipakainya semakin menambah duka tersendiri. Hari ini adalah hari yang paling berat untuk keluarga yang ditinggalkan. Dan Milova juga ikut terhanyut di dalamnya. Sesampainya di rumah Lusi, ia melihat beberapa guru dari SMAS Tunas Bangsa telah hadir. Mereka ikut menguatkan keluarga yang ditinggalkan almarhumah. Terutama Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-12
Baca selengkapnya

kemana?

Kemana lelaki itu? Milova berusaha keras berpikir apa yang terjadi. Ia melaju, berbalik arah menuju ruang kerjanya. Pikirannya masih memikirkan Osa, dan itu membuatnya lelah. Dan surat yang ditulis oleh Lusi. Mengapa wanita itu begitu yakin? Pertanyaan yang selalu saja menari di pikirannya. Meski Milova mencoba keras untuk fokus pada pekerjaannya, tetap saja ia tak bisa melakukannya. Tugas Milova di sekolah memang sedang menumpuk. Apalagi ia juga bagian dari observer yang akan melakukan observasi pada sebagian besar guru di SMAS Tunas Bangsa. Tentunya banyak dokumen yang harus segera ia selesaikan. Sudah satu jam Milova bergelut dengan berkas-berkasnya. Sontak ia terpikir sesuatu saat tengah menanda tangani sebuah dokumen. Langsung saja ia meletakkan pena yang dari tadi terpatri di tangannya, lalu menutup semua lembaran yang masih terbuka. Ia meraih tas sandangnya dan pergi meninggalkan sekolah, bahkan panggilan Husna tak sempat ia jawab. Ia hanya melambaikan tangan, pertanda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-13
Baca selengkapnya

Rumah

Rumah memang semestinya menjadi tempat ternyaman bagi seorang anak. Dengan semua kasih sayang dan pelukan hangat kedua orang tua, mestinya setiap anak akan selalu merindukan rumahnya. Begitu pun dengan Osa, se-arogan apapun ia, tetap saja yang paling ia syukuri adalah bisa menjadi dirinya sendiri saat berada di rumah. Milova turun dari mobilnya, berniat mengantar Osa masuk ke rumahnya. Tanpa sepatah kata pun, lelaki itu keluar dari mobil dengan sedikit gontai. Awalnya, Milova berpikir untuk menopang sebagian tubuh Osa jika ia tak kuat berjalan. Tapi ia urungkan niatnya, mengingat sikap Osa yang bisa saja akan membuatnya malu dan terpojok. Membuntuti Osa, Milova hanya ingin memastikan lelaki itu sampai ke kamarnya dengan keadaan baik-baik saja. Jujur saja Milova sedikit khawatir, karena raut wajah Osa yang pucat dan tubuhnya yang tak lagi perkasa seperti biasanya. Milova menduga semua itu akibat kurang tidur dan tidak makan, mungkin. Milova membantu Osa membuka pintu kamarnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-14
Baca selengkapnya

Satu Minggu

Sudah satu Minggu Osa tidak hadir ke sekolah. Semua tugasnya digantikan oleh Ratna, ibunya. Untuk menandatangi semua berkas ia bisa menggunakan tanda tangan elektrik yang dimiliki Osa. Ratna hanya cukup memeriksa setiap berkas yang akan ditandatangani, agar tidak keliru. "Sampai kapan terus begini?" cetus Raka, saat sedang makan siang di kantin. "Sampai kamu ber-uban!" Husna mulai mengganggu Raka. Lalu ia tertawa terbahak-bahak. Memang, kehadiran Osa juga tak begitu menyenangkan, ia kerap dikenal sebagai sosok kepala sekolah yang arogan dan super tegas. "Tapi masih mendingan!" Raka mulai membela bosnya.Giliran di saat terjepit seperti sekarang, ia baru tahu sisi baik dari Osa. Biasanya, Raka juga selalu ada di garis depan untuk menolak setiap kebijakan Osa yang tak berkenan di hatinya. Setidaknya Osa masih lebih baik dari pada ibunya, pikir Raka. Selama satu Minggu ini, Raka hampir tidak bisa bekerja dengan tenang, selalu dikejar-kejar, nyaris seperti diteror. Pekerjaan ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-15
Baca selengkapnya

Gaun

"Maaf, mau coba yang mana dulu?" tawar laki-laki itu kepada Milova. Gaun pengantin yang terpajang sekitar 10 gaun. Belum lagi berbagai kosmetik yang ikut memenuhi ruang kerja Osa. Namun, yang mencengangkan bagi Milova justru semua periasnya didominasi oleh laki-laki. Bagaimana bisa berganti pakaian di ruang terbuka dan ada laki-laki di dalam sana. Yang benar saja. "Kenapa masih diam disitu?" Osa mulai mengoreksi sikap Milova. Milova masih berpikir, ia juga bingung bagaimana cara menjelaskannya. Masa iya, harus dijelaskan sedetail itu? "Coba deh kamu pikir, masa iya aku harus ganti baju di depan semua laki-laki ini?" Milova tak lagi ingin basa-basi. Toh percuma saja, lelaki itu tak akan paham. "aku gak mau ganti baju disini!" Milova bersikeras. Ya, meskipun lelaki yang ada di ruang Osa tak sepenuhnya bermental laki-laki. Tetap saja, Milova tak mungkin ganti baju di depan mereka. "Kamu tetap harus ganti baju di ruang ini!" Osa membalas suara lantang wanita itu. "Udah gak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-16
Baca selengkapnya

