Share

Osa?

Penulis: Aini Pien
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-10 20:55:38

Betapa terkejutnya Lusi mendengar ucapan wanita yang awalnya tak ingin ia lihat, tapi perlahan ia mulai menerima kehadirannya di ruang kamar rawat inapnya.

Lusi tak langsung bertanya, ia hanya terdiam menatap wajah Milova dan sedikit mengerutkan keningnya.

"Maksudmu?" akhirnya sebuah pertanyaan terlontar kepada Milova, setelah sebelumnya ia menggeleng dengan penuh rasa ketidakpercayaannya.

Milova meletakkan telapak tangan kirinya ke dahi beberapa detik sebelum kemudian ia usap ke seluruh wajahnya. Hanya sekadar menenangkan diri atas semua masalah yang rumit ia jelaskan.

"Iya, Osa yang menyelamatkanmu. Dia ada di saat kamu jatuh dan sempat menangkap tubuhmu meski ia tersungkur dan sedikit terluka." jelas Milova.

Milova memang tak melihat bagaimana kejadian sebenarnya terjadi. Tetapi ia sempat mendengar penjelasan dari Husna. Bahkan ia melihat sendiri luka yang ada di lengan Osa saat lelaki itu tengah menyeruput minumannya.

Memang tak mudah menjelaskan sesuatu yang tak lazi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahim Yang Hilang   Takut

    Milova begitu takut. Keringat dingin keluar dari keningnya. Di luar ruang rawat inap, di sebuah kursi tunggu, ia terdiam. Hatinya tak henti berdoa, berharap Tuhan mengabulkannya. Keringat dingin di keningnya ikut mewakili betapa risaunya hati Milova. Ia menyesal telah mengatakan semuanya kepada Lusi. Tak berhenti ia menyalahkan dirinya sendiri. Dua jam sudah ia duduk di kursi tunggu tersebut. Kedua orang tua Lusi juga sedang menunggu dengan penuh harap. Sempat ditanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi Milova tak berani jujur. Ia berdalih Lusi tiba-tiba saja sesak napas. Dokter yang keluar-masuk ruangan tersebut semakin menambah kekhawatiran. Tapi sebisa mungkin, Milova mencoba tetap tenang. "Gimana keadaannya?" Husna yang tiba-tiba muncul terlihat khawatir dan napasnya terdengar ngos-ngosan. Husna yang menghubungi Milova karena ada beberapa dokumen observasi kelas yang harus ditanda tangani olehnya, terkejut mendengar kabar bahwa Lusi kritis di rumah sakit. Membuatny

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Rahim Yang Hilang   Selamat Jalan, Lusi

    Tangannya dingin dan sering gemetaran, sejak tadi subuh ia tak tidur lagi, bersiap-siap untuk hadir ke rumah duka. Meski bukan siapa-siapa, tapi sejak kemarin, Milova mulai menaruh simpati pada Lusi. Air matanya mengalir ketika tengah menyetir mobil. Ia meraih sehelai tisu dan menyekanya. Dari tadi subuh juga ia telah berusaha menghubungi Osa, berkali-kali. Bahkan sampai detik ini ia masih mencoba. Tapi tetap saja tak ada jawaban, tetapi berdering. "Lelaki tak bertanggung jawab" monolognya. Milova melempar ponsel pintarnya, kekesalannya meluap. Lelaki yang tak punya hati seperti Osa tak layak bersemi di muka bumi ini, pikirnya. Gamis dan jilbab hitam yang dipakainya semakin menambah duka tersendiri. Hari ini adalah hari yang paling berat untuk keluarga yang ditinggalkan. Dan Milova juga ikut terhanyut di dalamnya. Sesampainya di rumah Lusi, ia melihat beberapa guru dari SMAS Tunas Bangsa telah hadir. Mereka ikut menguatkan keluarga yang ditinggalkan almarhumah. Terutama Bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Rahim Yang Hilang   kemana?

    Kemana lelaki itu? Milova berusaha keras berpikir apa yang terjadi. Ia melaju, berbalik arah menuju ruang kerjanya. Pikirannya masih memikirkan Osa, dan itu membuatnya lelah. Dan surat yang ditulis oleh Lusi. Mengapa wanita itu begitu yakin? Pertanyaan yang selalu saja menari di pikirannya. Meski Milova mencoba keras untuk fokus pada pekerjaannya, tetap saja ia tak bisa melakukannya. Tugas Milova di sekolah memang sedang menumpuk. Apalagi ia juga bagian dari observer yang akan melakukan observasi pada sebagian besar guru di SMAS Tunas Bangsa. Tentunya banyak dokumen yang harus segera ia selesaikan. Sudah satu jam Milova bergelut dengan berkas-berkasnya. Sontak ia terpikir sesuatu saat tengah menanda tangani sebuah dokumen. Langsung saja ia meletakkan pena yang dari tadi terpatri di tangannya, lalu menutup semua lembaran yang masih terbuka. Ia meraih tas sandangnya dan pergi meninggalkan sekolah, bahkan panggilan Husna tak sempat ia jawab. Ia hanya melambaikan tangan, pertanda