Pantas

Dengan kesal, Milova mengikuti perintah lelaki yang menyebalkan itu. Lagi pula ia ingin tahu apa yang telah dilakukan Osa sehingga menurutnya Milova sudah pantas mencoba 10 gaun yang ia pilihkan di ruang kerjanya. "Wah," Husna kaget. Husna memang diminta Osa menemani Milova, kebetulan juga lelaki itu menemukan Husna bersama calon istrinya. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat ruang kerja Osa yang telah disulap menjadi ruang ganti. Mereka meletakkan kerangka besi yang melingkar kemudian menutupinya dengan tirai yang tingginya hampir tiga meter. Di balik tirai tersebut, terpatri juga sebuah cermin yang tinggi dan lebar untuk Milova melihat sendiri penampilannya. "Gimana?" lelaki itu menantang. "Nah, dari tadi seharusnya kamu kepikiran seperti ini" Milova menunjuk ke arah tirai tersebut. Sebenarnya tak masalah bagi Milova jika harus mencoba 10 gaun pengantin itu. Yang jadi masalah justru pemikiran lelaki itu yang menurutnya terlalu mesum. "Pikiran itu dijaga, jangan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-17
Baca selengkapnya

Diet

"Gila kali ya tu orang, masa iya aku harus diet hanya untuk memuaskan keinginannya" gerutu Milova saat kembali ke ruang kerjanya. Sepanjang perjalanan kembali ke sekolah, ia sama sekali tak bicara. Hanya menyimak semua perintah dan aturan lelaki aneh itu. "Jam enam pagi, itu jadwal kamu olahraga. Mulai sekarang kamu dilarang makan makanan cepat saji. Semuanya sudah aku atur, kamu hanya perlu menjalankannya saja." kenang Milova saat mengingat kembali ocehan Osa di mobil tadi. "Saja?" monolognya. Milova menghela napas, ia sudah muak dengan semua ide gila Osa. Bagaimana tidak, bisa-bisanya ia meminta Milova menurunkan berat badannya selama satu Minggu. Ya, meskipun hanya 5 kg, tapi tetap saja sebuah pemaksaan jika ia membatasinya hanya untuk satu Minggu. Lelaki pelik, pikirnya. Benar seperti apa yang dikatakan Husna, Milova akan sangat menderita jika menikah dengan lelaki yang belum selesai dengan masa lalunya. Sampai detik ini Osa masih sangat mencintai Lusi. Meski ia tak pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-18
Baca selengkapnya

Ratna

Betapa terkejutnya Milova ketika melihat dokumen perjanjian kontraknya dengan Osa ada di tangan wanita paruh baya itu. Perlahan ia membukanya, memastikan berkas yang dilempar Ratna ke atas meja adalah benar seperti dugaannya. "Kenapa? Gak nyangka saya bisa menemukan semua itu?" tanya Ratna dengan senyum jahat terpatri di bibir manisnya. Meski usianya sudah lebih dari lima dekade, tapi dari perawakannya bisa dilihat bahwa Ratna adalah wanita yang sangat cantik di masa mudanya. Sekarang saja, wajahnya masih terlihat manis dan memesona. Ya, semua itu juga tak luput dari dukungan perawatan yang memakan biaya yang tak sedikit. Ratna diketahui rutin memanjakan dirinya ke salon. Biaya yang dikeluarkan per bulannya bisa mencapai seratus juta rupiah. Milova tahu semua itu dari rincian pengeluaran Osa dalam buku dokumen pentingnya, di sana tertulis jelas. Bukan hanya itu, Ratna ikut memanjakan tubuhnya dengan menyewa jasa pijat profesional. Setiap bulannya mereka akan datang ke rumah Ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

Hah?

Awalnya Milova tak bisa menerjemahkan maksud Ratna. Namun setelah wanita paruh baya itu menjelaskannya dengan rinci, Milova akhirnya paham apa keinginan Ratna. "Gimana?" tanya Ratna, setelah bicaranya yang panjang. Ya, lumayan kaget sih. Bagaimana tidak, Milova diminta melanjutkan semua isi perjanjian kontraknya dengan Osa, namun di sisi lain Milova justru harus menandatangi perjanjian lain dengan Ratna. Ratna memintanya untuk mengalihkan semua warisan peninggalan Pak Seno atas namanya. Alasannya simpel, Ratna tidak ingin wanita yang kelak menjadi istri sah Osa menguasai semua aset keluarga mereka. Sesuatu yang tidak masuk akal menurut Milova. Ia mencoba mencerna setiap poin yang dijelaskan Ratna. Tapi, tak menemukan satu alasan yang membuatnya setuju. "Aku hanya ingin melindungi Osa," jelas Ratna lagi. Ratna begitu yakin, apa yang ia lakukan adalah yang terbaik untuk putranya. Ia tidak ingin siapa pun pendamping Osa nantinya, justru memanfaatkan harta yang dimiliki lelaki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status