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Rahim Yang Hilang   Rumah

    Rumah memang semestinya menjadi tempat ternyaman bagi seorang anak. Dengan semua kasih sayang dan pelukan hangat kedua orang tua, mestinya setiap anak akan selalu merindukan rumahnya. Begitu pun dengan Osa, se-arogan apapun ia, tetap saja yang paling ia syukuri adalah bisa menjadi dirinya sendiri saat berada di rumah. Milova turun dari mobilnya, berniat mengantar Osa masuk ke rumahnya. Tanpa sepatah kata pun, lelaki itu keluar dari mobil dengan sedikit gontai. Awalnya, Milova berpikir untuk menopang sebagian tubuh Osa jika ia tak kuat berjalan. Tapi ia urungkan niatnya, mengingat sikap Osa yang bisa saja akan membuatnya malu dan terpojok. Membuntuti Osa, Milova hanya ingin memastikan lelaki itu sampai ke kamarnya dengan keadaan baik-baik saja. Jujur saja Milova sedikit khawatir, karena raut wajah Osa yang pucat dan tubuhnya yang tak lagi perkasa seperti biasanya. Milova menduga semua itu akibat kurang tidur dan tidak makan, mungkin. Milova membantu Osa membuka pintu kamarnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Rahim Yang Hilang   Satu Minggu

    Sudah satu Minggu Osa tidak hadir ke sekolah. Semua tugasnya digantikan oleh Ratna, ibunya. Untuk menandatangi semua berkas ia bisa menggunakan tanda tangan elektrik yang dimiliki Osa. Ratna hanya cukup memeriksa setiap berkas yang akan ditandatangani, agar tidak keliru. "Sampai kapan terus begini?" cetus Raka, saat sedang makan siang di kantin. "Sampai kamu ber-uban!" Husna mulai mengganggu Raka. Lalu ia tertawa terbahak-bahak. Memang, kehadiran Osa juga tak begitu menyenangkan, ia kerap dikenal sebagai sosok kepala sekolah yang arogan dan super tegas. "Tapi masih mendingan!" Raka mulai membela bosnya.Giliran di saat terjepit seperti sekarang, ia baru tahu sisi baik dari Osa. Biasanya, Raka juga selalu ada di garis depan untuk menolak setiap kebijakan Osa yang tak berkenan di hatinya. Setidaknya Osa masih lebih baik dari pada ibunya, pikir Raka. Selama satu Minggu ini, Raka hampir tidak bisa bekerja dengan tenang, selalu dikejar-kejar, nyaris seperti diteror. Pekerjaan ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Rahim Yang Hilang   Gaun

    "Maaf, mau coba yang mana dulu?" tawar laki-laki itu kepada Milova. Gaun pengantin yang terpajang sekitar 10 gaun. Belum lagi berbagai kosmetik yang ikut memenuhi ruang kerja Osa. Namun, yang mencengangkan bagi Milova justru semua periasnya didominasi oleh laki-laki. Bagaimana bisa berganti pakaian di ruang terbuka dan ada laki-laki di dalam sana. Yang benar saja. "Kenapa masih diam disitu?" Osa mulai mengoreksi sikap Milova. Milova masih berpikir, ia juga bingung bagaimana cara menjelaskannya. Masa iya, harus dijelaskan sedetail itu? "Coba deh kamu pikir, masa iya aku harus ganti baju di depan semua laki-laki ini?" Milova tak lagi ingin basa-basi. Toh percuma saja, lelaki itu tak akan paham. "aku gak mau ganti baju disini!" Milova bersikeras. Ya, meskipun lelaki yang ada di ruang Osa tak sepenuhnya bermental laki-laki. Tetap saja, Milova tak mungkin ganti baju di depan mereka. "Kamu tetap harus ganti baju di ruang ini!" Osa membalas suara lantang wanita itu. "Udah gak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Rahim Yang Hilang   Pantas

    Dengan kesal, Milova mengikuti perintah lelaki yang menyebalkan itu. Lagi pula ia ingin tahu apa yang telah dilakukan Osa sehingga menurutnya Milova sudah pantas mencoba 10 gaun yang ia pilihkan di ruang kerjanya. "Wah," Husna kaget. Husna memang diminta Osa menemani Milova, kebetulan juga lelaki itu menemukan Husna bersama calon istrinya. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat ruang kerja Osa yang telah disulap menjadi ruang ganti. Mereka meletakkan kerangka besi yang melingkar kemudian menutupinya dengan tirai yang tingginya hampir tiga meter. Di balik tirai tersebut, terpatri juga sebuah cermin yang tinggi dan lebar untuk Milova melihat sendiri penampilannya. "Gimana?" lelaki itu menantang. "Nah, dari tadi seharusnya kamu kepikiran seperti ini" Milova menunjuk ke arah tirai tersebut. Sebenarnya tak masalah bagi Milova jika harus mencoba 10 gaun pengantin itu. Yang jadi masalah justru pemikiran lelaki itu yang menurutnya terlalu mesum. "Pikiran itu dijaga, jangan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Rahim Yang Hilang   Diet

    "Gila kali ya tu orang, masa iya aku harus diet hanya untuk memuaskan keinginannya" gerutu Milova saat kembali ke ruang kerjanya. Sepanjang perjalanan kembali ke sekolah, ia sama sekali tak bicara. Hanya menyimak semua perintah dan aturan lelaki aneh itu. "Jam enam pagi, itu jadwal kamu olahraga. Mulai sekarang kamu dilarang makan makanan cepat saji. Semuanya sudah aku atur, kamu hanya perlu menjalankannya saja." kenang Milova saat mengingat kembali ocehan Osa di mobil tadi. "Saja?" monolognya. Milova menghela napas, ia sudah muak dengan semua ide gila Osa. Bagaimana tidak, bisa-bisanya ia meminta Milova menurunkan berat badannya selama satu Minggu. Ya, meskipun hanya 5 kg, tapi tetap saja sebuah pemaksaan jika ia membatasinya hanya untuk satu Minggu. Lelaki pelik, pikirnya. Benar seperti apa yang dikatakan Husna, Milova akan sangat menderita jika menikah dengan lelaki yang belum selesai dengan masa lalunya. Sampai detik ini Osa masih sangat mencintai Lusi. Meski ia tak pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18

Bab terbaru

  • Rahim Yang Hilang   Sadar

    Milova memeluk tubuh Osa dengan deraian air mata. Osa yang masih lemah bisa menyadari kehadiran wanita yang dicintainya. "Kamu tidak perlu mencari keberadaan bayi mu lagi," ucap Osa dengan nada suaranya yang masih terbata-bata. Milova mengerutkan keningnya. Sedikit kekecewaan menyelinap dari tatapannya pada Osa. Ia pikir, dengan melihat wajah lelaki kekar itu, ia akan sedikit tenang. Ternyata Osa justru membuatnya semakin kalut. "Bayi mu sudah meninggal satu tahun yang lalu, bersama istri pertama suami mu dan juga mertua mu." jelas Osa. Entah dari mana ia tahu segalanya. Milova berpikir bahwa suaminya sedang bermimpi. Atau mungkin alam mimpi membawanya menerjemahkan banyak hal selama ia koma. "Kamu bermimpi, ya?" tanya Milova, mencoba membenarkan isi pikirannya. "Aku tidak sedang bermimpi, ini benar adanya." sahut Osa, meyakinkan Milova. Pikiran Milova begitu kacau ketika mendengar apa yang dikisahkan suaminya, tepat sebelum kecelakaan itu terjadi. Osa sudah tahu tentang

  • Rahim Yang Hilang   Gagal Lagi

    Raju melaju dengan kecepatan tinggi. Pajero sport yang ia kendarai adalah milik Osa. Demi mengejar seseorang yang ia curigai sebagai salah satu tokoh penculikan bayi Milova, ia hampir saja mempertaruhkan nyawanya sendiri. "Hati-hati Raju!" pekik Milova yang duduk di sebelahnya. Milova yang trauma dengan kecepatan tinggi memaksa diri untuk ikut bersama Raju. Ia tak ingin lagi kehilangan jejak bayinya. Ternyata, orang-orang yang membawa bayi Milova, tepat di hari Osa mengalami kecelakaan, sengaja mengecoh Raju dengan mengarahkan kemudian mereka menuju bandara. Padahal, sebagian dari mereka berputar arah dan terbagi menjadi dua kelompok, salah satunya menuju tujuan yang lain. Licik sekali mereka, pikir Milova. Tapi, jika tidak licik, tak mungkin Rama mempercayai para preman suruhannya. "Bagaimana Rama bisa mengendalikan semua ini, sedangkan ia sedang mendekam di penjara?" Milova tak habis pikir dengan kelakuan mantan suaminya itu yang sudah sangat keterlaluan. Dan bayi yang seda

  • Rahim Yang Hilang   Negatif

    Milova terlihat lunglai di sebuah sofa empuk, tepat di kamar mewah dimana Osa dirawat. Ia sama sekali tidak tidur dan hanya sekadar minum dan makan beberapa suap. Kekhawatirannya semakin memuncak ketika melihat kondisi suaminya yang sama sekali tak menunjukkan perubahan. Osa masih koma dengan semua alat medis yang melekat pada tubuh kekarnya. "Kamu gak pulang saja dulu? Ya, istirahat sehari. Lagi pula, di sini ada Raju dan Raka yang menjaga Pak Osa." Husna memberi saran. Benar apa yang dikatakan Husna. Milova butuh waktu untuk istirahat dan menenangkan dirinya. Lagi pula, jika pun ia memaksa untuk menjaga Osa, dikhawatirkan justru kondisinya sendiri yang memburuk dan tentunya akan menjadi masalah baru. "Aku ingin menemaninya sampai ia sadar." sahut Milova. Husna dapat melihat betapa sedihnya perasaan Milova. Wajah cantiknya sudah berubah pucat, tubuhnya pun terlihat sangat lemah karena kekurangan energi. Jarang makan dan tidak tidur menjadi penyebabnya. "Kalau kamu mau te

  • Rahim Yang Hilang   Gagal

    Milova sadar dan membuka kedua matanya. Ia melihat Raju yang terlihat panik dan memijat kepalanya. Samar-samar Milova bisa membaca raut wajah Raju. "Ibu sudah sadar?" tanya Raju. Milova baru sadar kalau ternyata sedari tadi ia pingsan. Ia memang tidak punya keberanian untuk mendonorkan darahnya, namun tetap ia lakukan demi menyelamatkan Osa. "Bagaimana keadaan Osa?" tanya Milova spontan. Yang ia khawatirkan bukan dirinya sendiri, tapi Osa. Milova khawatir jika terjadi sesuatu dengan lelaki yang dicintainya itu. "Aku harus melihatnya." Milova berusaha untuk beranjak dari salah satu ranjang rumah sakit, dimana para perawat menidurkannya yang pingsan di depan ruang operasi. Milova mengerang, kepalanya sangat sakit, membuatnya tak mampu bangkit, bahkan hanya untuk duduk. "Jangan dipaksakan, Bu." Raju memberi saran. "Bagaimana keadaan mu?" tanya Husna yang tiba-tiba datang bersama Raka. "Pak Osa bagaimana?" Raka yang baru saja datang menodong Raju dengan pertanyaannya.

  • Rahim Yang Hilang   Kritis

    Milova tergesa-gesa menyusuri setiap ranjang di ruang IGD rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dari SMAS Tunas Bangsa. Perasaannya sangat gundah. Ada ketakutan yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata, tapi pastinya, ia sangat khawatir. Raka memberitahunya bahwa Osa mengalami kecelakaan dan mobilnya menabrak sebuah truk dari arah belakang. Saat ditemukan, kondisi Osa kritis dan mengalami pendarahan di otaknya. Milova sendiri tak tahu kemana Osa akan pergi, sampai pagi-pagi tadi ia sudah menghilang tanpa pamit. Menurut kabar yang beredar juga, Osa bertujuan ke bandara. Karena tempat dimana ia mengalami kecelakaan searah dengan arah bandara. Tapi, untuk apa ia ke bandara? Siapa yang ingin ia jemput?, pikiran Milova ikut bertanya-tanya. Tapi saat ini, yang terpenting baginya adalah keselamatan Osa, lelaki yang saat ini menjadi satu-satunya tempat ia berlabuh. "Bagaimana keadaan suami saya, Dok?" tanya Milova pada seorang dokter yang sedang memeriksa kondisi Osa. Terlihat je

  • Rahim Yang Hilang   Menyesali

    Matahari yang menghempas wajah Milova secara perkasa membangunkannya dari tidur panjangnya. Gorden yang sudah tersibak, membuatnya mencari-cari kemana Osa pergi. Padahal pagi ini, Milova sudah berjanji akan diantar oleh suaminya itu ke sekolah. Tapi pagi ini, sarapan yang sudah rapi di atas meja, hanya disantapnya sendirian. "Kamu tahu kemana Bapak?" tanya Milova pada Maya yang sedang meletakkan roti bakar di atas meja makan. "Tadi Bapak sudah pergi duluan, Bu. Katanya ada urusan mendadak." jelas Maya. Milova tahu apa yang menjadi alasan Osa pergi begitu saja, tak lain karena ia kecewa atas apa yang dilakukannya semalam. Tapi semua sudah terjadi, dan sebagai sepasang suami istri yang saling mencintai, Milova dan Osa sama sekali tak terpaksa melakukannya. Mengendarai mobilnya, Milova melaju menuju ke sekolah. Jam menunjukkan pukul 07.35 WIB. Cuaca pagi ini lumayan panas, terlihat jelas dari beberapa bunga di teras rumahnya yang sudah tak lagi berembun, tidak seperti biasanya.

  • Rahim Yang Hilang   Malam Pertama

    "Terima kasih, ya?" ucap Osa pada Milova, sesaat setelah kedua guru itu pulang. Milova memberi pilihan jika Bu Sarah dan Bu Cantika masih ingin mengajar di SMAS Tunas Bangsa, maka mereka harus mencari peserta didik yang akan masuk ke SMAS Tunas Bangsa dengan jumlah yang sama dengan jumlah peserta didik yang sudah keluar dari sekolah tersebut. Milova juga memberi waktu selama tiga bulan untuk mereka menyelesaikan misi tersebut. Selama tiga bulan tersebut juga Milova masih mengizinkan kedua guru itu untuk bekerja di SMAS Tunas Bangsa. Syarat tersebut sengaja Milova berlakukan sebagai salah satu strategi untuk mengembalikan nama baik nama SMAS Tunas Bangsa. Dengan begitu, tanpa disadari, nama sekolah akan kembali membaik dengan sendirinya. Dan tentunya, Bu Sarah dan Bu Cantika akan mempelopori misi Milova demi terpenuhinya jumlah peserta didik yang diinginkan sebelum waktu tiga bulan tersebut berlalu. "Sama-sama." ucap Milova seraya menyentuh pipi kiri Osa. Tindakan wanita itu me

  • Rahim Yang Hilang   Permohonan Maaf

    "Jadi itu tujuan Bu Cantikan dan Bu Sarah sampai harus datang ke rumah saya?" tanya Milova sesaat setelah menyeruput kopi khas Gayo. Kualitas Kopi Gayo (Aceh) sudah diakui oleh dunia sebagai kopi terbaik melalui sertifikat resmi akan kualitasnya yang keluar pada tahun 2010 lalu. Selain itu, sekarang ini juga para petani sedang mengembangkan tiga varietas Kopi Gayo yang sedang dibudidayakan, yaitu Gayo 1, Gayo 2, dan P88 yang juga sudah diakui oleh dunia sebagai kopi terbaik. Kenikmatan Kopi Gayo dimulai dari rasanya yang kuat dan berkarakter. Kopi Gayo memiliki rasa yang tidak pahit dan memiliki keasaman yang rendah, serta memiliki sedikit sentuhan rasa manis. Makanya, Kopi Gayo ini seringkali dijadikan sebagai bahan campuran berbagai house blend coffee. Kopi Gayo paling cocok ditanam di ketinggian 1000 mdpl. Namun, kopi Gayo ini juga memiliki keunikan tersendiri, yaitu ketinggian perkebunan yang menentukan cita rasanya. Perbedaan ketinggian perkebunan ini ternyata juga bisa mem

  • Rahim Yang Hilang   Rapat

    "Kok tiba-tiba rapat, sih?" para guru saling bertanya. Rapat ini tidak seperti biasanya, pemberitahuannya hanya satu jam sebelumnya. Sehingga menimbulkan banyak persepsi dari guru-guru. Apalagi, para internal SMAS Tunas Bangsa sedang dihebohkan dengan rencana Osa menjual sekolah ini. Dan kabar tersebut bukan lagi kabar burung, bahkan pembeli sekolah ini juga sudah bertemu langsung dengan Osa. "Acara serah terima, mungkin." tebak salah seorang guru. Osa dan Milova masuk dari pintu utama ruang guru. Berhubung dilakukan secara dadakan, maka saran dari Raka, rapat dilaksanakan di ruang guru saja. Lagi pula, ruang guru cukup luas dan nyaman, juga sejuk karena dilengkapi oleh pendingin ruangan. Dan yang terpenting, Raka sudah memastikan, semua guru mengikuti rapat ini, seperti perintah Osa. "Ada yang tahu, untuk apa rapat ini diadakan secara mendadak?" tanya Milova, membuka pembicaraan setelah Osa memberi sambutan dan mempersilakan Milova untuk bicara. "Untuk pengalihan kepal

DMCA.com Protection Status